
Wednesday, January 21, 2009
at
9:52 AM
|
Jangan Pernah Hilang Harapan
Ibrani 10:23; 1Petrus 1:3
Aku sedang menunggu di luar ruangan ketika dokter itu keluar
menemuiku. "Istri anda dalam keadaan baik, tetapi keadaan bayinya
membahayakan nyawanya. Anda harus memutuskan, mau menyelamatkan
istri, atau bayi anda.
" Aku gemetar dan pucat pasi. Aku menginginkan
keselamatan keduanya tetapi itu tidak mungkin. Dalam kepanikanku,
aku meminta waktu kepada dokter untuk berdoa sebelum memberi
keputusan. Keringat dingin mengucur di tubuhku sementara aku
menenggelamkan wajah pada kedua telapak tanganku. Aku sedih, takut
dan gelisah. Airmata membasahi pipiku sementara aku menaikan doa
yang tidak terucap kepada Tuhan. Suasana disekitar ruang bersalin
yang dingin dan sepi semakin menambah besar ketakutanku. Akupun
bangkit untuk menemui suster yang dari tadi menungguku, "Katakan
pada dokter agar ia menyelamatkan istriku, tetapi usahakan sedapat
mungkin menyelamatkan bayi ku juga."
Persalinan berjalan sangat sulit. Dokter berusaha mengeluarkan bayi
dari rahim istriku yang sudah hamper kehabisan tenaga. Dengan sebuah
alat, dokter mengupayakan agar kepala sang bayi bias segera keluar.
Tiba tiba darah segar muncrat keluar diikuti bola mata yang
mengelantung. Berpacu dengan waktu dokter berusaha keras
mengeluarkan seluruh tubuh bayi itu. Proses yang cepat tersebut
mengeluarkan bunyi gemeretak tulang rawan bayi yang patah. Dokter
memerintahkan agar suster membersihkan tubuh bayi sebelum dimasukan
ke kantong mayat. Saat sedang membersihkan itulah, suster melihat
denyut jantung yang lemah di dada sang bayi. Denyut jantung yang
lemah itu menjadi harapan pertama hidupnya sang bayi. Bayi itupun
segera dibawah keruang khusus.
Empat tahun kemudian, bayi itu tumbuh
menjadi seorang anak mirip monster hidup. NamanyaWiliam Cutts. Di
usia di mana bayi normal sudah mulai berjalan, William baru belajar
merangkak. Mata kanannya rusak berat dan tidak dapat melihat,
kepala sebelah kanan agak besar, bahunya miring. Jalannya miring
seperti tiang yang hampir roboh. Dokter mengatakan bahwa ia tidak
mungkin bias belajar seperti manusia normal, karena otaknya
terganggu. Namun, apa komentar dokter dan bagaimana pun keadaannya,
kami terus merawatnya dengan penuh kasih saying. Kami mempunyai
harapan bahwa kelak anak itu akan dipakai Tuhan dengan luar biasa.
Itulah harapan dan doa kami senantiasa. Disaat kami melihat William
denga susah paya berusaha menyeimbangkan badannya saat berjalan,
kami terus menyimpan harapan itu. Singkat cerita, William
menyelesaikan sarjananya di sekolah Theologia dan ia menjadi utusan
misi ke Irian Jaya.
Dalam kelemahannya, William terus melangkah. Ia
dipakai Tuhan dan pelayanannya selalu diteguhkan dengan mujizat!
Semuanya dimulai dari sebuah harapan, yaitu harapan akan kehidupan
yang bersumber dari denyut jantung lemah seorang bayi yang nyaris
dimasukan kedalam kantong mayat. Harapan demi harapan tumbuh, dan
satu persatu harapan itu digenapi, karena harapan di dalam Tuhan
Yesus bukanlah harapan yang kosong. Mereka yang terus menaruh
harapan kepadaNya untuk sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin
sekalipun, tidak akan pernah dipermalukan.
Harapan menjadikan kita bersemangat menjalani hidup ini. Tidak ada
seorangpun yang bias merampas harapan itu dari dalam diri kita,
kecuali kita sendiri yang memutuskan untuk tidak lagi
berharap. "Langit tidak selamanya diselimuti awan gelap, tak lama
berselang awan gelap itu akan hilang dan sebagai gantinya, matahari
akan bersinar dengan indahnya". Apa yang sedang anda harapkan untuk
masa depanmu, pendidikanmu, pekerjaanmu, pernikahanmu, anak-anakmu
dan pelayananmu? Sekecil apapun kemungkinan untuk berharap, teruslah
berharap. Tuhan sanggup bekerja mewujudkan harapan-harapan kita yang
dilandaskan pada kasih dan kuasanya yang ajaib!
KATA KATA BIJAK: Orang yang paling malang adalah orang yang tidak
punya harapan.
[Orang2 percaya selalu ada harapan didalam namaTuhan Yesus Kristus,
Amin]
Salinan dari: MANASORGAWI Jumad 23 Sept 2005.
Ibrani 10:23; 1Petrus 1:3
Aku sedang menunggu di luar ruangan ketika dokter itu keluar
menemuiku. "Istri anda dalam keadaan baik, tetapi keadaan bayinya
membahayakan nyawanya. Anda harus memutuskan, mau menyelamatkan
istri, atau bayi anda.
" Aku gemetar dan pucat pasi. Aku menginginkan
keselamatan keduanya tetapi itu tidak mungkin. Dalam kepanikanku,
aku meminta waktu kepada dokter untuk berdoa sebelum memberi
keputusan. Keringat dingin mengucur di tubuhku sementara aku
menenggelamkan wajah pada kedua telapak tanganku. Aku sedih, takut
dan gelisah. Airmata membasahi pipiku sementara aku menaikan doa
yang tidak terucap kepada Tuhan. Suasana disekitar ruang bersalin
yang dingin dan sepi semakin menambah besar ketakutanku. Akupun
bangkit untuk menemui suster yang dari tadi menungguku, "Katakan
pada dokter agar ia menyelamatkan istriku, tetapi usahakan sedapat
mungkin menyelamatkan bayi ku juga."
Persalinan berjalan sangat sulit. Dokter berusaha mengeluarkan bayi
dari rahim istriku yang sudah hamper kehabisan tenaga. Dengan sebuah
alat, dokter mengupayakan agar kepala sang bayi bias segera keluar.
Tiba tiba darah segar muncrat keluar diikuti bola mata yang
mengelantung. Berpacu dengan waktu dokter berusaha keras
mengeluarkan seluruh tubuh bayi itu. Proses yang cepat tersebut
mengeluarkan bunyi gemeretak tulang rawan bayi yang patah. Dokter
memerintahkan agar suster membersihkan tubuh bayi sebelum dimasukan
ke kantong mayat. Saat sedang membersihkan itulah, suster melihat
denyut jantung yang lemah di dada sang bayi. Denyut jantung yang
lemah itu menjadi harapan pertama hidupnya sang bayi. Bayi itupun
segera dibawah keruang khusus.
Empat tahun kemudian, bayi itu tumbuh
menjadi seorang anak mirip monster hidup. NamanyaWiliam Cutts. Di
usia di mana bayi normal sudah mulai berjalan, William baru belajar
merangkak. Mata kanannya rusak berat dan tidak dapat melihat,
kepala sebelah kanan agak besar, bahunya miring. Jalannya miring
seperti tiang yang hampir roboh. Dokter mengatakan bahwa ia tidak
mungkin bias belajar seperti manusia normal, karena otaknya
terganggu. Namun, apa komentar dokter dan bagaimana pun keadaannya,
kami terus merawatnya dengan penuh kasih saying. Kami mempunyai
harapan bahwa kelak anak itu akan dipakai Tuhan dengan luar biasa.
Itulah harapan dan doa kami senantiasa. Disaat kami melihat William
denga susah paya berusaha menyeimbangkan badannya saat berjalan,
kami terus menyimpan harapan itu. Singkat cerita, William
menyelesaikan sarjananya di sekolah Theologia dan ia menjadi utusan
misi ke Irian Jaya.
Dalam kelemahannya, William terus melangkah. Ia
dipakai Tuhan dan pelayanannya selalu diteguhkan dengan mujizat!
Semuanya dimulai dari sebuah harapan, yaitu harapan akan kehidupan
yang bersumber dari denyut jantung lemah seorang bayi yang nyaris
dimasukan kedalam kantong mayat. Harapan demi harapan tumbuh, dan
satu persatu harapan itu digenapi, karena harapan di dalam Tuhan
Yesus bukanlah harapan yang kosong. Mereka yang terus menaruh
harapan kepadaNya untuk sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin
sekalipun, tidak akan pernah dipermalukan.
Harapan menjadikan kita bersemangat menjalani hidup ini. Tidak ada
seorangpun yang bias merampas harapan itu dari dalam diri kita,
kecuali kita sendiri yang memutuskan untuk tidak lagi
berharap. "Langit tidak selamanya diselimuti awan gelap, tak lama
berselang awan gelap itu akan hilang dan sebagai gantinya, matahari
akan bersinar dengan indahnya". Apa yang sedang anda harapkan untuk
masa depanmu, pendidikanmu, pekerjaanmu, pernikahanmu, anak-anakmu
dan pelayananmu? Sekecil apapun kemungkinan untuk berharap, teruslah
berharap. Tuhan sanggup bekerja mewujudkan harapan-harapan kita yang
dilandaskan pada kasih dan kuasanya yang ajaib!
KATA KATA BIJAK: Orang yang paling malang adalah orang yang tidak
punya harapan.
[Orang2 percaya selalu ada harapan didalam namaTuhan Yesus Kristus,
Amin]
Salinan dari: MANASORGAWI Jumad 23 Sept 2005.
Posted by
fronita
Labels:
NicE sToRy

