Friday, January 16, 2009 at 10:20 AM |
JANGAN PERNAH MENUKAR KEBAHAGIAAN DENGAN KEMEWAHAN

Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja. Raja ini seharusnya puas dengan
kehidupannya, dengan segala harta benda dan kemewahan yang ia miliki. Tapi
Raja ini tidak seperti itu. Sang Raja selalu bertanya-tanya mengapa ia
tidak pernah puas dengan kehidupannya. Tentu saja, ia memiliki perhatian
semua orang kemana pun ia pergi, menghadiri jamuan makan malam dan pesta
yang mewah, tetapi, ia tetapi merasa ada sesuatu yang ku rang dan ia tidak
tahu apa sebabnya.

Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan untuk
berjalan-jalan di sekitar istananya. Sang Raja masuk ke dalam ruang
tamunya yang luas dan berhenti ketika ia mendengarkan seseorang bernyanyi
dengan riang... dan perhatiannya tertuju kepada salah satu pembantunya. ..
yang bersenandung gembira dan wajahnya memancarkan sukacita serta
kepuasan. Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun memanggil si
hamba masuk ke dalam ruangannya.

Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah
diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang
gembira. Kemudian, si hamba menjawab, "Yang Mulia, diri saya tidaklah
lebih dari seorang hamba, namun apa yang saya peroleh cukup untuk
menyenangkan istri dan anak-anak saya. Kami tidak memerlukan banyak,
sebuah atap di atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi
perut kami. Istri dan anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya, mereka
puas dengan apa yang bisa saya sediakan walaupun sedikit. Saya bersukacita
karena mereka bersukacita. "

Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian
memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.Sang Raja berusaha
mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan kisah yang baru saja
didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu alasan mengapa ia
seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan
sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya memperoleh sedikit harta
tetapi memiliki rasa kepuasan yang besar. Dengan penuh perhatian, sang
asisten pribadi mendengarkan ucapan sang Raja dan kemudian menarik
kesimpulan. Ujarnya, "Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum menjadi
bagian dari kelompok 99." "Kelompok 99? Apakah itu?" tanya sang Raja.
Kemudian, sang asisten pribadi menjawab, "Yang Mulia, untuk mengetahui apa
itu Kelompok 99, Yang Mulia harus melakukan hal ini... letakkan 99 koin
emas dalam sebuah kantung dan tinggalkan kantung tersebut di depan rumah
si hamba, setelah itu Yang Mulia akan mengerti apa itu Kelompok 99."

Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang
berisi 99 koin emas di depan rumahnya. Walaupun ada sedikit keraguan
mucul, dan sang Raja ingin memberikan 100 koin emas, namun ia menuruti
nasihat si asisten pribadi dan tetapi meletakkan 99 koin emas.

Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya keluar
rumah, matanya melihat sebuah kantung. Bertanya-tanya dalam hatinya, ia
membawa kantung itu masuk ke dalam dan membukanya. Ketika melihat begitu
banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak girang. Koin emas...
begitu banyak! Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia memanggil istri dan
anak-anaknya keluar memperlihatkan temuannya. Si hamba meletakkan kantung
tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh isinya dan mulai menghitung.
Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh. Dihitungnya kembali, terus
menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas. Si hamba mulai bertanya-tanya,
kemanakah koin yang satu lagi? Tidak mungkin seseorang hanya meninggalkan
99 koin emas. Ia pun mulai menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang
terakhir. Setelah ia merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk
bekerja lebih keras lagi untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya
genap 100 koin emas.

Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak
enak, berteriak-teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari
bahwa ia telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar ia
mampu membeli 1 koin emas. Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi tidak
dengan suasana hati yang riang, bersiul-siul seperti biasanya. Dan si
hamba pun tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya ketika ia
melakukan pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.

Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis, lalu
memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan. Diceritakan apa yang
telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap mendengarkan dengan penuh
perhatian. Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba itu lebih
riang karena ia telah memiliki koin emas.

Jawab si asisten,"Ah. . tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara
resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99." Lanjutnya, "Kelompok 99 itu
hanyalah sebuah nama yang diberikan kepada orang-orang yang telah memiliki
semuanya tetapi tidak pernah merasa puas, dan mereka terus bekerja keras
mencoba mencari 1 koin emas yang terakhir agar genap 100 koin emas. Kita
harusnya merasa bersyukur dengan apa yang ada, dan kita bisa hidup dengan
sedikit yang kita miliki. Tetapi ketika kita diberikan yang lebih baik dan
lebih banyak, kita menghendaki lebih! Tidak menjadi orang yang sama lagi,
yang puas dengan apa yang ada, tetapi kita terus menghendaki lebih dan
lebih dan memiliki keinginan seperti itu kita membayar harga yang tidak
kita pun sadari. Kehilangan waktu tidur, kebahagiaan, dan menyakiti
orang-orang yang berada di sekitar kita hanya untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan kita sendiri. Orang-orang seperti itulah yang tergabung dalam
Kelompok 99!"

Mendengar hal itu, sang Raja memutuskan bahwa untuk selanjutnya, ia akan
mulai menghargai hal-hal yang kecil dalam hidup.

Sahabat, berusaha untuk memiliki lebih itu bagus, tetapi jangan berusaha
terlalu keras sehingga kita kehilangan orang-orang yang dekat dengan kita,
jangan pernah menukar kebahagiaan dengan kemewahan!Bersyukurlah senantiasa...
Posted by fronita Labels:
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates