
Wednesday, January 21, 2009
at
9:58 AM
|
ini renungan untuk 1 bulan..januari..semoga berguna teman2..GBU
Kamis, 1 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 1-2
Nats : Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28)
MEWUJUDKAN RESOLUSI
Bacaan : Yakobus 4:13-17
Menyusun resolusi adalah hal yang kerap dilakukan orang di awal tahun. Namun, banyak orang begitu semangat menyusun resolusi agar menjadi "lebih baik", kemudian lupa ketika waktu berlalu. Ada banyak hal membuat kita sulit mewujudkan resolusi. Akan tetapi, ada satu hal penting yang bisa menjadi pangkal kegagalan kita, yakni saat kita menyusun resolusi dengan pertanyaan yang salah, "Apa yang ingin saya capai tahun ini?" atau "Apa yang ingin saya lakukan tahun ini?" Sebagai orang-orang yang menjadikan Yesus sebagai Raja atas hidup ini, bukankah seharusnya kita mendasarkan resolusi pada pertanyaan, "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan tahun ini? Apa yang Engkau ingin agar saya capai tahun ini?" Ada dua alasan mengapa kita harus melibatkan Tuhan dalam menyusun resolusi.
Pertama, Yakobus mengingatkan agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok (ayat 14). Yakobus menasihati supaya kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu" (ayat 15). Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di sepanjang tahun ke depan. Namun, Tuhan akan memimpin kita untuk membuat keputusan yang tepat, saat kita membuat rencana bersama-Nya.
Kedua, kita mesti ingat bahwa tujuan utama hidup kita adalah menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Karena itu, fokus resolusi kita seharusnya adalah menjadi apa yang Tuhan mau, bukan sekadar menjadi lebih baik menurut ukuran manusia.
Mari membuat dan menjalani resolusi bersama Tuhan. Peganglah janji Tuhan, bahwa Dia akan "turut bekerja dalam segala sesuatu" di sepanjang tahun ini -GS
JANGAN KATAKAN KEPADA TUHAN APA YANG BAIK MENURUT KITA
TANYAKAN KEPADA TUHAN APA YANG DIA PIKIR BAIK BAGI KITA
Jumat, 2 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 3-5
Nats : Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah (Kisah 1:3)
40
Bacaan : Kisah 1:1-5
Angka 40 kerap muncul di Alkitab. Momen-momen yang menentukan dalam hidup Musa sampai dengan saat ia meninggal ditandai dengan usia kelipatan 40. Sebelum masuk ke tanah Kanaan, umat Israel mengembara selama 40 tahun di padang gurun. Setelah berpuasa 40 hari di gurun, Iblis datang untuk mencobai Yesus. Sesudah kebangkitan dan sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan menampakkan diri kepada para murid selama 40 hari. Ada apa dengan angka 40 ini?
Rupanya angka ini senantiasa menandai masa persiapan sebelum datangnya babak baru dalam kehidupan seseorang, umat Tuhan, atau bahkan dunia ciptaan-Nya. Saat Yesus menampakkan diri selama 40 hari kepada para murid-Nya, hal itu merupakan masa persiapan di mana kelak Yesus tidak akan lagi hadir di antara mereka dalam wujud fisik. Dia akan kembali surga. Dia akan hadir dalam wujud yang baru, yakni Pribadi Roh Kudus. Itulah yang menandai babak baru bagi pekabaran Injil ke seluruh dunia, melalui kemitraan antara Roh Yesus dengan "tubuh-Nya" (Gereja Tuhan). Jelas bahwa pada masa 40 hari itu, aktivitas begitu padat dengan pendidikan yang disampaikan "berulang-ulang" kepada para murid demi mempersiapkan datangnya babak baru tersebut.
Segala hal yang baik dalam kehidupan ini selalu memerlukan masa persiapan. Persiapan yang baik menentukan datangnya hasil yang baik. Semakin matang persiapan, semakin besar potensi sukses. Kalau Tuhan saja bekerja dengan persiapan, apalagi kita. Marilah kita melakukan apa saja dengan persiapan yang memadai. Jangan asal-asalan atau seadanya. Jangan suka meremehkan. Persiapan itu penting -PAD
DATANGNYA KEBERHASILAN MASA DEPAN
DITENTUKAN JUGA OLEH PERSIAPAN MASA SEKARANG
Sabtu, 3 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 6-9
Nats : Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu (Yesaya 30:18)
JANJI TUHAN
Bacaan : Yesaya 30:15-26
Sudah tujuh belas tahun lebih saya melihat dunia dengan bantuan kacamata. Beberapa tahun terakhir ini saya makin sadar akan risiko-risiko yang mungkin muncul karena kondisi mata saya-kemungkinan lepasnya lensa mata, menipisnya kornea, maupun kebutaan. Kesadaran ini mengubah kehidupan saya. Setiap pagi, saat saya membuka mata dan melihat bayang-bayang kabur, saya bersyukur dalam hati. "Tuhan, terima kasih. Saya masih bisa melihat". Saya tahu, ada kemungkinan saya bangun dan tak dapat melihat apa pun. Jadi, saya sangat bersyukur apabila hari ini saya masih bisa melihat, meski dengan keterbatasan.
Terkadang Tuhan mengizinkan kita untuk menyadari, bahkan mengalami kerapuhan hidup dan ketidakberdayaan, supaya Dia dapat menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Demikian pula saat menghadapi tahun yang baru. Kerap kali kita menjadi pesimis di tengah terpaan krisis ekonomi global, krisis pangan, perubahan iklim, atau bayang-bayang PHK. Di tengah kesesakan hidup, mungkin kita berpikir bahwa Tuhan "sengaja ingin membuat kita menderita". Namun, itu tidak benar. Tuhan berfirman kepada bangsa Israel melalui Nabi Yesaya bahwa "Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu" (ayat 18). Yang perlu kita lakukan adalah bertobat dan tinggal diam; tinggal tenang dan percaya (ayat 15).
Sementara menghadapi segala kerapuhan hidup atau berbagai ancaman yang menghadang, kita dapat memegang janji Tuhan. Bahwa Dia menanti-nantikan saat untuk menunjukkan kasih-Nya, melalui apa pun yang terjadi -GS
BERKAT TUHAN TERLALU BESAR
HINGGA APA PUN YANG MENIMPA, KITA AKAN SELALU TEGAR
Minggu, 4 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 10-11
Nats : Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, terlebih lagi sementara kamu melihat hari Tu (Ibrani 10:25)
MORNING CALL
Bacaan : Ibrani 10:19-31
Morning call adalah kegiatan membangunkan pada pagi hari dengan cara menelepon. Dulu saya tidak mengerti manfaatnya, karena berpikir bahwa tidak ada bedanya antara bangun karena bunyi jam weker atau karena bunyi telepon. Hingga pada suatu pagi, seorang teman membangunkan saya melalui morning call karena kami akan bersaat teduh bersama. Ternyata, ketika saya dibangunkan oleh bunyi telepon dari teman tersebut, saya bangun dengan lebih bersemangat karena sadar bahwa ada orang lain yang juga tengah berjuang untuk bangun pagi-pagi dan bersiap untuk beraktivitas bersama kita.
Kesadaran bahwa kita tidak sendirian juga penting dimiliki dalam menjalani hidup sebagai orang kristiani-yang acap kali harus berjuang melawan arus dunia. Sebab ini adalah perjuangan yang melelahkan dan kerap membuat kita putus asa. Kesadaran bahwa kita tidak sedang berjuang sendiri akan menguatkan kita kembali. Ini pula sebabnya penulis kitab Ibrani menasihati kita untuk menyediakan waktu berkumpul dengan sesama orang percaya. Di sana kita akan diingatkan bahwa ada orang lain yang juga berjuang hidup untuk Tuhan. Di sana kita juga akan mendapat penguatan, nasihat, dan teguran yang akan memampukan kita untuk terus berjalan di jalan Tuhan.
Banyak hal yang dapat menghalangi kita untuk hadir dalam kegiatan persekutuan. Bisa karena alasan pekerjaan, keluarga, kondisi fisik, mood, dan sebagainya. Namun, jika kita mau dan rindu menjalani hidup sesuai kehendak-Nya, tidak bisa tidak, kita harus menyediakan diri untuk berkumpul dan bersekutu dengan sesama orang percaya -ALS
BERSEKUTU DENGAN SESAMA UMAT TUHAN
MENGUATKAN KITA UNTUK TERUS MELANGKAH DI JALAN TUHAN
Senin, 5 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 12-15
Nats : TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kejadian 2:15)
SEKADAR BERTAHAN HIDUP?
Bacaan : Kejadian 1:26-2:17
Ada sebagian orang kristiani yang berpendapat bahwa pekerjaan yang dijalani sehari-hari sekadar untuk bertahan hidup-tanpa ada makna spiritual. Mereka berpikir bahwa Tuhan lebih peduli kepada doa, nyanyian, saat teduh, dan semua kegiatan rohani. Bagi mereka, pekerjaan yang paling menyenangkan Tuhan adalah menjadi pendeta atau misionaris. Akibatnya, mereka mengerjakan pekerjaan sehari-hari mereka dengan setengah hati dan bahkan kerap dihinggapi rasa bersalah.
Pemahaman ini tidak sejalan dengan apa yang terdapat dalam firman Tuhan hari ini. Dikisahkan bahwa setelah Adam diciptakan, Allah memberinya tugas. Tugas ini bukanlah untuk berdoa, membaca Alkitab, menyanyikan pujian, atau kegiatan rohani yang lain. Tugasnya adalah untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (Kejadian 2:15). Bahkan salah satu tujuan Adam diciptakan adalah untuk berkarya dan mengelola seluruh ciptaan (Kejadian 1:28).
Untuk menjelaskan konsep ini, Martin Luther, seorang tokoh reformasi gereja abad ke-16, pernah berkata, "Meskipun aku tahu bahwa besok dunia akan kiamat, aku akan tetap menanam pohon apelku." Inti kalimat ini adalah bahwa pekerjaan sehari-hari kita (seperti bertani, berdagang, mengurus keluarga, belajar, dan sebagainya) memiliki makna spiritual yang sama dalamnya dengan kegiatan-kegiatan rohani kita (seperti berdoa, bersaat teduh, maupun kebaktian). Bekerja merupakan salah satu hal penting yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini. Karena itu, sudah sepantasnya kita memperlakukan dan mengerjakan pekerjaan kita sama seriusnya dengan kegiatan rohani kita -ALS
PEKERJAAN KITA SAMA PENTING DAN BERHARGANYA
DENGAN KEGIATAN ROHANI KITA
Selasa, 6 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 16-19
Nats : Semua orang yang percaya tetap bersatu, dan semua milik mereka adalah milik bersama (Kisah 2:44)
MAKNA BERBAGI
Bacaan : Kisah 2:41-47
Sekte Essene Yahudi, yang hidup pada sekitar abad pertama di Palestina, memiliki peraturan penting bagi setiap calon pertapa. Mereka harus menjual seluruh harta kekayaannya dan memberikan hasil penjualan itu kepada Guru Agung yang memimpin biara. Menjual harta kekayaan tersebut dilakukan karena mereka akan menjalani gaya hidup bertapa dan menarik diri dari urusan dunia. Hasil penjualan itu pun digunakan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan biara; agar mereka dapat menjalankan pertapaan.
Jemaat mula-mula pun memiliki gaya hidup serupa, tetapi demi alasan yang berbeda. Iman kepada Kristus telah menyatukan mereka menjadi satu keluarga. Jadi, mereka memberi bukan sebagai seseorang yang memberi sedekah kepada orang miskin, tetapi sebagai keluarga sendiri. Kesatuan menjadi dasar dalam memberi. Kebutuhan tubuh Kristus dirasakan sebagai kebutuhan semua orang. Mereka memberi kepada setiap orang sesuai keperluan masing-masing (ayat 45). Memberi bukanlah kewajiban, melainkan sesuatu yang dilakukan karena kebersamaan yang dirasakan dalam komunitas kristiani.
Memberi dalam lingkup komunitas kristiani adalah berbagi. Tetapi jangan salah, bukan berbagi apa yang tidak kita ingin miliki lagi. Namun, orang kerap memberikan sesuatu yang tidak lagi ia butuhkan. Ini pemberian yang tidak tulus. Bagikan setiap pemberian dengan hati tulus. Dan, berbagi dalam komunitas kristiani tak hanya berarti berbagi benda atau materi, tetapi juga berbagi hidup. Takkan sulit dilakukan apabila kita selalu ingat bahwa di dalam Kristus, kita semua telah menjadi satu keluarga yang sejati -DBS
TIDAK ADA KEBUTUHAN YANG TIDAK TERPENUHI
APABILA KITA MAU BERBAGI
Rabu, 7 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 20-22
Nats : Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu; itulah sebabnya aku memberi perintah itu kepadamu pada hari ini (Ulangan 15:15)
KACANG LUPA KULIT
Bacaan : Ulangan 15:12-18
Kacang lupa kulit adalah ungkapan kiasan untuk menyebut orang yang lupa akan masa lalunya dan menjadi sombong. Misalnya, seorang gadis berasal dari desa, merantau ke kota, berhasil menjadi artis terkenal, lalu sikap dan perilakunya berubah menjadi sok, jauh dari tata krama. Ungkapan itu juga bisa dikenakan pada orang yang tidak tahu berterima kasih, lupa akan jasa-jasa orang yang pernah menolong dan membesarkannya. Seperti si Malin Kundang, tokoh dalam salah satu cerita rakyat dari Sumatra Barat. Malin Kundang adalah pemuda yang meraih kesuksesan di rantau, tetapi kemudian ia tidak mau mengakui ibunya sendiri, sehingga dikutuk menjadi batu.
Tuhan sangat tidak berkenan dengan sikap "kacang lupa kulit". Itulah sebabnya berulang kali Dia mengingatkan umat Israel tentang status mereka dulu, yaitu sebagai budak-budak di Mesir, dan bahwa Tuhanlah yang telah membebaskan mereka (ayat 15). Tujuannya supaya mereka tetap mengandalkan Tuhan, dan tidak berpaling kepada ilah-ilah lain. Sekaligus supaya mereka juga memiliki empati dan kepekaan untuk membantu orang lain yang membutuhkan seperti mereka dulu (ayat 13,14).
Maka, baiklah kita terus mengingat karya kasih Tuhan dalam hidup kita, sehingga kita selalu terdorong untuk memakai segala yang ada pada kita untuk kemuliaan-Nya. Dan, baiklah kita juga tidak melupakan peran dan jasa orang lain dalam setiap kesuksesan yang kita raih, sehingga kita bisa tetap menunjukkan rasa terima kasih kita kepada mereka. Bukan seperti kacang yang lupa pada kulitnya -AYA
KITA ADALAH ORANG BERUTANG
KEPADA TUHAN DAN KEPADA ORANG-ORANG DI SEKITAR KITA
Kamis, 8 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 23-26
Nats : Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan (Matius 5:7 TB)
MURAH HATI
Bacaan : Lukas 6:27-36
Apa artinya "murah hati"? Suka memberi? Belum tentu. Seorang pebisnis suka memberi parsel kepada para pejabat bukan karena ia murah hati, melainkan untuk menyogok. Seseorang memberi uang pada pengamen jalanan bukan karena murah hati, melainkan untuk mengusirnya! Suka memberi tidak menjamin seseorang murah hati. Kemurahan hati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain. Berusaha memahami pikiran dan perasaan orang lain, sehingga muncul rasa simpati yang mendorongnya bertindak demi kepentingan orang itu.
Dalam Lukas 6, Tuhan Yesus memberi perintah yang sangat sulit dilakukan. Para murid diminta berbuat baik kepada musuh; memberkati orang yang mengutukinya; membiarkan orang menampar pipinya dan mengambil miliknya. Jadi, bukan hanya tidak membalas, melainkan berbuat baik pada orang yang berbuat jahat pada kita! Semua ini bisa dilakukan hanya jika kita punya kemurahan hati seperti Bapa di sorga. Bapa menunjukkan kebaikan pada orang jahat (ayat 35). Mengirim hujan dan udara segar juga pada mereka yang tak tahu berterimakasih. Dia bertindak bukan karena kebaikan mereka, melainkan karena sadar mereka membutuhkan semua itu. Itulah kemurahan hati.
Sudahkah Anda bermurah hati pada orang yang menjengkelkan? Mudahkah Anda memaklumi dan mengampuni orang yang bersalah kepada Anda? Apakah Anda suka memberi perhatian dan bantuan kepada orang asing? Jika Anda menjawab "tidak", mintalah Roh Kudus memimpin. Sebab kemurahan hati adalah buah Roh (Galatia 5:22)-hasil dari kehidupan yang menaati pimpinan Roh Kudus -JTI
ORANG YANG MURAH HATI AKAN TETAP MEMBERI BANTUAN
SAAT MUSIBAH MENIMPA MUSUH BEBUYUTAN
Jumat, 9 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 27-29
Nats : Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan sukacita, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus (Kisah 5:41)
SAAT IMAN GOYAH
Bacaan : Kisah 7:54-60
Blandina adalah nama seorang perempuan kristiani yang meninggal karena sebuah penganiayaan di Lyon, Prancis, pada tahun 177. Ia mengalami siksaan begitu rupa, tetapi ia tetap mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus. Sampai-sampai, walaupun sang penyiksa sudah kelelahan dan frustrasi menyiksanya, ia tetap pada pendirian dan keyakinannya.
Kematian Blandina ini mengikuti jejak kematian Stefanus, martir kristiani pertama yang kisahnya tercatat dalam Kisah Para Rasul 7. Saat itu penganiayaan terhadap jemaat kristiani semakin nyata terjadi. Aniaya itu dimulai dengan ancaman kepada Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dalam Kisah Para Rasul 4 dan 5. Kemudian disusul dengan hukuman mati bagi Stefanus. Namun, mereka semua rela dan bahkan bersukacita atas terjadinya penganiayaan tersebut (Kisah Para Rasul 5:41). Ini dimungkinkan karena iman keyakinan mereka akan Yesus sangat teguh. Keyakinan ini dapat terbangun karena mereka sudah melihat sendiri karya Tuhan Yesus dalam hidup mereka.
Dalam hidup kita sebagai orang percaya, ada masa-masa ketika iman kita menjadi goyah. Pada saat itu kita mungkin mempertanyakan tentang keberadaan Allah, tentang kasih-Nya, tentang kehidupan, tentang kematian, tentang kebangkitan Yesus, dan sebagainya. Di saat-saat demikian, mari kita mengenang kisah para martir kristiani di masa lalu seperti Stefanus dan Blandina. Mungkinkah mereka rela mati jikalau mereka tidak sungguh-sungguh yakin bahwa iman yang mereka miliki, dan juga kita miliki ini, sungguh-sungguh benar? -ALS
KESETIAAN DAN PENGORBANAN PARA MARTIR KRISTIANI
ADALAH SALAH SATU BUKTI KUAT TENTANG KEBENARAN IMAN KITA
Sabtu, 10 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 30-32
Nats : Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya ... juga itu pun karunia Allah (Pengkhotbah 5:18)
MENYUSUT 75 PERSEN
Bacaan : Pengkhotbah 5:9-18
Amerika Serikat (AS) merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Perusahaan-perusahaan finansial AS juga beroperasi hampir di seluruh dunia. Tak heran jika krisis keuangan AS yang dipicu oleh kredit macet sektor perumahan, segera meluas ke seluruh dunia-merontokkan harga saham di berbagai negara, termasuk Indonesia. Seorang pemilik saham, misalnya, sangat tegang dan menjadi sulit tidur karena hanya dalam waktu dua pekan, nilai sahamnya yang bernilai miliaran rupiah menyusut hingga 75 persen. Apa pelajaran yang kita petik dari sini? Krisis keuangan yang terjadi menyingkapkan betapa rapuhnya aset finansial. Kondisi finansial kita sangat rentan terhadap perubahan.
Pengkhotbah menggarisbawahi hal serupa ketika mengatakan bahwa orang kaya bisa mengalami hal buruk justru karena hartanya (ayat 12,13). Banyak orang berusaha mencari kepuasan hidup dengan mengumpulkan kekayaan. Padahal kekayaan di dunia ini belum tentu bertahan lama. Krisis, kecelakaan, kecerobohan, kebakaran, pencurian, dapat menggerus kekayaan secara tidak terduga. Lebih ironis lagi, tidak sedikit orang mengorbankan kehidupan kekal demi mengejar kekayaan yang sifatnya hanya sementara.
Menurut perhitungan pakar, dampak krisis dunia masih akan berlangsung dua sampai empat tahun mendatang. Bila kita mengandalkan kekayaan, kita akan selalu panik dan cemas. Hanya dengan mengandalkan Tuhan, kita dapat memasuki tahun baru ini dengan tenang dan penuh pengharapan. Sebab di tengah krisis sekalipun, Tuhanlah yang memberi kita kekuatan untuk mendapatkan penghasilan guna mencukupi kebutuhan hidup -ARS
DUNIA DENGAN SEGALA PERUBAHANNYA TAK DAPAT DIDUGA
NAMUN ALLAH YANG KITA PUNYA SELALU DAPAT DIPERCAYA
Minggu, 11 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 33-36
Nats : Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yohanes 13:15)
TAK ADA ALASAN
Bacaan : Yohanes 13:12-17
Ada sebuah lagu yang biasa kita nyanyikan saat hendak memulai pelayanan atau berkomitmen kembali untuk melayani. Liriknya berbunyi demikian: Melayani, melayani lebih sungguh/Melayani, melayani lebih sungguh/Tuhan lebih dulu melayani kepadaku/Melayani, melayani lebih sungguh.
Lagu ini mengajarkan kepada kita sebuah alasan mengapa kita harus melayani lebih sungguh, yaitu karena Tuhan telah lebih dulu melayani kita. Bagian firman Tuhan hari ini memuat contoh bagaimana Tuhan lebih dulu melayani manusia. Tuhan berinisiatif untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Membasuh kaki adalah pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh seorang hamba atau seseorang yang memiliki posisi lebih rendah. Jadi, tidak sewajarnya seorang guru membasuh kaki muridnya. Seharusnya yang terjadi adalah murid membasuh kaki gurunya. Dan dalam kisah ini, tidak saja guru membasuh kaki murid, tetapi Tuhan sendiri membasuh kaki manusia. Mengapa Tuhan melakukannya? Karena Dia ingin memberi keteladanan dalam pelayanan. Jika Tuhan saja mau melayani, betapa kita pun seharusnya mau melayani.
Kita dapat memiliki seribu satu macam alasan untuk tidak melayani. Mulai dari alasan sibuk sampai tidak bisa. Atau barangkali kita telah terlibat dalam pelayanan, tetapi tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh. Bagi orang-orang seperti itulah Tuhan berkata, "... supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (ayat 15). Jikalau kita mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Guru kita, sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak melayani secara sungguh-sungguh -RY
MENELADANI TUHAN YESUS
BERARTI BERAJALAN DI ATAS JEJAK KAKINYA
Senin, 12 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 37-39
Nats : Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya (1Korintus 12:18)
BEKERJA SAMA
Bacaan : 1Korintus 12:12-25
Rut dan Margaret sama-sama pernah menjadi pianis andal. Kini keduanya tinggal di pusat perawatan penderita stroke. Serangan jantung telah melumpuhkan bagian kanan tubuh Rut, sementara Margaret menderita kelumpuhan di bagian kiri tubuhnya. Melihat bakat kedua perempuan ini, kepala perawat mendapat ide cemerlang. Keduanya diajak bermain piano bersama. Rut bermain dengan tangan kiri dan Margaret dengan tangan kanan. Mulanya sulit, tetapi dengan latihan intensif, mereka berhasil. Keduanya mampu memainkan musik yang indah. Mereka pun menjadi sahabat akrab dan merasakan hidup jadi bermakna lagi.
Untuk melakukan perkara besar, setiap orang harus bekerja sama. Kita dirancang Tuhan bukan untuk hidup sendiri-sendiri. Kita diberi kekurangan supaya saling bergantung dan melengkapi. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyebut gereja sebagai "tubuh Kristus". Setiap orang adalah anggota tubuh Kristus yang unik; punya peran dan fungsi berbeda, tetapi tak satu pun dibuat komplit. Mereka mesti bekerja sama untuk membangun Kerajaan Allah. Dan, untuk mencapai kerjasama, ada dua sikap yang perlu dihindari. Pertama, sikap rendah diri. Merasa "aku tidak berguna" karena tidak masuk hitungan (ayat 15-17). Kedua, sikap mau hidup sendiri. Merasa "aku tidak membutuhkan engkau" lalu berjalan sendiri (ayat 21-22).
Apakah Anda bercita-cita menjadi orang hebat yang sukses karena hasil usaha sendiri? Menjadi orang hebat memang menyenangkan, tetapi menempatkan Anda dalam kesendirian. Lebih baik arahkan diri Anda menjadi orang yang mudah bekerja sama. Anda akan mengalami indahnya hidup! -JTI
JIKA SEORANG BUTA MENGGENDONG SEORANG LUMPUH
KEDUANYA BISA BERJALAN MAJU
Selasa, 13 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 40-42
Nats : Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Timotius 3:16)
MAKANAN SEHAT BAGI JIWA
Bacaan : 2Timotius 3:10-17
Berdasarkan penelitian Dr. Jeffrey Leven dan Dr. David Larsen, seperti yang dilaporkan di Washington Times, 30 Juli 1996, membaca Alkitab secara teratur bukan hanya baik bagi jiwa, tetapi juga baik bagi tubuh jasmani. Kedua ahli itu melakukan penelitian terhadap lebih dari 500 orang selama berbulan-bulan. Ditemukan, bahwa mereka yang membaca Alkitab secara teratur cenderung mempunyai tekanan darah lebih rendah dan tingkat depresi lebih rendah. Lebih sedikit menderita penyakit jantung, jarang yang kecanduan obat maupun alkohol, jarang yang mengalami perpecahan dalam perkawinan, juga tingkat kesehatannya jauh lebih baik.
Bisa dipahami, sebab seumpama makanan, Alkitab adalah makanan bergizi bagi jiwa. Dengan membaca Alkitab secara teratur, berarti kita memberi makanan bergizi kepada jiwa kita secara teratur pula. Sehingga jiwa kita pun akan sehat terjaga. Kondisi jiwa besar sekali pengaruhnya pada kondisi tubuh jasmani. Jiwa yang sehat akan memberi ketenangan pada hati dan pikiran. Selanjutnya hati dan pikiran yang tenang-bebas dari rasa gelisah, cemas, dan benci-akan membuat tubuh kita lebih rileks, jauh dari stres, dan lebih menikmati hidup. Sebaliknya, jiwa yang tidak sehat akan membuat hati dan pikiran kita tidak tenang, resah, galau, stres. Efeknya bisa merembet ke hal-hal lain; kesehatan tubuh, relasi kita dengan orang lain, keputusan-keputusan yang kita ambil, dan sebagainya.
Maka, baiklah kita menyediakan diri, meluangkan waktu, membuka hati, di mana pun dan kapan pun, untuk secara teratur membaca Alkitab -AYA
ALKITAB ADALAH SUMBER HIDUP SEHAT;
BAIK ROHANI, MAUPUN JASMANI
Rabu, 14 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 43-46
Nats : Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna (Matius 5:48)
SEPAKBOLA TANPA GAWANG
Bacaan : Kejadian 1:26-31
Bayangkan permainan sepakbola tanpa gawang. Betapa kacau dan anehnya. Dua puluh dua orang dewasa berebut satu bola. Tendang sana, tendang sini. Bola jauh dikejar, sudah dekat ditendang. Untuk apa semua itu kalau tidak ada gawang? Sepakbola menjadi menarik karena ada gawang yang dituju. Setiap pemain punya tujuan yang sama: mencetak gol ke gawang lawan sebanyak-banyaknya.
Tuhan menciptakan kita di dunia juga dengan tujuan tertentu. Betapa tidak menariknya hidup kita ini kalau sekadar untuk "menggelinding" tanpa tujuan yang jelas. Dalam ayat mas kita, Tuhan Yesus meminta supaya kita sempurna sama seperti Bapa di surga. Kata sempurna, bukan berarti kudus tanpa cacat cela. Kalau demikian artinya, jelas kita tidak mungkin menjadi sesempurna Allah.
Dalam bahasa Yunaninya kata sempurna adalah teleios, dari kata telos artinya: tujuan, akhir, maksud. Seseorang disebut teleios kalau ia sepenuhnya bisa berfungsi sesuai dengan tujuan ia diciptakan di dunia ini. Jadi ucapan Tuhan Yesus tersebut bisa diartikan begini: "Hendaklah kamu hidup sesuai tujuan Allah menciptakan kamu".
Lalu apa tujuan Tuhan menciptakan manusia? Seperti ditulis dalam kisah penciptaan: menjadi "segambar dan serupa" dengan Allah (Kejadian 1:26). Ungkapan "gambar dan rupa" Allah, itu bukan sekadar menunjukkan status kita sebagai ciptaan "tertinggi", tetapi juga sebagai tugas panggilan untuk kita "mencerminkan" Allah dalam hidup di dunia ini; baik karya maupun kasih dan kebaikan-Nya -AYA
KITA HIDUP DI DUNIA BUKAN KEBETULAN
TETAPI MEMBAWA MISI ALLAH UNTUK DUNIA INI
Kamis, 15 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 47-50
Nats : Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu (Yunus 1:12)
BERANI MENGAKU SALAH
Bacaan : Yunus 1:1-16
Dulu pernah ada sebuah lagu pop Indonesia berjudul Merpati Tak Pernah Ingkar Janji. Janji didekatkan dengan sikap burung merpati yang tak pernah mendua hati. Merpati selalu setia pada pasangannya. Setiap kali, perhatiannya terarah hanya pada pasangannya.
Dalam Perjanjian Lama, arti nama Yunus sesungguhnya adalah "merpati". Namun, "merpati" yang satu ini tidak hanya ingkar janji. Ia bahkan enggan untuk taat, dan dengan segaja menolak perintah Tuhan. Tuhan memerintahkannya agar ke Niniwe, tetapi ia malah melarikan diri ke Tarsis; jauh dari hadapan Tuhan. Yunus menunjukkan keengganannya dengan "membayar kapal, naik kapal, pergi jauh dari hadapan TUHAN" (ayat 3). Namun, Tuhan menurunkan badai besar ke laut, sehingga kapal hendak karam. Saat itulah awak kapal membuang undi guna mengetahui siapa penyebab malapetaka tersebut. Dan Yunuslah yang terkena undi. Dengan besar hati, ia berkata, "Aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu" (ayat 12). Lalu ia pun meminta agar orang-orang membuangnya ke laut. Setelah itu dilakukan, laut pun reda. Dan "orang-orang di kapal itu menjadi sangat takut kepada TUHAN dan kemudian mempersembahkan korban sembelihan bagi Tuhan dan mengikrarkan nazar" (ayat 16).
Imbas sebuah pengakuan dosa adalah: masalah bisa selesai. Bahkan orang lain mengakui kekuatan Tuhan. Ketika kita salah, apakah kita berani mengakuinya secara kesatria? Atau, kita bersembunyi di balik segala alasan dan "tidur nyenyak" (ayat 5)? Yunus, "sang merpati" sempat hendak ingkar, tetapi akhirnya ia mau belajar setia pada Tuhan. Sudahkah kita juga? -DKL
PAHLAWAN IMAN, SELALU BERHATI KESATRIA
SEBAB IA TAHU, TUHAN MELIHAT SEGALA ISI HATINYA
Jumat, 16 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 1-4
Nats : Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN (Mazmur 9:11)
TAK KENAL, TAK SAYANG
Bacaan : Mazmur 9
Jika kita belum mengenal seseorang, hubungan kita dengannya mungkin akan kaku. Berbincang-bincang seadanya. Basa basi. Tak kenal, maka tak sayang. Lain halnya jika kita sudah mengenal baik seseorang. Kita bisa membicarakan banyak hal dengannya, termasuk hal-hal pribadi. Sebab kita percaya kepadanya. Semakin dalam kita mengenal seseorang, semakin kita dekat dan percaya kepada orang tersebut.
Banyak orang kristiani sulit untuk percaya kepada Allah. Mengaku percaya benar-benar itu mudah. Namun, banyak orang masih sulit untuk hidup dengan iman bahwa Allah memelihara dalam hidup sehari-hari. Sulit untuk percaya bahwa Dia memedulikan setiap pergumulan yang dihadapi. Buktinya, banyak anak Tuhan mudah menyerah pada ketakutan dan kekhawatiran hidup ini. Masalah yang datang menjadi tampak lebih besar daripada kuasa Tuhan.
Bagaimana kita dapat percaya penuh kepada Allah? Pemazmur mengungkapkan kuncinya. "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu" (ayat 11). Kuncinya adalah pengenalan. Ada beberapa cara tersedia bagi kita untuk mengenal Allah. Pertama, melalui firman-Nya. Kedua, melalui pengalaman kita berjalan bersama Allah. Ketika kita melakukan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti akan melihat tangan Allah menyertai. Ketika kita hidup dalam ketaatan kepada-Nya, kuasa-Nya akan makin nyata terasa.
Lewat firman dan pengalaman kita berjalan dengan Dia, kita akan semakin mengenal Dia hari demi hari. Sudahkah Anda menghidupi dua hal ini? Mari kita mulai sejak sekarang -GS
SEBERAPA DALAM KITA MENGENAL ALLAH
SEDALAM ITU KITA BISA PERCAYA PADA-NYA
Sabtu, 17 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 5-7
Nats : Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (Matius 9:12)
SAHABAT ORANG BERDOSA
Bacaan : Matius 9:9-13
Suatu kali saya bertanya kepada seorang ibu, "Apakah Ibu yakin masuk surga kelak?" Ibu itu menjawab, "Yakin sih. Ah, tapi kadang masih ragu juga." Yakin tetapi ragu? Artinya masih tidak yakin. Lalu saya bertanya lagi, "Mengapa begitu, Bu?" Si ibu menjawab, "Saya ini masih banyak dosa, masih suka berbohong, masih suka marah-marah terhadap suami saya. Pokoknya saya merasa tidak layak masuk surga."
Kerap kali perasaan dan kenyataan bahwa kita masih memiliki banyak dosa dapat membuat kita merasa enggan untuk datang kepada Tuhan. Namun, firman Tuhan hari ini memberikan sebuah konsep yang berbeda. Ketika Yesus tengah berkumpul dan makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa di rumah Matius, orang-orang Farisi yang ada di sekitar tempat itu mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Yesus. Akan tetapi, Yesus memberikan jawaban yang hingga kini menjadi pengharapan bagi semua orang berdosa, yaitu bahwa Dia datang ke dunia untuk menjadi sahabat orang-orang yang berdosa. Bukan untuk melakukan dosa bersama para pemungut cukai, melainkan untuk menghapuskan dosa-dosa mereka.
Seandainya Anda adalah salah satu dari orang-orang berdosa yang diundang untuk makan bersama Yesus di rumah Matius, respons apa yang akan Anda berikan? Menerima atau menolaknya karena merasa tidak layak? Pilihan ada di tangan Anda. Anda mesti tahu bahwa Yesus adalah sahabat orang berdosa. Dia akan selalu menerima orang berdosa; siapa pun yang mau datang kepada-Nya -RY
TAKUTLAH UNTUK BERBUAT DOSA
TETAPI JANGAN TAKUT MEMBAWA DOSA KEPADA KRISTUS
Minggu, 18 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 8-10
Nats : Hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia (Lukas 10:42)
KEHILANGAN MOMEN
Bacaan : Lukas 10:38-42
Sekelompok turis diberi waktu tiga puluh menit untuk menyaksikan matahari terbit di puncak gunung. Begitu fajar tiba, semua sibuk berfoto. Akibatnya, mereka tidak sempat berdiam diri untuk menyaksikan indahnya momen itu; saat sinar matahari perlahan-lahan menerangi gunung dan lembah; saat langit berubah menjadi jingga; betapa agungnya burung-burung elang terbang di kejauhan dengan pekikan suara membelah kesunyian pagi; menikmati hangatnya matahari pagi menerpa wajah. Para turis pulang dengan hanya membawa koleksi foto, tetapi kehilangan momen terindah! Mereka pernah ke sana, tetapi tak pernah sungguh hadir di sana.
Hal serupa terjadi atas Marta. Ketika Yesus mendatangi rumahnya, ia sibuk memasak. Marta ingin menjadi tuan rumah yang baik. Namun, kesibukan itu membuatnya kehilangan momen untuk bersama-sama dengan Yesus. Padahal Yesus sedang menuju Yerusalem untuk disalibkan. Waktu-Nya tinggal sedikit. Kehadiran-Nya di Betania adalah momen langka bagi Marta untuk bertemu Yesus. Sayangnya, waktu itu malah ia pakai untuk memasak. "Hanya satu saja yang perlu," kata Yesus. Dia tidak perlu makanan lezat. Dia mengharapkan kehadiran Marta. Sebuah persekutuan seperti yang dilakukan oleh Maria.
Tuhan kerap memberi momen yang indah kepada kita. Momen untuk beribadah di gereja. Momen untuk bercengkerama bersama keluarga. Momen untuk menunjukkan rasa cinta pada hari ulang tahun kekasih kita. Momen untuk menyaksikan keindahan alam ciptaan Tuhan. Pastikan Anda benar-benar hadir dan menikmati tiap momen. Jangan sampai kesibukan Anda merusak momen itu -JTI
SEBUAH KEHADIRAN JAUH LEBIH BERKESAN
DARIPADA SEJUTA KENANG-KENANGAN
Senin, 19 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 11-13
Nats : Jadi, akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pi (Filipi 4:8)
USIA PILIHAN
Bacaan : Filipi 4:2-8
Di sebuah kota hidup seorang wanita yang sudah sangat lanjut usianya, tetapi ia masih sehat dan tetap bersemangat. Ia tinggal sendirian di rumahnya yang sederhana. Suaminya telah meninggal dunia belasan tahun lalu. Para penduduk mengenalnya sebagai ibu yang murah senyum dan penuh perhatian kepada siapa saja.
Suatu hari, tepat di usianya yang ke-87, seorang wartawan dari surat kabar lokal mewawancarainya, "Apa rahasia Ibu sehingga bisa tetap sehat dan bersemangat?" tanya si wartawan. Ibu itu menjawab, "Saya berusaha selalu berpikir positif dan melakukan kegiatan-kegiatan positif". "Kegiatan seperti apa, Bu?" tanya si wartawan lagi. "Misalnya setiap hari saya merawat tetangga saya, seorang wanita berusia 70 tahun, menyediakan makanan untuknya, mengajaknya jalan-jalan sore, atau sekadar menemaninya minum teh dan menyulam."
Para ahli gerontologi, ilmu tentang warga usia lanjut, mengatakan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki tiga jenis usia, yaitu usia kronologis, usia biologis, dan usia psikologis. Usia kronologis dan usia biologis itu alamiah, tidak bisa dielakkan. Sedangkan usia psikologis tergantung pada pilihan kita sendiri. Kalau kita, seperti yang dinasihatkan Paulus hari ini, memiliki hati yang selalu bersukacita (ayat 4), hidup yang bersyukur (ayat 6), dan pikiran yang terarah pada hal-hal yang positif dan membangun (ayat 8), maka usia psikologis kita akan sehat. Selanjutnya, hal itu akan berdampak positif terhadap hidup keseharian kita. Dan dengan demikian, kita juga bisa menjadikan hidup kita senantiasa berguna serta bermakna -AYA
USIA TUA BUKAN HALANGAN UNTUK BERKARYA
KUNCINYA PADA HATI DAN PIKIRAN YANG SEHAT
Selasa, 20 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 14-17
Nats : Perhatikanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga (2Korintus 9:6)
SEKANTUNG UANG JATUH
Bacaan : 2Korintus 9:6-15
Sekantung besar uang jatuh-benar-benar jatuh-ke pangkuan Damian, bocah berumur delapan tahun. Karena menganggap uang itu dikirim oleh Tuhan, Damian, yang akrab dengan sejarah para santo, berupaya menggunakan uang itu untuk memberkati sesama, terutama menolong orang-orang miskin. Anthony, kakaknya yang berusia sepuluh tahun, menganggap uang itu sekadar sebagai durian runtuh; suatu keberuntungan yang tak terduga. Ia hanya ingin berfoya-foya dengan uang itu, antara lain dengan menawar apartemen dan membayar sejumlah anak nakal di sekolah untuk menjadi pelindungnya.
Perbedaan sikap kakak adik itu menjadi benang merah film Millions karya Danny Boyle. Film itu dengan jujur memperlihatkan bahwa mempergunakan uang secara murah hati tak jarang malah lebih pelik daripada menghambur-hamburkannya secara tidak bertanggung jawab. Bukankah memang demikian tantangan yang kita hadapi?
Kalau kita meneliti Alkitab, akan jelas bahwa Tuhan tidak menghendaki kita menghambur-hamburkan uang. Dia juga tidak mau kita menimbun harta dan mengandalkan banyaknya kekayaan sebagai penopang rasa aman. Yang satu menunjukkan kesembronoan, yang lain mengisyaratkan ketamakan dan penyembahan berhala.
Alkitab-sebaliknya-justru lebih banyak berbicara tentang perlunya membagikan kekayaan kita dengan mereka yang kurang beruntung. Tuhan mau kita belajar mengembangkan kedermawanan. Seperti dikatakan John Wesley, "Dapatkan uang sebanyak-banyaknya, tabunglah sebanyak-banyaknya, berikan sebanyak-banyaknya" -ARS
SEMAKIN BESAR JUMLAH UANG YANG KITA TERIMA
SEMAKIN BESAR TANGGUNG JAWAB UNTUK MEMAKAINYA
DENGAN BIJAK
Rabu, 21 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 18-20
Nats : Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan ... tetapi dengan perbuatan (1Yohanes 3:18)
HANYA PERKATAAN
Bacaan : Matius 25:35-46
Suatu hari, seorang pendeta dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh. Karena sangat sibuk dan tak berdaya untuk membantu, pendeta itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut. Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini:
Saya kelaparan ...
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya
Saya terpenjara ...
dan Anda menyelinap ke kapel untuk berdoa bagi kebebasan saya
Saya telanjang ...
dan Anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilan saya
Saya sakit ...
dan Anda berlutut menaikkan syukur kepada Allah atas kesehatan Anda
Saya tidak punya tempat berteduh ...
dan Anda berkhotbah tentang Allah sebagai tempat perteduhan abadi
Saya kesepian ...
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa
Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah
tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...
Puisi ini barangkali membuat wajah kita merah. Bukan karena marah pada sang pendeta, melainkan karena kita sendiri mungkin tak jauh beda dengan pendeta tersebut. Ya, dalam memberi bantuan, kita kerap lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis. Namun, tak ada satu pun tindakan nyata yang kita lakukan. Jika demikian, ingatlah bahwa kita mesti mengasihi bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan (1 Yohanes 3:8) -PK
SERIBU KATA MUTIARA TIDAK AKAN PERNAH ADA ARTINYA
JIKA TIDAK ADA SATU SAJA PERBUATAN NYATA
Kamis, 22 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 21-24
Nats : Karena itu, aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesengsaraan karena Kristus (2Korintus 12:10)
FOKUS KEPADA KRISTUS
Bacaan : Filipi 3:4-16
Paulus punya segudang alasan untuk mengeluh, kecewa, bahkan marah kepada Tuhan. Betapa tidak, ia adalah tokoh muda masyarakat Yahudi pada zamannya. Masa depan karier politiknya sangat cerah. Namun ia tinggalkan semua itu untuk mengikut Kristus dan mengabarkan Injil. Akan tetapi apa yang ia dapatkan? Bukan hidup nyaman dan enak, malah rupa-rupa tekanan dan tantangan; bukan karpet merah nan empuk, malah jalanan terjal penuh onak duri.
Dalam salah satu suratnya ia menulis, "Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu." (1 Korintus 11:24-26). Bahkan doanya pun-ketika memohon kesembuhan dari sakit-sampai tiga kali, tidak Tuhan kabulkan (2 Korintus 12:9).
Akan tetapi Paulus tidak undur dari imannya. Ia tidak surut dari pelayanannya. Ia tetap teguh dan gigih memberitakan Injil. Mengapa Paulus bisa demikian? Karena ia memfokuskan diri hanya kepada Kristus; bukan kepada sikap dan perlakuan orang lain terhadapnya, juga bukan kepada kejadian-kejadian yang dialaminya (ayat 10). Adakah iman dan komitmen pelayanan kita tengah goyah karena rupa-rupa kekecewaan? Seperti Paulus, fokuskan diri pada Kristus saja -AYA
APA YANG MENJADI FOKUS IMAN DAN PELAYANAN KITA
ITU AKAN MENENTUKAN KEGIGIHAN DAN KETEGUHAN KITA
Jumat, 23 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 25-27
Nats : Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1Korintus 6:20)
BERKUASA ATAS TUBUH
Bacaan : 1Korintus 6:12-20
Jessica Biel adalah salah satu aktris Hollywood yang berpendapat bahwa aborsi itu bersifat pribadi. "Setiap orang punya kekuasaan penuh atas tubuhnya sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa memaksa kita melakukan sesuatu (aborsi) atas tubuh kita sendiri," katanya. Kita tak hendak membahas tentang aborsi. Namun, mari cermati alasan yang disampaikan Jessica. Benarkah kita bebas berbuat apa saja atas tubuh kita?
Bila direnungkan lebih jauh, kita akan menemukan banyak contoh bahwa ternyata kita juga rentan tergelincir ke dalam sikap serupa. Kita memang tidak mendukung aborsi, tidak berzinah, tidak menyentuh rokok, alkohol, atau narkoba. Namun, bagaimana dengan perut yang mulai membuncit karena pola makan yang tidak teratur? Bagaimana dengan kemalasan berolahraga? Bagaimana pula dengan kebiasaan menonton film sampai larut malam hingga esoknya kita terlambat bangun dan membuat pekerjaan terbengkalai? Saat kita bersikap sembrono atau memperlakukan tubuh dengan sesuka hati, itu berarti kita tidak berkuasa atas tubuh yang Tuhan karuniakan.
Paulus menegaskan bahwa tubuh kita bukan milik kita sendiri. Kita tidak berhak menyalahgunakan atau menelantarkannya. Tubuh kita adalah milik Allah, dan kita diberi kepercayaan untuk merawatnya agar dapat digunakan untuk melayani Dia. Seperti perkakas di tangan tukang, tubuh kita disiapkan untuk melakukan pekerjaan-Nya.
Ketika becermin, kita dapat bertanya: Apakah saya merawat tubuh ini dengan baik sehingga dapat menjadi "alat" yang efektif di tangan-Nya? Apakah tubuh saya cukup bugar untuk berkarya bagi-Nya? -ARS
TUBUH ANDA ADALAH PERKAKAS ALLAH; PELIHARALAH.
TUBUH ANDA ADALAH BAIT ALLAH; HORMATILAH-Max Lucado
Sabtu, 24 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 28-31
Nats : Janganlah engkau pergi kian kemari menyebarkan fitnah ... janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN (Imamat 19:16)
YANG HARUS DIBUANG
Bacaan : Yakobus 4:11,12
Ada pendapat demikian: "Orang bijaksana membicarakan gagasan, orang biasa membicarakan kejadian, orang bodoh membicarakan orang." Tingkat kebijaksanaan seseorang terukur dari apa yang dibicarakannya. Membicarakan orang alias menggosip tergolong tingkat pembicaraan yang paling rendah. Mengapa? Sebab dari satu gosip saja, percakapan bisa berkembang ke mana-mana. Termasuk bisa menjadi fitnah.
Apakah fitnah itu? Dalam bahasa aslinya, Yakobus menggunakan kata yang maknanya "berucap hal yang jahat". Fitnah berarti membicarakan orang dengan niat yang sejak semula jahat. Mau mencelakakan orang. Kitab Imamat menyebutnya "mengancam hidup sesama". Benar! Akibat fitnah, persahabatan bisa rusak, pernikahan menjadi retak, karier terjegal, karakter serta nama baik seseorang tercemar. Masa depan hancur. Bahkan ada yang sampai mati bunuh diri akibat difitnah orang. Tak salah bila ada ungkapan, "Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan". Menurut Yakobus, sebenarnya si pemfitnah sedang berlagak memainkan peran sebagai "tuhan", bahkan menghakimi lebih dahsyat daripada Tuhan. Maka ia memberi peringatan agar kita jangan saling memfitnah. Fitnah itu jahat, Tuhan membenci fitnah.
Kehidupan ini sudah banyak kesusahannya. Penyakit, krisis ekonomi, kriminalitas, beban keluarga, stres, depresi, keputusasaan, dan sebagainya. Persekutuan kristiani harus menjadi tempat yang teduh bagi jiwa yang diterpa berbagai problema kehidupan. Bukan malah menambah beban dengan hadirnya fitnah di antara kita -PAD
IBARAT SAMPAH
FITNAH PUN HARUS DIBUANG DARI ANTARA KITA
Minggu, 25 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 32-34
Nats : Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apa artinya itu untuk orang sebanyak ini? (Yohanes 6:9)
ANONIM
Bacaan : Yohanes 6:1-14
Saya pernah bertemu sepasang suami-istri yang sangat menginspirasi
dalam pelayanan. Simon dan Penny Hood. Mereka membangun situs yang sangat komplit, berisi begitu banyak bahan mengajar Sekolah Minggu. Setiap bahan begitu menarik dan dibuat dengan nyaris sempurna. Dan, mereka membuka diri agar setiap bahan yang ada boleh diunduh secara cuma-cuma. Walaupun mereka berjerih lelah memikirkan dan menyiapkannya. Masih pula, mereka membiarkan setiap bahan itu anonim. Simon dan Penny sangat sadar, mereka hanyalah "hamba". Bagi mereka, yang penting, semakin banyak anak mengenal Yesus!
Demikian pula anak yang berbagi bekal dalam kisah Yesus memberi makan 5.000 orang. Sedikit sekali yang kita ketahui tentang anak ini. Bahkan ia luput dari perhatian Matius, Markus, dan Lukas, yang tak menyebutkan perannya saat mukjizat ini dibuat. Namun, meski murid-murid tak mengindahkannya, Tuhan menghargai pemberiannya. Bahkan melipatgandakannya. Dan kita tahu, melalui pemberiannya, nama Tuhan dibesarkan. Yesus yang dipermuliakan ketika kisah ini diceritakan ulang. Bukan anak itu.
Ketika bekerja keras melakukan pelayanan, bisa jadi kita berharap ada pengakuan dan penghargaan yang dapat dicicipi. Bisa jadi kita berharap nama kita terpampang hingga orang tahu siapa "pahlawan di balik layar". Simon dan Penny meneladankan sesuatu yang berbeda. Demikian pula si anak dalam bacaan kita. Firman Tuhan meminta kita mengedepankan kepentingan Kerajaan Allah. Bukan diri kita. Biarlah lewat hidup kita, nama-Nya semakin ditinggikan (Yohanes 3:30) ]-AW
DALAM SETIAP KARYA YANG KITA LAKUKAN BAGI TUHAN
BERIKAN KEMULIAAN TERBESAR HANYA BAGI-NYA!
Senin, 26 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 35-37
Nats : Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya (Filipi 3:12)
MENCAPAI PUNCAK
Bacaan : Filipi 3:10-16
Pagi-pagi buta, dua orang pemuda mendaki gunung untuk melihat matahari terbit. Dua jam berlalu. Selama waktu tersebut, semestinya para pendaki sudah tiba di puncak. Namun, mereka baru menempuh setengah jalan, karena kerap berhenti kelelahan. Tiap kali beristirahat, mereka melihat pemandangan indah di bawah. Godaan di hati acap kali muncul: "Buat apa naik lagi? Di sini saja pemandangannya sudah indah!" Setelah tiba di puncak, barulah mereka menyadari betapa mereka rugi apabila berhenti mendaki. Pemandangan di puncak ternyata jauh lebih indah daripada di tempat-tempat perhentian.
Perjalanan iman kita ibarat pendakian menuju puncak; menuju kesempurnaan dan kekudusan. Jalannya sulit dan mendaki. Pada saat kita penat, godaan terbesar yang kerap muncul adalah perasaan cukup. Kita merasa sudah cukup lama berjuang. Bukankah hasilnya sudah tampak, buat apa berjuang lagi? Akhirnya kita mandek; berhenti. Rasul Paulus tidak ingin hal itu terjadi atas dirinya. Karena itu, ia bertekad untuk "melupakan apa yang di belakangku" (ayat 13). Ia tidak mau terpukau dengan segala prestasi yang telah ia raih. Ia berprinsip "aku belum menangkapnya". Garis akhir belum terlihat. Yang terbaik masih harus diraih. Kesadaran ini mendorongnya untuk terus maju berjuang-berlari menuju tujuan.
Apakah Anda penat karena sudah lama berjuang untuk pemulihan diri ataupun keluarga? Apakah kelelahan membuat Anda ingin berhenti sampai di sini? Apakah Anda merasa cukup puas hidup di bawah standar yang Tuhan inginkan? Jangan berhenti sebelum mencapai puncak! Di sana tersedia berkat yang jauh lebih indah -JTI
DI SEPANJANG JALAN MENUJU KESEMPURNAAN
ADA BANYAK TEMPAT PERHENTIAN YANG PENUH GODAAN
Selasa, 27 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 38-42
Nats : Jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus (1Petrus 4:11)
SIKAP HATI
Bacaan : Yunus 4
Perbedaan antara melayani Tuhan dan melayani diri sendiri sangatlah tipis. Kita bisa saja memakai alasan melayani Tuhan, tetapi sebenarnya kita tengah melayani kepentingan dan kepuasan diri sendiri. Salah satu cara untuk menguji hal tersebut adalah dengan melihat respons yang kita berikan tatkala pelayanan kita tidak dihargai oleh orang lain, atau tatkala pendapat dan keinginan kita dalam pelayanan tidak diterima. Apabila respons kita adalah marah, bahkan sampai mengundurkan diri dari pelayanan, itu berarti kita tidak sedang melayani Tuhan tetapi melayani diri sendiri.
Salah seorang tokoh Alkitab yang pernah bersikap demikian adalah Yunus. Yunus marah tatkala melihat bahwa apa yang Tuhan lakukan ternyata tidak sesuai dengan keinginan dirinya (ayat 1). Yunus kecewa tatkala Tuhan mau mengampuni Niniwe, musuh besar bangsa Israel ketika itu. Akan tetapi, Tuhan tidak membiarkan Yunus terus menerus larut dalam kemarahannya. Tuhan menghibur dan mengubah sikap hati Yunus melalui tumbuh dan matinya sebuah pohon jarak. Tuhan mengajarkan bahwa yang seharusnya Yunus layani adalah keinginan Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Niniwe. Bukan keinginan hati Yunus yang menghendaki agar bangsa itu dihukum saja. Sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhanlah yang seharusnya dimiliki oleh setiap hamba-Nya.
Salah satu kesalahan yang kerap dihadapi para pelayan Tuhan adalah tatkala ia tidak lagi bisa membedakan mana keinginan Tuhan dan mana keinginan diri sendiri. Oleh sebab itu, marilah kita berubah. Milikilah sikap hati yang benar -RY
MELAYANI BERARTI MENGERJAKAN URUSAN TUHAN
BUKAN URUSAN KITA
Rabu, 28 Januari 2009
Bacaan Setahun : Keluaran 1-4
Nats : Sesungguhnya kita menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya (Yakobus 5:11)
TETAP BERTEKUN
Bacaan : Yakobus 5:7-11
Agatha Christie adalah penulis cerita misteri terkenal di dunia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa lima buku pertama yang ia tulis gagal total. Tidak laku. Menghadapi kegagalan tersebut, Christie tidak putus asa. Ia bertekad untuk menulis lagi sambil belajar dari kegagalannya. Hasilnya? Buku keenamnya mendapat sambutan luar biasa. Sejak saat itu Christie sukses. Ia pun bertekad untuk terus menulis. Minimal satu buku dalam setahun. Ketekunannya tersebut mendorongnya menjadi penulis produktif. Ia berhasil menulis 66 cerita misteri, ditambah 6 novel, dan banyak cerita pendek.
Kerja keras yang kita lakukan biasanya tidak langsung memberi hasil seperti yang kita harapkan. Inilah nasihat Yakobus kepada umat Tuhan yang telah berusaha keras hidup kudus. Dengan melakukannya, mereka berharap Tuhan akan datang segera. Namun ternyata tidak. Mereka pun menjadi jemu dan patah semangat. Yakobus mengingatkan bahwa kerja keras kita harus dibarengi dengan ketekunan. Seorang petani, misalnya, tidak cukup hanya bekerja keras merawat tanamannya tiap hari. Ia harus sabar dan bertekun; menunggu sampai hujan turun dan musim panen tiba (ayat 7). Tanpa ketekunan, ia akan menjadi jemu bahkan berhenti bekerja sebelum panen tiba. Sudah keburu patah semangat melihat tanamannya tak kunjung berbuah.
Apakah Anda tengah berjuang mengatasi sifat buruk? Ataukah Anda tengah bekerja keras untuk mencapai target tertentu dalam pekerjaan? Jangan mundur jika hasilnya belum tampak seperti yang Anda harapkan. Bertekunlah sambil menantikan pertolongan Tuhan -JTI
BANYAK ORANG GAGAL BUKAN KARENA KURANG KEMAMPUAN
MELAINKAN KARENA KURANG KETEKUNAN
Kamis, 29 Januari 2009
Bacaan Setahun : Keluaran 5-7
Nats : "Mulailah bangsa itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: 'Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum!'" (Keluaran 17:2)
KELANGKAAN AIR?
Bacaan : Keluaran 17:1-7
Di Indonesia air mudah didapat. Tidak demikian halnya di gurun pasir Mesir. Medannya sangat gersang. Kering. Suhu di siang hari mencapai lebih dari 400C. Disitu air menjadi sangat berharga. Ini soal hidup-mati. Tanpa air cukup, Anda akan mengalami dehidrasi, bahkan kematian. Di gurun itu, Anda bisa membeli 1,5 liter air botolan seharga 20-50 ribu rupiah. Namun pada zaman Musa, tidak ada penjual air! Bisa dipahami betapa paniknya orang Israel ketika mereka kekurangan air. Kematian sudah membayang. Mereka pun bersungut-sungut.
Dalam situasi panik dan stres, bersungut-sungut adalah respons alami yang sangat manusiawi. Masalahnya, umat Israel punya cukup alasan untuk tidak bersungut-sungut. Bukankah selama ini mereka hidup dari mukjizat Tuhan hari demi hari? Tiang awan dan tiang api tampak memimpin di depan. Baru saja Tuhan membuat air pahit di Mara menjadi manis sehingga bisa diminum (Keluaran 15:22-27). Sebelumnya, Tuhan telah membelah laut Merah sehingga mereka bisa berjalan di tengahnya (Keluaran 14:15-31). Tidak cukupkah semua pengalaman penuh mukjizat itu meyakinkan mereka bahwa kali ini pun Tuhan akan menolong lagi? Bahwa Tuhan tak akan membiarkan mereka mati kehausan?
Jadi, masalah mendasar umat Tuhan saat itu bukanlah kelangkaan air, melainkan kelangkaan iman. Kita pun bisa mengalami hal serupa. Lain kali, jika Anda mulai bersungut-sungut, ingat lagi berapa banyak pertolongan Tuhan yang pernah Anda alami di masa lalu. Yang mustahil telah dibuat menjadi mungkin. Tidakkah Anda yakin bahwa Tuhan akan menolong Anda sekali lagi? -JTI
SETIAP KALI TUHAN MENOLONG KITA,
TIDAK PERNAH DIA BERKATA: "INI KALI YANG TERAKHIR!"
Jumat, 30 Januari 2009
Bacaan Setahun : Keluaran 8-10
Nats : Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib (Amsal 17:9)
JANGAN NGOMPORIN!
Bacaan : Ester 5:9-14
Ngomporin adalah istilah lain dari memanas-manasi. Sesuai asal katanya, kompor, benda dapur yang fungsinya memanaskan atau memasak. Misalnya, Pak Kutut jengkel sekali dengan pendeta di gereja. Ia bercerita kepada Pak Towil, teman main tenisnya. Respon Pak Towil, "Iya tuh, memang pendetamu itu begitu. Payah. Gila hormat. Kamu sih masih baik, masih mau menyapa. Kalau aku, melihatnya saja sudah ingin muntah!" Di sini Pak Towil sudah ngomporin Pak Kutut.
Sikap suka ngomporin ini berbahaya karena bisa mendatangkan celaka. Hal inilah yang terjadi pada Haman. Haman jengkel sekali dengan Mordekhai. Penyebabnya sebetulnya sepele, yaitu karena Mordekhai tidak mau berlutut dan sujud kepada Haman (Ester 3:5). Celakanya, istri dan para sahabatnya bukannya meredakan panas hati Haman, melainkan malah ngomporin. "Suruhlah orang membuat tiang yang tingginya lima puluh hasta, dan persembahkanlah besok pagi kepada raja, supaya Mordekhai disulakan orang pada tiang itu; kemudian dapatlah engkau dengan bersukacita pergi bersama-sama dengan raja ke perjamuan itu" (ayat 14). Pada akhirnya, justru Haman sendiri yang mati digantung, bukan Mordekhai (Ester 7:1-10). Istri dan para sahabat Haman, bisa dibilang punya andil dalam tragedi yang menimpa Haman itu.
Maka, jauhkanlah dari kita sikap suka ngomporin. Sebaliknya, berusahalah menjadi orang yang mengademkan, menenangkan, sehingga orang lain bisa berpikir jernih dan tidak salah mengambil keputusan. Kita ikut bertanggung jawab, apabila ada orang lain yang celaka karena kita telah ngomporin -AYA
JANGAN JADI KOMPOR
JADILAH LILIN YANG MENERANGI KEGELAPAN HATI
Sabtu, 31 Januari 2009
Bacaan Setahun : Keluaran 11-13
Nats : Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus" (Keluaran 4:13)
ANDA UNIK!
Bacaan :
Dalam bukunya, "Temukan \'Sweet Spot\' Anda!", Max Lucado menulis demikian, "Jangan khawatir akan keahlian-keahlian yang tidak Anda miliki. Jangan mengingini kekuatan-kekuatan yang dipunyai orang lain. Anda hanya perlu mengembangkan keunikan Anda. Dan lakukanlah itu untuk membuat perkara besar bagi Allah."
Saat Musa hendak diutus Tuhan, berbagai keraguan muncul di hatinya. Ragu bangsa Israel akan menerimanya sebagai utusan Tuhan (ayat 1). Ragu bahwa ia dapat berbicara sebagai pemimpin (ayat 10). Ia berkata, "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus" (ayat 13), sehingga Tuhan marah mendengarnya terus berdalih. Musa merasa tak sepandai kakaknya untuk berbicara (ayat 14). Ya, walaupun bersaudara, Musa dan Harun memiliki kemampuan yang berbeda. Namun bila masing-masing melakukan bagiannya, maka mereka dapat memenuhi kerinduan Allah.
Ada banyak orang kristiani ragu untuk terjun dalam pelayanan karena merasa dirinya tak memiliki talenta yang dimiliki orang lain. Padahal Roh Allah mengaruniakan kepada kita masing-masing karunia yang khusus. Khas. Unik (1 Korintus 12:7,11). Yang perlu kita lakukan adalah menemukan keunikan kita, dan melakukan karya terbaik yang dapat kita capai dengan itu. Bagi kemuliaan-Nya. Kadang kita tak menyadari bahwa keunikan kita berharga. Kita kerap melihat orang lain dapat melakukan sesuatu yang tampak sulit bagi kita. Padahal sebaliknya, pasti ada hal-hal yang mudah kita lakukan, tetapi sulit bagi orang lain. Biarlah Tuhan dipermuliakan oleh setiap keunikan kita -AW
ADA BEGITU BANYAK PEKERJAAN DALAM KERAJAAN ALLAH
MARI LAKUKAN SETIAP BAGIAN KITA DENGAN SETIA
Kamis, 1 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 1-2
Nats : Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28)
MEWUJUDKAN RESOLUSI
Bacaan : Yakobus 4:13-17
Menyusun resolusi adalah hal yang kerap dilakukan orang di awal tahun. Namun, banyak orang begitu semangat menyusun resolusi agar menjadi "lebih baik", kemudian lupa ketika waktu berlalu. Ada banyak hal membuat kita sulit mewujudkan resolusi. Akan tetapi, ada satu hal penting yang bisa menjadi pangkal kegagalan kita, yakni saat kita menyusun resolusi dengan pertanyaan yang salah, "Apa yang ingin saya capai tahun ini?" atau "Apa yang ingin saya lakukan tahun ini?" Sebagai orang-orang yang menjadikan Yesus sebagai Raja atas hidup ini, bukankah seharusnya kita mendasarkan resolusi pada pertanyaan, "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan tahun ini? Apa yang Engkau ingin agar saya capai tahun ini?" Ada dua alasan mengapa kita harus melibatkan Tuhan dalam menyusun resolusi.
Pertama, Yakobus mengingatkan agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok (ayat 14). Yakobus menasihati supaya kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu" (ayat 15). Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di sepanjang tahun ke depan. Namun, Tuhan akan memimpin kita untuk membuat keputusan yang tepat, saat kita membuat rencana bersama-Nya.
Kedua, kita mesti ingat bahwa tujuan utama hidup kita adalah menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Karena itu, fokus resolusi kita seharusnya adalah menjadi apa yang Tuhan mau, bukan sekadar menjadi lebih baik menurut ukuran manusia.
Mari membuat dan menjalani resolusi bersama Tuhan. Peganglah janji Tuhan, bahwa Dia akan "turut bekerja dalam segala sesuatu" di sepanjang tahun ini -GS
JANGAN KATAKAN KEPADA TUHAN APA YANG BAIK MENURUT KITA
TANYAKAN KEPADA TUHAN APA YANG DIA PIKIR BAIK BAGI KITA
Jumat, 2 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 3-5
Nats : Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah (Kisah 1:3)
40
Bacaan : Kisah 1:1-5
Angka 40 kerap muncul di Alkitab. Momen-momen yang menentukan dalam hidup Musa sampai dengan saat ia meninggal ditandai dengan usia kelipatan 40. Sebelum masuk ke tanah Kanaan, umat Israel mengembara selama 40 tahun di padang gurun. Setelah berpuasa 40 hari di gurun, Iblis datang untuk mencobai Yesus. Sesudah kebangkitan dan sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan menampakkan diri kepada para murid selama 40 hari. Ada apa dengan angka 40 ini?
Rupanya angka ini senantiasa menandai masa persiapan sebelum datangnya babak baru dalam kehidupan seseorang, umat Tuhan, atau bahkan dunia ciptaan-Nya. Saat Yesus menampakkan diri selama 40 hari kepada para murid-Nya, hal itu merupakan masa persiapan di mana kelak Yesus tidak akan lagi hadir di antara mereka dalam wujud fisik. Dia akan kembali surga. Dia akan hadir dalam wujud yang baru, yakni Pribadi Roh Kudus. Itulah yang menandai babak baru bagi pekabaran Injil ke seluruh dunia, melalui kemitraan antara Roh Yesus dengan "tubuh-Nya" (Gereja Tuhan). Jelas bahwa pada masa 40 hari itu, aktivitas begitu padat dengan pendidikan yang disampaikan "berulang-ulang" kepada para murid demi mempersiapkan datangnya babak baru tersebut.
Segala hal yang baik dalam kehidupan ini selalu memerlukan masa persiapan. Persiapan yang baik menentukan datangnya hasil yang baik. Semakin matang persiapan, semakin besar potensi sukses. Kalau Tuhan saja bekerja dengan persiapan, apalagi kita. Marilah kita melakukan apa saja dengan persiapan yang memadai. Jangan asal-asalan atau seadanya. Jangan suka meremehkan. Persiapan itu penting -PAD
DATANGNYA KEBERHASILAN MASA DEPAN
DITENTUKAN JUGA OLEH PERSIAPAN MASA SEKARANG
Sabtu, 3 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 6-9
Nats : Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu (Yesaya 30:18)
JANJI TUHAN
Bacaan : Yesaya 30:15-26
Sudah tujuh belas tahun lebih saya melihat dunia dengan bantuan kacamata. Beberapa tahun terakhir ini saya makin sadar akan risiko-risiko yang mungkin muncul karena kondisi mata saya-kemungkinan lepasnya lensa mata, menipisnya kornea, maupun kebutaan. Kesadaran ini mengubah kehidupan saya. Setiap pagi, saat saya membuka mata dan melihat bayang-bayang kabur, saya bersyukur dalam hati. "Tuhan, terima kasih. Saya masih bisa melihat". Saya tahu, ada kemungkinan saya bangun dan tak dapat melihat apa pun. Jadi, saya sangat bersyukur apabila hari ini saya masih bisa melihat, meski dengan keterbatasan.
Terkadang Tuhan mengizinkan kita untuk menyadari, bahkan mengalami kerapuhan hidup dan ketidakberdayaan, supaya Dia dapat menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Demikian pula saat menghadapi tahun yang baru. Kerap kali kita menjadi pesimis di tengah terpaan krisis ekonomi global, krisis pangan, perubahan iklim, atau bayang-bayang PHK. Di tengah kesesakan hidup, mungkin kita berpikir bahwa Tuhan "sengaja ingin membuat kita menderita". Namun, itu tidak benar. Tuhan berfirman kepada bangsa Israel melalui Nabi Yesaya bahwa "Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu" (ayat 18). Yang perlu kita lakukan adalah bertobat dan tinggal diam; tinggal tenang dan percaya (ayat 15).
Sementara menghadapi segala kerapuhan hidup atau berbagai ancaman yang menghadang, kita dapat memegang janji Tuhan. Bahwa Dia menanti-nantikan saat untuk menunjukkan kasih-Nya, melalui apa pun yang terjadi -GS
BERKAT TUHAN TERLALU BESAR
HINGGA APA PUN YANG MENIMPA, KITA AKAN SELALU TEGAR
Minggu, 4 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 10-11
Nats : Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, terlebih lagi sementara kamu melihat hari Tu (Ibrani 10:25)
MORNING CALL
Bacaan : Ibrani 10:19-31
Morning call adalah kegiatan membangunkan pada pagi hari dengan cara menelepon. Dulu saya tidak mengerti manfaatnya, karena berpikir bahwa tidak ada bedanya antara bangun karena bunyi jam weker atau karena bunyi telepon. Hingga pada suatu pagi, seorang teman membangunkan saya melalui morning call karena kami akan bersaat teduh bersama. Ternyata, ketika saya dibangunkan oleh bunyi telepon dari teman tersebut, saya bangun dengan lebih bersemangat karena sadar bahwa ada orang lain yang juga tengah berjuang untuk bangun pagi-pagi dan bersiap untuk beraktivitas bersama kita.
Kesadaran bahwa kita tidak sendirian juga penting dimiliki dalam menjalani hidup sebagai orang kristiani-yang acap kali harus berjuang melawan arus dunia. Sebab ini adalah perjuangan yang melelahkan dan kerap membuat kita putus asa. Kesadaran bahwa kita tidak sedang berjuang sendiri akan menguatkan kita kembali. Ini pula sebabnya penulis kitab Ibrani menasihati kita untuk menyediakan waktu berkumpul dengan sesama orang percaya. Di sana kita akan diingatkan bahwa ada orang lain yang juga berjuang hidup untuk Tuhan. Di sana kita juga akan mendapat penguatan, nasihat, dan teguran yang akan memampukan kita untuk terus berjalan di jalan Tuhan.
Banyak hal yang dapat menghalangi kita untuk hadir dalam kegiatan persekutuan. Bisa karena alasan pekerjaan, keluarga, kondisi fisik, mood, dan sebagainya. Namun, jika kita mau dan rindu menjalani hidup sesuai kehendak-Nya, tidak bisa tidak, kita harus menyediakan diri untuk berkumpul dan bersekutu dengan sesama orang percaya -ALS
BERSEKUTU DENGAN SESAMA UMAT TUHAN
MENGUATKAN KITA UNTUK TERUS MELANGKAH DI JALAN TUHAN
Senin, 5 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 12-15
Nats : TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kejadian 2:15)
SEKADAR BERTAHAN HIDUP?
Bacaan : Kejadian 1:26-2:17
Ada sebagian orang kristiani yang berpendapat bahwa pekerjaan yang dijalani sehari-hari sekadar untuk bertahan hidup-tanpa ada makna spiritual. Mereka berpikir bahwa Tuhan lebih peduli kepada doa, nyanyian, saat teduh, dan semua kegiatan rohani. Bagi mereka, pekerjaan yang paling menyenangkan Tuhan adalah menjadi pendeta atau misionaris. Akibatnya, mereka mengerjakan pekerjaan sehari-hari mereka dengan setengah hati dan bahkan kerap dihinggapi rasa bersalah.
Pemahaman ini tidak sejalan dengan apa yang terdapat dalam firman Tuhan hari ini. Dikisahkan bahwa setelah Adam diciptakan, Allah memberinya tugas. Tugas ini bukanlah untuk berdoa, membaca Alkitab, menyanyikan pujian, atau kegiatan rohani yang lain. Tugasnya adalah untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (Kejadian 2:15). Bahkan salah satu tujuan Adam diciptakan adalah untuk berkarya dan mengelola seluruh ciptaan (Kejadian 1:28).
Untuk menjelaskan konsep ini, Martin Luther, seorang tokoh reformasi gereja abad ke-16, pernah berkata, "Meskipun aku tahu bahwa besok dunia akan kiamat, aku akan tetap menanam pohon apelku." Inti kalimat ini adalah bahwa pekerjaan sehari-hari kita (seperti bertani, berdagang, mengurus keluarga, belajar, dan sebagainya) memiliki makna spiritual yang sama dalamnya dengan kegiatan-kegiatan rohani kita (seperti berdoa, bersaat teduh, maupun kebaktian). Bekerja merupakan salah satu hal penting yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini. Karena itu, sudah sepantasnya kita memperlakukan dan mengerjakan pekerjaan kita sama seriusnya dengan kegiatan rohani kita -ALS
PEKERJAAN KITA SAMA PENTING DAN BERHARGANYA
DENGAN KEGIATAN ROHANI KITA
Selasa, 6 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 16-19
Nats : Semua orang yang percaya tetap bersatu, dan semua milik mereka adalah milik bersama (Kisah 2:44)
MAKNA BERBAGI
Bacaan : Kisah 2:41-47
Sekte Essene Yahudi, yang hidup pada sekitar abad pertama di Palestina, memiliki peraturan penting bagi setiap calon pertapa. Mereka harus menjual seluruh harta kekayaannya dan memberikan hasil penjualan itu kepada Guru Agung yang memimpin biara. Menjual harta kekayaan tersebut dilakukan karena mereka akan menjalani gaya hidup bertapa dan menarik diri dari urusan dunia. Hasil penjualan itu pun digunakan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan biara; agar mereka dapat menjalankan pertapaan.
Jemaat mula-mula pun memiliki gaya hidup serupa, tetapi demi alasan yang berbeda. Iman kepada Kristus telah menyatukan mereka menjadi satu keluarga. Jadi, mereka memberi bukan sebagai seseorang yang memberi sedekah kepada orang miskin, tetapi sebagai keluarga sendiri. Kesatuan menjadi dasar dalam memberi. Kebutuhan tubuh Kristus dirasakan sebagai kebutuhan semua orang. Mereka memberi kepada setiap orang sesuai keperluan masing-masing (ayat 45). Memberi bukanlah kewajiban, melainkan sesuatu yang dilakukan karena kebersamaan yang dirasakan dalam komunitas kristiani.
Memberi dalam lingkup komunitas kristiani adalah berbagi. Tetapi jangan salah, bukan berbagi apa yang tidak kita ingin miliki lagi. Namun, orang kerap memberikan sesuatu yang tidak lagi ia butuhkan. Ini pemberian yang tidak tulus. Bagikan setiap pemberian dengan hati tulus. Dan, berbagi dalam komunitas kristiani tak hanya berarti berbagi benda atau materi, tetapi juga berbagi hidup. Takkan sulit dilakukan apabila kita selalu ingat bahwa di dalam Kristus, kita semua telah menjadi satu keluarga yang sejati -DBS
TIDAK ADA KEBUTUHAN YANG TIDAK TERPENUHI
APABILA KITA MAU BERBAGI
Rabu, 7 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 20-22
Nats : Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu; itulah sebabnya aku memberi perintah itu kepadamu pada hari ini (Ulangan 15:15)
KACANG LUPA KULIT
Bacaan : Ulangan 15:12-18
Kacang lupa kulit adalah ungkapan kiasan untuk menyebut orang yang lupa akan masa lalunya dan menjadi sombong. Misalnya, seorang gadis berasal dari desa, merantau ke kota, berhasil menjadi artis terkenal, lalu sikap dan perilakunya berubah menjadi sok, jauh dari tata krama. Ungkapan itu juga bisa dikenakan pada orang yang tidak tahu berterima kasih, lupa akan jasa-jasa orang yang pernah menolong dan membesarkannya. Seperti si Malin Kundang, tokoh dalam salah satu cerita rakyat dari Sumatra Barat. Malin Kundang adalah pemuda yang meraih kesuksesan di rantau, tetapi kemudian ia tidak mau mengakui ibunya sendiri, sehingga dikutuk menjadi batu.
Tuhan sangat tidak berkenan dengan sikap "kacang lupa kulit". Itulah sebabnya berulang kali Dia mengingatkan umat Israel tentang status mereka dulu, yaitu sebagai budak-budak di Mesir, dan bahwa Tuhanlah yang telah membebaskan mereka (ayat 15). Tujuannya supaya mereka tetap mengandalkan Tuhan, dan tidak berpaling kepada ilah-ilah lain. Sekaligus supaya mereka juga memiliki empati dan kepekaan untuk membantu orang lain yang membutuhkan seperti mereka dulu (ayat 13,14).
Maka, baiklah kita terus mengingat karya kasih Tuhan dalam hidup kita, sehingga kita selalu terdorong untuk memakai segala yang ada pada kita untuk kemuliaan-Nya. Dan, baiklah kita juga tidak melupakan peran dan jasa orang lain dalam setiap kesuksesan yang kita raih, sehingga kita bisa tetap menunjukkan rasa terima kasih kita kepada mereka. Bukan seperti kacang yang lupa pada kulitnya -AYA
KITA ADALAH ORANG BERUTANG
KEPADA TUHAN DAN KEPADA ORANG-ORANG DI SEKITAR KITA
Kamis, 8 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 23-26
Nats : Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan (Matius 5:7 TB)
MURAH HATI
Bacaan : Lukas 6:27-36
Apa artinya "murah hati"? Suka memberi? Belum tentu. Seorang pebisnis suka memberi parsel kepada para pejabat bukan karena ia murah hati, melainkan untuk menyogok. Seseorang memberi uang pada pengamen jalanan bukan karena murah hati, melainkan untuk mengusirnya! Suka memberi tidak menjamin seseorang murah hati. Kemurahan hati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain. Berusaha memahami pikiran dan perasaan orang lain, sehingga muncul rasa simpati yang mendorongnya bertindak demi kepentingan orang itu.
Dalam Lukas 6, Tuhan Yesus memberi perintah yang sangat sulit dilakukan. Para murid diminta berbuat baik kepada musuh; memberkati orang yang mengutukinya; membiarkan orang menampar pipinya dan mengambil miliknya. Jadi, bukan hanya tidak membalas, melainkan berbuat baik pada orang yang berbuat jahat pada kita! Semua ini bisa dilakukan hanya jika kita punya kemurahan hati seperti Bapa di sorga. Bapa menunjukkan kebaikan pada orang jahat (ayat 35). Mengirim hujan dan udara segar juga pada mereka yang tak tahu berterimakasih. Dia bertindak bukan karena kebaikan mereka, melainkan karena sadar mereka membutuhkan semua itu. Itulah kemurahan hati.
Sudahkah Anda bermurah hati pada orang yang menjengkelkan? Mudahkah Anda memaklumi dan mengampuni orang yang bersalah kepada Anda? Apakah Anda suka memberi perhatian dan bantuan kepada orang asing? Jika Anda menjawab "tidak", mintalah Roh Kudus memimpin. Sebab kemurahan hati adalah buah Roh (Galatia 5:22)-hasil dari kehidupan yang menaati pimpinan Roh Kudus -JTI
ORANG YANG MURAH HATI AKAN TETAP MEMBERI BANTUAN
SAAT MUSIBAH MENIMPA MUSUH BEBUYUTAN
Jumat, 9 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 27-29
Nats : Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan sukacita, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus (Kisah 5:41)
SAAT IMAN GOYAH
Bacaan : Kisah 7:54-60
Blandina adalah nama seorang perempuan kristiani yang meninggal karena sebuah penganiayaan di Lyon, Prancis, pada tahun 177. Ia mengalami siksaan begitu rupa, tetapi ia tetap mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus. Sampai-sampai, walaupun sang penyiksa sudah kelelahan dan frustrasi menyiksanya, ia tetap pada pendirian dan keyakinannya.
Kematian Blandina ini mengikuti jejak kematian Stefanus, martir kristiani pertama yang kisahnya tercatat dalam Kisah Para Rasul 7. Saat itu penganiayaan terhadap jemaat kristiani semakin nyata terjadi. Aniaya itu dimulai dengan ancaman kepada Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dalam Kisah Para Rasul 4 dan 5. Kemudian disusul dengan hukuman mati bagi Stefanus. Namun, mereka semua rela dan bahkan bersukacita atas terjadinya penganiayaan tersebut (Kisah Para Rasul 5:41). Ini dimungkinkan karena iman keyakinan mereka akan Yesus sangat teguh. Keyakinan ini dapat terbangun karena mereka sudah melihat sendiri karya Tuhan Yesus dalam hidup mereka.
Dalam hidup kita sebagai orang percaya, ada masa-masa ketika iman kita menjadi goyah. Pada saat itu kita mungkin mempertanyakan tentang keberadaan Allah, tentang kasih-Nya, tentang kehidupan, tentang kematian, tentang kebangkitan Yesus, dan sebagainya. Di saat-saat demikian, mari kita mengenang kisah para martir kristiani di masa lalu seperti Stefanus dan Blandina. Mungkinkah mereka rela mati jikalau mereka tidak sungguh-sungguh yakin bahwa iman yang mereka miliki, dan juga kita miliki ini, sungguh-sungguh benar? -ALS
KESETIAAN DAN PENGORBANAN PARA MARTIR KRISTIANI
ADALAH SALAH SATU BUKTI KUAT TENTANG KEBENARAN IMAN KITA
Sabtu, 10 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 30-32
Nats : Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya ... juga itu pun karunia Allah (Pengkhotbah 5:18)
MENYUSUT 75 PERSEN
Bacaan : Pengkhotbah 5:9-18
Amerika Serikat (AS) merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Perusahaan-perusahaan finansial AS juga beroperasi hampir di seluruh dunia. Tak heran jika krisis keuangan AS yang dipicu oleh kredit macet sektor perumahan, segera meluas ke seluruh dunia-merontokkan harga saham di berbagai negara, termasuk Indonesia. Seorang pemilik saham, misalnya, sangat tegang dan menjadi sulit tidur karena hanya dalam waktu dua pekan, nilai sahamnya yang bernilai miliaran rupiah menyusut hingga 75 persen. Apa pelajaran yang kita petik dari sini? Krisis keuangan yang terjadi menyingkapkan betapa rapuhnya aset finansial. Kondisi finansial kita sangat rentan terhadap perubahan.
Pengkhotbah menggarisbawahi hal serupa ketika mengatakan bahwa orang kaya bisa mengalami hal buruk justru karena hartanya (ayat 12,13). Banyak orang berusaha mencari kepuasan hidup dengan mengumpulkan kekayaan. Padahal kekayaan di dunia ini belum tentu bertahan lama. Krisis, kecelakaan, kecerobohan, kebakaran, pencurian, dapat menggerus kekayaan secara tidak terduga. Lebih ironis lagi, tidak sedikit orang mengorbankan kehidupan kekal demi mengejar kekayaan yang sifatnya hanya sementara.
Menurut perhitungan pakar, dampak krisis dunia masih akan berlangsung dua sampai empat tahun mendatang. Bila kita mengandalkan kekayaan, kita akan selalu panik dan cemas. Hanya dengan mengandalkan Tuhan, kita dapat memasuki tahun baru ini dengan tenang dan penuh pengharapan. Sebab di tengah krisis sekalipun, Tuhanlah yang memberi kita kekuatan untuk mendapatkan penghasilan guna mencukupi kebutuhan hidup -ARS
DUNIA DENGAN SEGALA PERUBAHANNYA TAK DAPAT DIDUGA
NAMUN ALLAH YANG KITA PUNYA SELALU DAPAT DIPERCAYA
Minggu, 11 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 33-36
Nats : Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yohanes 13:15)
TAK ADA ALASAN
Bacaan : Yohanes 13:12-17
Ada sebuah lagu yang biasa kita nyanyikan saat hendak memulai pelayanan atau berkomitmen kembali untuk melayani. Liriknya berbunyi demikian: Melayani, melayani lebih sungguh/Melayani, melayani lebih sungguh/Tuhan lebih dulu melayani kepadaku/Melayani, melayani lebih sungguh.
Lagu ini mengajarkan kepada kita sebuah alasan mengapa kita harus melayani lebih sungguh, yaitu karena Tuhan telah lebih dulu melayani kita. Bagian firman Tuhan hari ini memuat contoh bagaimana Tuhan lebih dulu melayani manusia. Tuhan berinisiatif untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Membasuh kaki adalah pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh seorang hamba atau seseorang yang memiliki posisi lebih rendah. Jadi, tidak sewajarnya seorang guru membasuh kaki muridnya. Seharusnya yang terjadi adalah murid membasuh kaki gurunya. Dan dalam kisah ini, tidak saja guru membasuh kaki murid, tetapi Tuhan sendiri membasuh kaki manusia. Mengapa Tuhan melakukannya? Karena Dia ingin memberi keteladanan dalam pelayanan. Jika Tuhan saja mau melayani, betapa kita pun seharusnya mau melayani.
Kita dapat memiliki seribu satu macam alasan untuk tidak melayani. Mulai dari alasan sibuk sampai tidak bisa. Atau barangkali kita telah terlibat dalam pelayanan, tetapi tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh. Bagi orang-orang seperti itulah Tuhan berkata, "... supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (ayat 15). Jikalau kita mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Guru kita, sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak melayani secara sungguh-sungguh -RY
MENELADANI TUHAN YESUS
BERARTI BERAJALAN DI ATAS JEJAK KAKINYA
Senin, 12 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 37-39
Nats : Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya (1Korintus 12:18)
BEKERJA SAMA
Bacaan : 1Korintus 12:12-25
Rut dan Margaret sama-sama pernah menjadi pianis andal. Kini keduanya tinggal di pusat perawatan penderita stroke. Serangan jantung telah melumpuhkan bagian kanan tubuh Rut, sementara Margaret menderita kelumpuhan di bagian kiri tubuhnya. Melihat bakat kedua perempuan ini, kepala perawat mendapat ide cemerlang. Keduanya diajak bermain piano bersama. Rut bermain dengan tangan kiri dan Margaret dengan tangan kanan. Mulanya sulit, tetapi dengan latihan intensif, mereka berhasil. Keduanya mampu memainkan musik yang indah. Mereka pun menjadi sahabat akrab dan merasakan hidup jadi bermakna lagi.
Untuk melakukan perkara besar, setiap orang harus bekerja sama. Kita dirancang Tuhan bukan untuk hidup sendiri-sendiri. Kita diberi kekurangan supaya saling bergantung dan melengkapi. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyebut gereja sebagai "tubuh Kristus". Setiap orang adalah anggota tubuh Kristus yang unik; punya peran dan fungsi berbeda, tetapi tak satu pun dibuat komplit. Mereka mesti bekerja sama untuk membangun Kerajaan Allah. Dan, untuk mencapai kerjasama, ada dua sikap yang perlu dihindari. Pertama, sikap rendah diri. Merasa "aku tidak berguna" karena tidak masuk hitungan (ayat 15-17). Kedua, sikap mau hidup sendiri. Merasa "aku tidak membutuhkan engkau" lalu berjalan sendiri (ayat 21-22).
Apakah Anda bercita-cita menjadi orang hebat yang sukses karena hasil usaha sendiri? Menjadi orang hebat memang menyenangkan, tetapi menempatkan Anda dalam kesendirian. Lebih baik arahkan diri Anda menjadi orang yang mudah bekerja sama. Anda akan mengalami indahnya hidup! -JTI
JIKA SEORANG BUTA MENGGENDONG SEORANG LUMPUH
KEDUANYA BISA BERJALAN MAJU
Selasa, 13 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 40-42
Nats : Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Timotius 3:16)
MAKANAN SEHAT BAGI JIWA
Bacaan : 2Timotius 3:10-17
Berdasarkan penelitian Dr. Jeffrey Leven dan Dr. David Larsen, seperti yang dilaporkan di Washington Times, 30 Juli 1996, membaca Alkitab secara teratur bukan hanya baik bagi jiwa, tetapi juga baik bagi tubuh jasmani. Kedua ahli itu melakukan penelitian terhadap lebih dari 500 orang selama berbulan-bulan. Ditemukan, bahwa mereka yang membaca Alkitab secara teratur cenderung mempunyai tekanan darah lebih rendah dan tingkat depresi lebih rendah. Lebih sedikit menderita penyakit jantung, jarang yang kecanduan obat maupun alkohol, jarang yang mengalami perpecahan dalam perkawinan, juga tingkat kesehatannya jauh lebih baik.
Bisa dipahami, sebab seumpama makanan, Alkitab adalah makanan bergizi bagi jiwa. Dengan membaca Alkitab secara teratur, berarti kita memberi makanan bergizi kepada jiwa kita secara teratur pula. Sehingga jiwa kita pun akan sehat terjaga. Kondisi jiwa besar sekali pengaruhnya pada kondisi tubuh jasmani. Jiwa yang sehat akan memberi ketenangan pada hati dan pikiran. Selanjutnya hati dan pikiran yang tenang-bebas dari rasa gelisah, cemas, dan benci-akan membuat tubuh kita lebih rileks, jauh dari stres, dan lebih menikmati hidup. Sebaliknya, jiwa yang tidak sehat akan membuat hati dan pikiran kita tidak tenang, resah, galau, stres. Efeknya bisa merembet ke hal-hal lain; kesehatan tubuh, relasi kita dengan orang lain, keputusan-keputusan yang kita ambil, dan sebagainya.
Maka, baiklah kita menyediakan diri, meluangkan waktu, membuka hati, di mana pun dan kapan pun, untuk secara teratur membaca Alkitab -AYA
ALKITAB ADALAH SUMBER HIDUP SEHAT;
BAIK ROHANI, MAUPUN JASMANI
Rabu, 14 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 43-46
Nats : Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna (Matius 5:48)
SEPAKBOLA TANPA GAWANG
Bacaan : Kejadian 1:26-31
Bayangkan permainan sepakbola tanpa gawang. Betapa kacau dan anehnya. Dua puluh dua orang dewasa berebut satu bola. Tendang sana, tendang sini. Bola jauh dikejar, sudah dekat ditendang. Untuk apa semua itu kalau tidak ada gawang? Sepakbola menjadi menarik karena ada gawang yang dituju. Setiap pemain punya tujuan yang sama: mencetak gol ke gawang lawan sebanyak-banyaknya.
Tuhan menciptakan kita di dunia juga dengan tujuan tertentu. Betapa tidak menariknya hidup kita ini kalau sekadar untuk "menggelinding" tanpa tujuan yang jelas. Dalam ayat mas kita, Tuhan Yesus meminta supaya kita sempurna sama seperti Bapa di surga. Kata sempurna, bukan berarti kudus tanpa cacat cela. Kalau demikian artinya, jelas kita tidak mungkin menjadi sesempurna Allah.
Dalam bahasa Yunaninya kata sempurna adalah teleios, dari kata telos artinya: tujuan, akhir, maksud. Seseorang disebut teleios kalau ia sepenuhnya bisa berfungsi sesuai dengan tujuan ia diciptakan di dunia ini. Jadi ucapan Tuhan Yesus tersebut bisa diartikan begini: "Hendaklah kamu hidup sesuai tujuan Allah menciptakan kamu".
Lalu apa tujuan Tuhan menciptakan manusia? Seperti ditulis dalam kisah penciptaan: menjadi "segambar dan serupa" dengan Allah (Kejadian 1:26). Ungkapan "gambar dan rupa" Allah, itu bukan sekadar menunjukkan status kita sebagai ciptaan "tertinggi", tetapi juga sebagai tugas panggilan untuk kita "mencerminkan" Allah dalam hidup di dunia ini; baik karya maupun kasih dan kebaikan-Nya -AYA
KITA HIDUP DI DUNIA BUKAN KEBETULAN
TETAPI MEMBAWA MISI ALLAH UNTUK DUNIA INI
Kamis, 15 Januari 2009
Bacaan Setahun : Kejadian 47-50
Nats : Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu (Yunus 1:12)
BERANI MENGAKU SALAH
Bacaan : Yunus 1:1-16
Dulu pernah ada sebuah lagu pop Indonesia berjudul Merpati Tak Pernah Ingkar Janji. Janji didekatkan dengan sikap burung merpati yang tak pernah mendua hati. Merpati selalu setia pada pasangannya. Setiap kali, perhatiannya terarah hanya pada pasangannya.
Dalam Perjanjian Lama, arti nama Yunus sesungguhnya adalah "merpati". Namun, "merpati" yang satu ini tidak hanya ingkar janji. Ia bahkan enggan untuk taat, dan dengan segaja menolak perintah Tuhan. Tuhan memerintahkannya agar ke Niniwe, tetapi ia malah melarikan diri ke Tarsis; jauh dari hadapan Tuhan. Yunus menunjukkan keengganannya dengan "membayar kapal, naik kapal, pergi jauh dari hadapan TUHAN" (ayat 3). Namun, Tuhan menurunkan badai besar ke laut, sehingga kapal hendak karam. Saat itulah awak kapal membuang undi guna mengetahui siapa penyebab malapetaka tersebut. Dan Yunuslah yang terkena undi. Dengan besar hati, ia berkata, "Aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu" (ayat 12). Lalu ia pun meminta agar orang-orang membuangnya ke laut. Setelah itu dilakukan, laut pun reda. Dan "orang-orang di kapal itu menjadi sangat takut kepada TUHAN dan kemudian mempersembahkan korban sembelihan bagi Tuhan dan mengikrarkan nazar" (ayat 16).
Imbas sebuah pengakuan dosa adalah: masalah bisa selesai. Bahkan orang lain mengakui kekuatan Tuhan. Ketika kita salah, apakah kita berani mengakuinya secara kesatria? Atau, kita bersembunyi di balik segala alasan dan "tidur nyenyak" (ayat 5)? Yunus, "sang merpati" sempat hendak ingkar, tetapi akhirnya ia mau belajar setia pada Tuhan. Sudahkah kita juga? -DKL
PAHLAWAN IMAN, SELALU BERHATI KESATRIA
SEBAB IA TAHU, TUHAN MELIHAT SEGALA ISI HATINYA
Jumat, 16 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 1-4
Nats : Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN (Mazmur 9:11)
TAK KENAL, TAK SAYANG
Bacaan : Mazmur 9
Jika kita belum mengenal seseorang, hubungan kita dengannya mungkin akan kaku. Berbincang-bincang seadanya. Basa basi. Tak kenal, maka tak sayang. Lain halnya jika kita sudah mengenal baik seseorang. Kita bisa membicarakan banyak hal dengannya, termasuk hal-hal pribadi. Sebab kita percaya kepadanya. Semakin dalam kita mengenal seseorang, semakin kita dekat dan percaya kepada orang tersebut.
Banyak orang kristiani sulit untuk percaya kepada Allah. Mengaku percaya benar-benar itu mudah. Namun, banyak orang masih sulit untuk hidup dengan iman bahwa Allah memelihara dalam hidup sehari-hari. Sulit untuk percaya bahwa Dia memedulikan setiap pergumulan yang dihadapi. Buktinya, banyak anak Tuhan mudah menyerah pada ketakutan dan kekhawatiran hidup ini. Masalah yang datang menjadi tampak lebih besar daripada kuasa Tuhan.
Bagaimana kita dapat percaya penuh kepada Allah? Pemazmur mengungkapkan kuncinya. "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu" (ayat 11). Kuncinya adalah pengenalan. Ada beberapa cara tersedia bagi kita untuk mengenal Allah. Pertama, melalui firman-Nya. Kedua, melalui pengalaman kita berjalan bersama Allah. Ketika kita melakukan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti akan melihat tangan Allah menyertai. Ketika kita hidup dalam ketaatan kepada-Nya, kuasa-Nya akan makin nyata terasa.
Lewat firman dan pengalaman kita berjalan dengan Dia, kita akan semakin mengenal Dia hari demi hari. Sudahkah Anda menghidupi dua hal ini? Mari kita mulai sejak sekarang -GS
SEBERAPA DALAM KITA MENGENAL ALLAH
SEDALAM ITU KITA BISA PERCAYA PADA-NYA
Sabtu, 17 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 5-7
Nats : Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (Matius 9:12)
SAHABAT ORANG BERDOSA
Bacaan : Matius 9:9-13
Suatu kali saya bertanya kepada seorang ibu, "Apakah Ibu yakin masuk surga kelak?" Ibu itu menjawab, "Yakin sih. Ah, tapi kadang masih ragu juga." Yakin tetapi ragu? Artinya masih tidak yakin. Lalu saya bertanya lagi, "Mengapa begitu, Bu?" Si ibu menjawab, "Saya ini masih banyak dosa, masih suka berbohong, masih suka marah-marah terhadap suami saya. Pokoknya saya merasa tidak layak masuk surga."
Kerap kali perasaan dan kenyataan bahwa kita masih memiliki banyak dosa dapat membuat kita merasa enggan untuk datang kepada Tuhan. Namun, firman Tuhan hari ini memberikan sebuah konsep yang berbeda. Ketika Yesus tengah berkumpul dan makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa di rumah Matius, orang-orang Farisi yang ada di sekitar tempat itu mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Yesus. Akan tetapi, Yesus memberikan jawaban yang hingga kini menjadi pengharapan bagi semua orang berdosa, yaitu bahwa Dia datang ke dunia untuk menjadi sahabat orang-orang yang berdosa. Bukan untuk melakukan dosa bersama para pemungut cukai, melainkan untuk menghapuskan dosa-dosa mereka.
Seandainya Anda adalah salah satu dari orang-orang berdosa yang diundang untuk makan bersama Yesus di rumah Matius, respons apa yang akan Anda berikan? Menerima atau menolaknya karena merasa tidak layak? Pilihan ada di tangan Anda. Anda mesti tahu bahwa Yesus adalah sahabat orang berdosa. Dia akan selalu menerima orang berdosa; siapa pun yang mau datang kepada-Nya -RY
TAKUTLAH UNTUK BERBUAT DOSA
TETAPI JANGAN TAKUT MEMBAWA DOSA KEPADA KRISTUS
Minggu, 18 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 8-10
Nats : Hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia (Lukas 10:42)
KEHILANGAN MOMEN
Bacaan : Lukas 10:38-42
Sekelompok turis diberi waktu tiga puluh menit untuk menyaksikan matahari terbit di puncak gunung. Begitu fajar tiba, semua sibuk berfoto. Akibatnya, mereka tidak sempat berdiam diri untuk menyaksikan indahnya momen itu; saat sinar matahari perlahan-lahan menerangi gunung dan lembah; saat langit berubah menjadi jingga; betapa agungnya burung-burung elang terbang di kejauhan dengan pekikan suara membelah kesunyian pagi; menikmati hangatnya matahari pagi menerpa wajah. Para turis pulang dengan hanya membawa koleksi foto, tetapi kehilangan momen terindah! Mereka pernah ke sana, tetapi tak pernah sungguh hadir di sana.
Hal serupa terjadi atas Marta. Ketika Yesus mendatangi rumahnya, ia sibuk memasak. Marta ingin menjadi tuan rumah yang baik. Namun, kesibukan itu membuatnya kehilangan momen untuk bersama-sama dengan Yesus. Padahal Yesus sedang menuju Yerusalem untuk disalibkan. Waktu-Nya tinggal sedikit. Kehadiran-Nya di Betania adalah momen langka bagi Marta untuk bertemu Yesus. Sayangnya, waktu itu malah ia pakai untuk memasak. "Hanya satu saja yang perlu," kata Yesus. Dia tidak perlu makanan lezat. Dia mengharapkan kehadiran Marta. Sebuah persekutuan seperti yang dilakukan oleh Maria.
Tuhan kerap memberi momen yang indah kepada kita. Momen untuk beribadah di gereja. Momen untuk bercengkerama bersama keluarga. Momen untuk menunjukkan rasa cinta pada hari ulang tahun kekasih kita. Momen untuk menyaksikan keindahan alam ciptaan Tuhan. Pastikan Anda benar-benar hadir dan menikmati tiap momen. Jangan sampai kesibukan Anda merusak momen itu -JTI
SEBUAH KEHADIRAN JAUH LEBIH BERKESAN
DARIPADA SEJUTA KENANG-KENANGAN
Senin, 19 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 11-13
Nats : Jadi, akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pi (Filipi 4:8)
USIA PILIHAN
Bacaan : Filipi 4:2-8
Di sebuah kota hidup seorang wanita yang sudah sangat lanjut usianya, tetapi ia masih sehat dan tetap bersemangat. Ia tinggal sendirian di rumahnya yang sederhana. Suaminya telah meninggal dunia belasan tahun lalu. Para penduduk mengenalnya sebagai ibu yang murah senyum dan penuh perhatian kepada siapa saja.
Suatu hari, tepat di usianya yang ke-87, seorang wartawan dari surat kabar lokal mewawancarainya, "Apa rahasia Ibu sehingga bisa tetap sehat dan bersemangat?" tanya si wartawan. Ibu itu menjawab, "Saya berusaha selalu berpikir positif dan melakukan kegiatan-kegiatan positif". "Kegiatan seperti apa, Bu?" tanya si wartawan lagi. "Misalnya setiap hari saya merawat tetangga saya, seorang wanita berusia 70 tahun, menyediakan makanan untuknya, mengajaknya jalan-jalan sore, atau sekadar menemaninya minum teh dan menyulam."
Para ahli gerontologi, ilmu tentang warga usia lanjut, mengatakan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki tiga jenis usia, yaitu usia kronologis, usia biologis, dan usia psikologis. Usia kronologis dan usia biologis itu alamiah, tidak bisa dielakkan. Sedangkan usia psikologis tergantung pada pilihan kita sendiri. Kalau kita, seperti yang dinasihatkan Paulus hari ini, memiliki hati yang selalu bersukacita (ayat 4), hidup yang bersyukur (ayat 6), dan pikiran yang terarah pada hal-hal yang positif dan membangun (ayat 8), maka usia psikologis kita akan sehat. Selanjutnya, hal itu akan berdampak positif terhadap hidup keseharian kita. Dan dengan demikian, kita juga bisa menjadikan hidup kita senantiasa berguna serta bermakna -AYA
USIA TUA BUKAN HALANGAN UNTUK BERKARYA
KUNCINYA PADA HATI DAN PIKIRAN YANG SEHAT
Selasa, 20 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 14-17
Nats : Perhatikanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga (2Korintus 9:6)
SEKANTUNG UANG JATUH
Bacaan : 2Korintus 9:6-15
Sekantung besar uang jatuh-benar-benar jatuh-ke pangkuan Damian, bocah berumur delapan tahun. Karena menganggap uang itu dikirim oleh Tuhan, Damian, yang akrab dengan sejarah para santo, berupaya menggunakan uang itu untuk memberkati sesama, terutama menolong orang-orang miskin. Anthony, kakaknya yang berusia sepuluh tahun, menganggap uang itu sekadar sebagai durian runtuh; suatu keberuntungan yang tak terduga. Ia hanya ingin berfoya-foya dengan uang itu, antara lain dengan menawar apartemen dan membayar sejumlah anak nakal di sekolah untuk menjadi pelindungnya.
Perbedaan sikap kakak adik itu menjadi benang merah film Millions karya Danny Boyle. Film itu dengan jujur memperlihatkan bahwa mempergunakan uang secara murah hati tak jarang malah lebih pelik daripada menghambur-hamburkannya secara tidak bertanggung jawab. Bukankah memang demikian tantangan yang kita hadapi?
Kalau kita meneliti Alkitab, akan jelas bahwa Tuhan tidak menghendaki kita menghambur-hamburkan uang. Dia juga tidak mau kita menimbun harta dan mengandalkan banyaknya kekayaan sebagai penopang rasa aman. Yang satu menunjukkan kesembronoan, yang lain mengisyaratkan ketamakan dan penyembahan berhala.
Alkitab-sebaliknya-justru lebih banyak berbicara tentang perlunya membagikan kekayaan kita dengan mereka yang kurang beruntung. Tuhan mau kita belajar mengembangkan kedermawanan. Seperti dikatakan John Wesley, "Dapatkan uang sebanyak-banyaknya, tabunglah sebanyak-banyaknya, berikan sebanyak-banyaknya" -ARS
SEMAKIN BESAR JUMLAH UANG YANG KITA TERIMA
SEMAKIN BESAR TANGGUNG JAWAB UNTUK MEMAKAINYA
DENGAN BIJAK
Rabu, 21 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 18-20
Nats : Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan ... tetapi dengan perbuatan (1Yohanes 3:18)
HANYA PERKATAAN
Bacaan : Matius 25:35-46
Suatu hari, seorang pendeta dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh. Karena sangat sibuk dan tak berdaya untuk membantu, pendeta itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut. Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini:
Saya kelaparan ...
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya
Saya terpenjara ...
dan Anda menyelinap ke kapel untuk berdoa bagi kebebasan saya
Saya telanjang ...
dan Anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilan saya
Saya sakit ...
dan Anda berlutut menaikkan syukur kepada Allah atas kesehatan Anda
Saya tidak punya tempat berteduh ...
dan Anda berkhotbah tentang Allah sebagai tempat perteduhan abadi
Saya kesepian ...
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa
Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah
tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...
Puisi ini barangkali membuat wajah kita merah. Bukan karena marah pada sang pendeta, melainkan karena kita sendiri mungkin tak jauh beda dengan pendeta tersebut. Ya, dalam memberi bantuan, kita kerap lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis. Namun, tak ada satu pun tindakan nyata yang kita lakukan. Jika demikian, ingatlah bahwa kita mesti mengasihi bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan (1 Yohanes 3:8) -PK
SERIBU KATA MUTIARA TIDAK AKAN PERNAH ADA ARTINYA
JIKA TIDAK ADA SATU SAJA PERBUATAN NYATA
Kamis, 22 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 21-24
Nats : Karena itu, aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesengsaraan karena Kristus (2Korintus 12:10)
FOKUS KEPADA KRISTUS
Bacaan : Filipi 3:4-16
Paulus punya segudang alasan untuk mengeluh, kecewa, bahkan marah kepada Tuhan. Betapa tidak, ia adalah tokoh muda masyarakat Yahudi pada zamannya. Masa depan karier politiknya sangat cerah. Namun ia tinggalkan semua itu untuk mengikut Kristus dan mengabarkan Injil. Akan tetapi apa yang ia dapatkan? Bukan hidup nyaman dan enak, malah rupa-rupa tekanan dan tantangan; bukan karpet merah nan empuk, malah jalanan terjal penuh onak duri.
Dalam salah satu suratnya ia menulis, "Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu." (1 Korintus 11:24-26). Bahkan doanya pun-ketika memohon kesembuhan dari sakit-sampai tiga kali, tidak Tuhan kabulkan (2 Korintus 12:9).
Akan tetapi Paulus tidak undur dari imannya. Ia tidak surut dari pelayanannya. Ia tetap teguh dan gigih memberitakan Injil. Mengapa Paulus bisa demikian? Karena ia memfokuskan diri hanya kepada Kristus; bukan kepada sikap dan perlakuan orang lain terhadapnya, juga bukan kepada kejadian-kejadian yang dialaminya (ayat 10). Adakah iman dan komitmen pelayanan kita tengah goyah karena rupa-rupa kekecewaan? Seperti Paulus, fokuskan diri pada Kristus saja -AYA
APA YANG MENJADI FOKUS IMAN DAN PELAYANAN KITA
ITU AKAN MENENTUKAN KEGIGIHAN DAN KETEGUHAN KITA
Jumat, 23 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 25-27
Nats : Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1Korintus 6:20)
BERKUASA ATAS TUBUH
Bacaan : 1Korintus 6:12-20
Jessica Biel adalah salah satu aktris Hollywood yang berpendapat bahwa aborsi itu bersifat pribadi. "Setiap orang punya kekuasaan penuh atas tubuhnya sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa memaksa kita melakukan sesuatu (aborsi) atas tubuh kita sendiri," katanya. Kita tak hendak membahas tentang aborsi. Namun, mari cermati alasan yang disampaikan Jessica. Benarkah kita bebas berbuat apa saja atas tubuh kita?
Bila direnungkan lebih jauh, kita akan menemukan banyak contoh bahwa ternyata kita juga rentan tergelincir ke dalam sikap serupa. Kita memang tidak mendukung aborsi, tidak berzinah, tidak menyentuh rokok, alkohol, atau narkoba. Namun, bagaimana dengan perut yang mulai membuncit karena pola makan yang tidak teratur? Bagaimana dengan kemalasan berolahraga? Bagaimana pula dengan kebiasaan menonton film sampai larut malam hingga esoknya kita terlambat bangun dan membuat pekerjaan terbengkalai? Saat kita bersikap sembrono atau memperlakukan tubuh dengan sesuka hati, itu berarti kita tidak berkuasa atas tubuh yang Tuhan karuniakan.
Paulus menegaskan bahwa tubuh kita bukan milik kita sendiri. Kita tidak berhak menyalahgunakan atau menelantarkannya. Tubuh kita adalah milik Allah, dan kita diberi kepercayaan untuk merawatnya agar dapat digunakan untuk melayani Dia. Seperti perkakas di tangan tukang, tubuh kita disiapkan untuk melakukan pekerjaan-Nya.
Ketika becermin, kita dapat bertanya: Apakah saya merawat tubuh ini dengan baik sehingga dapat menjadi "alat" yang efektif di tangan-Nya? Apakah tubuh saya cukup bugar untuk berkarya bagi-Nya? -ARS
TUBUH ANDA ADALAH PERKAKAS ALLAH; PELIHARALAH.
TUBUH ANDA ADALAH BAIT ALLAH; HORMATILAH-Max Lucado
Sabtu, 24 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 28-31
Nats : Janganlah engkau pergi kian kemari menyebarkan fitnah ... janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN (Imamat 19:16)
YANG HARUS DIBUANG
Bacaan : Yakobus 4:11,12
Ada pendapat demikian: "Orang bijaksana membicarakan gagasan, orang biasa membicarakan kejadian, orang bodoh membicarakan orang." Tingkat kebijaksanaan seseorang terukur dari apa yang dibicarakannya. Membicarakan orang alias menggosip tergolong tingkat pembicaraan yang paling rendah. Mengapa? Sebab dari satu gosip saja, percakapan bisa berkembang ke mana-mana. Termasuk bisa menjadi fitnah.
Apakah fitnah itu? Dalam bahasa aslinya, Yakobus menggunakan kata yang maknanya "berucap hal yang jahat". Fitnah berarti membicarakan orang dengan niat yang sejak semula jahat. Mau mencelakakan orang. Kitab Imamat menyebutnya "mengancam hidup sesama". Benar! Akibat fitnah, persahabatan bisa rusak, pernikahan menjadi retak, karier terjegal, karakter serta nama baik seseorang tercemar. Masa depan hancur. Bahkan ada yang sampai mati bunuh diri akibat difitnah orang. Tak salah bila ada ungkapan, "Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan". Menurut Yakobus, sebenarnya si pemfitnah sedang berlagak memainkan peran sebagai "tuhan", bahkan menghakimi lebih dahsyat daripada Tuhan. Maka ia memberi peringatan agar kita jangan saling memfitnah. Fitnah itu jahat, Tuhan membenci fitnah.
Kehidupan ini sudah banyak kesusahannya. Penyakit, krisis ekonomi, kriminalitas, beban keluarga, stres, depresi, keputusasaan, dan sebagainya. Persekutuan kristiani harus menjadi tempat yang teduh bagi jiwa yang diterpa berbagai problema kehidupan. Bukan malah menambah beban dengan hadirnya fitnah di antara kita -PAD
IBARAT SAMPAH
FITNAH PUN HARUS DIBUANG DARI ANTARA KITA
Minggu, 25 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 32-34
Nats : Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apa artinya itu untuk orang sebanyak ini? (Yohanes 6:9)
ANONIM
Bacaan : Yohanes 6:1-14
Saya pernah bertemu sepasang suami-istri yang sangat menginspirasi
dalam pelayanan. Simon dan Penny Hood. Mereka membangun situs yang sangat komplit, berisi begitu banyak bahan mengajar Sekolah Minggu. Setiap bahan begitu menarik dan dibuat dengan nyaris sempurna. Dan, mereka membuka diri agar setiap bahan yang ada boleh diunduh secara cuma-cuma. Walaupun mereka berjerih lelah memikirkan dan menyiapkannya. Masih pula, mereka membiarkan setiap bahan itu anonim. Simon dan Penny sangat sadar, mereka hanyalah "hamba". Bagi mereka, yang penting, semakin banyak anak mengenal Yesus!
Demikian pula anak yang berbagi bekal dalam kisah Yesus memberi makan 5.000 orang. Sedikit sekali yang kita ketahui tentang anak ini. Bahkan ia luput dari perhatian Matius, Markus, dan Lukas, yang tak menyebutkan perannya saat mukjizat ini dibuat. Namun, meski murid-murid tak mengindahkannya, Tuhan menghargai pemberiannya. Bahkan melipatgandakannya. Dan kita tahu, melalui pemberiannya, nama Tuhan dibesarkan. Yesus yang dipermuliakan ketika kisah ini diceritakan ulang. Bukan anak itu.
Ketika bekerja keras melakukan pelayanan, bisa jadi kita berharap ada pengakuan dan penghargaan yang dapat dicicipi. Bisa jadi kita berharap nama kita terpampang hingga orang tahu siapa "pahlawan di balik layar". Simon dan Penny meneladankan sesuatu yang berbeda. Demikian pula si anak dalam bacaan kita. Firman Tuhan meminta kita mengedepankan kepentingan Kerajaan Allah. Bukan diri kita. Biarlah lewat hidup kita, nama-Nya semakin ditinggikan (Yohanes 3:30) ]-AW
DALAM SETIAP KARYA YANG KITA LAKUKAN BAGI TUHAN
BERIKAN KEMULIAAN TERBESAR HANYA BAGI-NYA!
Senin, 26 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 35-37
Nats : Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya (Filipi 3:12)
MENCAPAI PUNCAK
Bacaan : Filipi 3:10-16
Pagi-pagi buta, dua orang pemuda mendaki gunung untuk melihat matahari terbit. Dua jam berlalu. Selama waktu tersebut, semestinya para pendaki sudah tiba di puncak. Namun, mereka baru menempuh setengah jalan, karena kerap berhenti kelelahan. Tiap kali beristirahat, mereka melihat pemandangan indah di bawah. Godaan di hati acap kali muncul: "Buat apa naik lagi? Di sini saja pemandangannya sudah indah!" Setelah tiba di puncak, barulah mereka menyadari betapa mereka rugi apabila berhenti mendaki. Pemandangan di puncak ternyata jauh lebih indah daripada di tempat-tempat perhentian.
Perjalanan iman kita ibarat pendakian menuju puncak; menuju kesempurnaan dan kekudusan. Jalannya sulit dan mendaki. Pada saat kita penat, godaan terbesar yang kerap muncul adalah perasaan cukup. Kita merasa sudah cukup lama berjuang. Bukankah hasilnya sudah tampak, buat apa berjuang lagi? Akhirnya kita mandek; berhenti. Rasul Paulus tidak ingin hal itu terjadi atas dirinya. Karena itu, ia bertekad untuk "melupakan apa yang di belakangku" (ayat 13). Ia tidak mau terpukau dengan segala prestasi yang telah ia raih. Ia berprinsip "aku belum menangkapnya". Garis akhir belum terlihat. Yang terbaik masih harus diraih. Kesadaran ini mendorongnya untuk terus maju berjuang-berlari menuju tujuan.
Apakah Anda penat karena sudah lama berjuang untuk pemulihan diri ataupun keluarga? Apakah kelelahan membuat Anda ingin berhenti sampai di sini? Apakah Anda merasa cukup puas hidup di bawah standar yang Tuhan inginkan? Jangan berhenti sebelum mencapai puncak! Di sana tersedia berkat yang jauh lebih indah -JTI
DI SEPANJANG JALAN MENUJU KESEMPURNAAN
ADA BANYAK TEMPAT PERHENTIAN YANG PENUH GODAAN
Selasa, 27 Januari 2009
Bacaan Setahun : Ayub 38-42
Nats : Jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus (1Petrus 4:11)
SIKAP HATI
Bacaan : Yunus 4
Perbedaan antara melayani Tuhan dan melayani diri sendiri sangatlah tipis. Kita bisa saja memakai alasan melayani Tuhan, tetapi sebenarnya kita tengah melayani kepentingan dan kepuasan diri sendiri. Salah satu cara untuk menguji hal tersebut adalah dengan melihat respons yang kita berikan tatkala pelayanan kita tidak dihargai oleh orang lain, atau tatkala pendapat dan keinginan kita dalam pelayanan tidak diterima. Apabila respons kita adalah marah, bahkan sampai mengundurkan diri dari pelayanan, itu berarti kita tidak sedang melayani Tuhan tetapi melayani diri sendiri.
Salah seorang tokoh Alkitab yang pernah bersikap demikian adalah Yunus. Yunus marah tatkala melihat bahwa apa yang Tuhan lakukan ternyata tidak sesuai dengan keinginan dirinya (ayat 1). Yunus kecewa tatkala Tuhan mau mengampuni Niniwe, musuh besar bangsa Israel ketika itu. Akan tetapi, Tuhan tidak membiarkan Yunus terus menerus larut dalam kemarahannya. Tuhan menghibur dan mengubah sikap hati Yunus melalui tumbuh dan matinya sebuah pohon jarak. Tuhan mengajarkan bahwa yang seharusnya Yunus layani adalah keinginan Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Niniwe. Bukan keinginan hati Yunus yang menghendaki agar bangsa itu dihukum saja. Sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhanlah yang seharusnya dimiliki oleh setiap hamba-Nya.
Salah satu kesalahan yang kerap dihadapi para pelayan Tuhan adalah tatkala ia tidak lagi bisa membedakan mana keinginan Tuhan dan mana keinginan diri sendiri. Oleh sebab itu, marilah kita berubah. Milikilah sikap hati yang benar -RY
MELAYANI BERARTI MENGERJAKAN URUSAN TUHAN
BUKAN URUSAN KITA
Rabu, 28 Januari 2009
Bacaan Setahun : Keluaran 1-4
Nats : Sesungguhnya kita menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya (Yakobus 5:11)
TETAP BERTEKUN
Bacaan : Yakobus 5:7-11
Agatha Christie adalah penulis cerita misteri terkenal di dunia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa lima buku pertama yang ia tulis gagal total. Tidak laku. Menghadapi kegagalan tersebut, Christie tidak putus asa. Ia bertekad untuk menulis lagi sambil belajar dari kegagalannya. Hasilnya? Buku keenamnya mendapat sambutan luar biasa. Sejak saat itu Christie sukses. Ia pun bertekad untuk terus menulis. Minimal satu buku dalam setahun. Ketekunannya tersebut mendorongnya menjadi penulis produktif. Ia berhasil menulis 66 cerita misteri, ditambah 6 novel, dan banyak cerita pendek.
Kerja keras yang kita lakukan biasanya tidak langsung memberi hasil seperti yang kita harapkan. Inilah nasihat Yakobus kepada umat Tuhan yang telah berusaha keras hidup kudus. Dengan melakukannya, mereka berharap Tuhan akan datang segera. Namun ternyata tidak. Mereka pun menjadi jemu dan patah semangat. Yakobus mengingatkan bahwa kerja keras kita harus dibarengi dengan ketekunan. Seorang petani, misalnya, tidak cukup hanya bekerja keras merawat tanamannya tiap hari. Ia harus sabar dan bertekun; menunggu sampai hujan turun dan musim panen tiba (ayat 7). Tanpa ketekunan, ia akan menjadi jemu bahkan berhenti bekerja sebelum panen tiba. Sudah keburu patah semangat melihat tanamannya tak kunjung berbuah.
Apakah Anda tengah berjuang mengatasi sifat buruk? Ataukah Anda tengah bekerja keras untuk mencapai target tertentu dalam pekerjaan? Jangan mundur jika hasilnya belum tampak seperti yang Anda harapkan. Bertekunlah sambil menantikan pertolongan Tuhan -JTI
BANYAK ORANG GAGAL BUKAN KARENA KURANG KEMAMPUAN
MELAINKAN KARENA KURANG KETEKUNAN
Kamis, 29 Januari 2009
Bacaan Setahun : Keluaran 5-7
Nats : "Mulailah bangsa itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: 'Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum!'" (Keluaran 17:2)
KELANGKAAN AIR?
Bacaan : Keluaran 17:1-7
Di Indonesia air mudah didapat. Tidak demikian halnya di gurun pasir Mesir. Medannya sangat gersang. Kering. Suhu di siang hari mencapai lebih dari 400C. Disitu air menjadi sangat berharga. Ini soal hidup-mati. Tanpa air cukup, Anda akan mengalami dehidrasi, bahkan kematian. Di gurun itu, Anda bisa membeli 1,5 liter air botolan seharga 20-50 ribu rupiah. Namun pada zaman Musa, tidak ada penjual air! Bisa dipahami betapa paniknya orang Israel ketika mereka kekurangan air. Kematian sudah membayang. Mereka pun bersungut-sungut.
Dalam situasi panik dan stres, bersungut-sungut adalah respons alami yang sangat manusiawi. Masalahnya, umat Israel punya cukup alasan untuk tidak bersungut-sungut. Bukankah selama ini mereka hidup dari mukjizat Tuhan hari demi hari? Tiang awan dan tiang api tampak memimpin di depan. Baru saja Tuhan membuat air pahit di Mara menjadi manis sehingga bisa diminum (Keluaran 15:22-27). Sebelumnya, Tuhan telah membelah laut Merah sehingga mereka bisa berjalan di tengahnya (Keluaran 14:15-31). Tidak cukupkah semua pengalaman penuh mukjizat itu meyakinkan mereka bahwa kali ini pun Tuhan akan menolong lagi? Bahwa Tuhan tak akan membiarkan mereka mati kehausan?
Jadi, masalah mendasar umat Tuhan saat itu bukanlah kelangkaan air, melainkan kelangkaan iman. Kita pun bisa mengalami hal serupa. Lain kali, jika Anda mulai bersungut-sungut, ingat lagi berapa banyak pertolongan Tuhan yang pernah Anda alami di masa lalu. Yang mustahil telah dibuat menjadi mungkin. Tidakkah Anda yakin bahwa Tuhan akan menolong Anda sekali lagi? -JTI
SETIAP KALI TUHAN MENOLONG KITA,
TIDAK PERNAH DIA BERKATA: "INI KALI YANG TERAKHIR!"
Jumat, 30 Januari 2009
Bacaan Setahun : Keluaran 8-10
Nats : Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib (Amsal 17:9)
JANGAN NGOMPORIN!
Bacaan : Ester 5:9-14
Ngomporin adalah istilah lain dari memanas-manasi. Sesuai asal katanya, kompor, benda dapur yang fungsinya memanaskan atau memasak. Misalnya, Pak Kutut jengkel sekali dengan pendeta di gereja. Ia bercerita kepada Pak Towil, teman main tenisnya. Respon Pak Towil, "Iya tuh, memang pendetamu itu begitu. Payah. Gila hormat. Kamu sih masih baik, masih mau menyapa. Kalau aku, melihatnya saja sudah ingin muntah!" Di sini Pak Towil sudah ngomporin Pak Kutut.
Sikap suka ngomporin ini berbahaya karena bisa mendatangkan celaka. Hal inilah yang terjadi pada Haman. Haman jengkel sekali dengan Mordekhai. Penyebabnya sebetulnya sepele, yaitu karena Mordekhai tidak mau berlutut dan sujud kepada Haman (Ester 3:5). Celakanya, istri dan para sahabatnya bukannya meredakan panas hati Haman, melainkan malah ngomporin. "Suruhlah orang membuat tiang yang tingginya lima puluh hasta, dan persembahkanlah besok pagi kepada raja, supaya Mordekhai disulakan orang pada tiang itu; kemudian dapatlah engkau dengan bersukacita pergi bersama-sama dengan raja ke perjamuan itu" (ayat 14). Pada akhirnya, justru Haman sendiri yang mati digantung, bukan Mordekhai (Ester 7:1-10). Istri dan para sahabat Haman, bisa dibilang punya andil dalam tragedi yang menimpa Haman itu.
Maka, jauhkanlah dari kita sikap suka ngomporin. Sebaliknya, berusahalah menjadi orang yang mengademkan, menenangkan, sehingga orang lain bisa berpikir jernih dan tidak salah mengambil keputusan. Kita ikut bertanggung jawab, apabila ada orang lain yang celaka karena kita telah ngomporin -AYA
JANGAN JADI KOMPOR
JADILAH LILIN YANG MENERANGI KEGELAPAN HATI
Sabtu, 31 Januari 2009
Bacaan Setahun : Keluaran 11-13
Nats : Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus" (Keluaran 4:13)
ANDA UNIK!
Bacaan :
Dalam bukunya, "Temukan \'Sweet Spot\' Anda!", Max Lucado menulis demikian, "Jangan khawatir akan keahlian-keahlian yang tidak Anda miliki. Jangan mengingini kekuatan-kekuatan yang dipunyai orang lain. Anda hanya perlu mengembangkan keunikan Anda. Dan lakukanlah itu untuk membuat perkara besar bagi Allah."
Saat Musa hendak diutus Tuhan, berbagai keraguan muncul di hatinya. Ragu bangsa Israel akan menerimanya sebagai utusan Tuhan (ayat 1). Ragu bahwa ia dapat berbicara sebagai pemimpin (ayat 10). Ia berkata, "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus" (ayat 13), sehingga Tuhan marah mendengarnya terus berdalih. Musa merasa tak sepandai kakaknya untuk berbicara (ayat 14). Ya, walaupun bersaudara, Musa dan Harun memiliki kemampuan yang berbeda. Namun bila masing-masing melakukan bagiannya, maka mereka dapat memenuhi kerinduan Allah.
Ada banyak orang kristiani ragu untuk terjun dalam pelayanan karena merasa dirinya tak memiliki talenta yang dimiliki orang lain. Padahal Roh Allah mengaruniakan kepada kita masing-masing karunia yang khusus. Khas. Unik (1 Korintus 12:7,11). Yang perlu kita lakukan adalah menemukan keunikan kita, dan melakukan karya terbaik yang dapat kita capai dengan itu. Bagi kemuliaan-Nya. Kadang kita tak menyadari bahwa keunikan kita berharga. Kita kerap melihat orang lain dapat melakukan sesuatu yang tampak sulit bagi kita. Padahal sebaliknya, pasti ada hal-hal yang mudah kita lakukan, tetapi sulit bagi orang lain. Biarlah Tuhan dipermuliakan oleh setiap keunikan kita -AW
ADA BEGITU BANYAK PEKERJAAN DALAM KERAJAAN ALLAH
MARI LAKUKAN SETIAP BAGIAN KITA DENGAN SETIA
Posted by
fronita
Labels:
fReaK it

