Minggu, 1 Februari 2009

Bacaan Setahun : Keluaran 14-17
Nats : Perempuan itu ... berkata kepada orang-orang di situ, "Mari, lihatlah orang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat" (Yohanes 4:28,29)

DIAJAK TEMAN
Bacaan : Yohanes 4:27-30, 39-42

Faktor apa yang paling kuat mendorong orang datang ke gereja? Gedung yang megah? Acara yang menarik? Promosi yang gencar lewat koran atau selebaran? Ternyata tidak! Sebuah survei di Inggris menunjukkan bahwa kebanyakan orang tertarik datang ke gereja karena diajak teman. Banyak orang luar merasa takut atau terasing ketika memasuki gedung gereja. Semua serbabaru baginya. Di sinilah pentingnya undangan pribadi. Dengan ditemani seorang sahabat, orang baru ini bisa merasa tenang, sehingga berangsur-angsur bisa belajar mengenal Tuhan.

Ketika Yesus datang ke Samaria, Dia hanya menemui satu orang: perempuan yang hidup dalam perzinaan. Pertemuan ini membuahkan pertobatan. Setelah membukakan semua dosanya, Yesus memulihkan hidup perempuan ini. Sang perempuan lantas bersaksi kepada orang-orang di kotanya. Ia mengajak mereka melihat Yesus. Ajakan ini sangat efektif. Banyak orang datang kepada Yesus, bahkan meminta-Nya tinggal dua hari bersama mereka. Padahal orang Samaria biasanya antipati terhadap orang Yahudi seperti Yesus. Orang-orang itu akhirnya percaya kepada Yesus. Bukan lagi karena ajakan sang perempuan, melainkan karena mereka kini telah mengenal-Nya secara pribadi.

Kapan terakhir kali Anda mengajak seseorang datang ke gereja atau persekutuan? Untuk memperkenalkan orang kepada Kristus, Anda tidak perlu pandai berkhotbah. Cukup menjadi sahabat yang baik. Saksikan apa yang telah Anda alami bersama Kristus kepada teman Anda. Jika ia tertarik, undang dan temanilah ia ke gereja. Sungguh, ajakan Anda bisa membuka jalan baginya untuk mengenal Tuhan -JTI
LEWAT AJAKAN YANG PENUH KETULUSAN

TUHAN DAPAT MEMAKAI ANDA MENJADI PEMBUKA JALAN




Senin, 2 Februari 2009

Bacaan Setahun : Keluaran 18-20
Nats : Ibadah yang murni dan tidak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya diri sendiri tidak dicemarkan oleh dunia (Yakobus 1:27)

IBADAH DAN KEJAHATAN
Bacaan : Amos 4:4,5

Ibadah seperti apakah yang berkenan di hadapan Allah? Pertanyaan ini menjadi sangat penting ketika banyak gereja memperdebatkannya. Setiap gereja tentu memiliki pendapat masing-masing, tetapi kita tidak akan berdebat mengenai hal tersebut. Saya ingin mengajak kita melihat apa yang dikatakan Alkitab mengenai hal ini. Dalam Amos 4:4,5, Allah menyatakan bahwa Dia tidak berkenan kepada ibadah dan korban persembahan yang dilakukan oleh bangsa Israel. Mengapa Allah tidak berkenan atasnya? Karena Allah mendapati perbuatan mereka yang jahat di luar ibadah.

Allah sangat mementingkan ibadah, tetapi Allah menginginkan ibadah yang utuh. Allah tidak menginginkan kita bersikap baik hanya pada saat di gereja, sedangkan dalam hidup sehari-hari tidak. Dari sini kita dapat belajar bahwa hidup sehari-hari adalah cerminan atau bagian dari ibadah kita juga. Jikalau hidup kita penuh dengan kejahatan, Allah tidak akan pernah berkenan kepada ibadah dan persembahan kita.

Seberapa sering kita mengintegrasikan ibadah dan hidup sehari-hari? Jangan biarkan mulut kita memuji Tuhan di dalam gereja, tetapi mengeluarkan kata-kata kotor di luar gereja. Jangan biarkan tangan kita memberi persembahan di gereja, tetapi memeras orang di luar gereja. Jangan biarkan hati kita damai dan sukacita ketika tengah berada di gereja, tetapi penuh dengki dan kebencian di luar gereja. Allah menginginkan ibadah kita benar dan berkenan di hadapan-Nya. Bukan hanya di gereja kita memuliakan Tuhan, bahkan setiap saat di luar gereja pun kita mesti selalu memuliakan nama Tuhan -RY
BAPA KUPERSEMBAHKAN TUBUHKU

SEBAGAI IBADAH YANG SEJATI DAN BERKENAN PADA-MU

Selasa, 3 Februari 2009

Bacaan Setahun : Keluaran 21-24
Nats : Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (Mazmur 39:5)

TAHU BATAS
Bacaan : Mazmur 39:1-7

Pak Odang adalah penjual bubur ayam keliling. Enak dan jadi langganan banyak orang. Setiap pagi buburnya selalu laris diantre pembeli. Sering malah ada langganan yang sampai tidak kebagian. Seorang pembeli mencoba memberi saran kepadanya, "Pak Odang, besok jualan buburnya agak banyakan dong". Pak Odang hanya tertawa kecil, "Kalau ditambah terus, tidak bakalan ada habisnya," katanya ringan. Pak Odang tahu batas. Ia tahu bahwa kalau mau dituruti, keinginan untuk mendapat lebih tidak akan ada habisnya.

Celakanya, terkadang kita justru berlaku sebaliknya, tidak tahu batas. Tidak tahu batas kerja, tidak tahu batas bicara, tidak tahu batas makan. Sudah berkuasa, masih ingin lebih berkuasa. Sudah punya banyak, masih ingin lebih banyak lagi. Tidak pernah merasa cukup. Selalu merasa kurang, sehingga kita terus memacu diri. Akibatnya, kita malah kehilangan hal-hal yang lebih penting: kesehatan, waktu bersama keluarga, relasi pribadi dengan Tuhan, dan sebagainya.

Maka kita perlu selalu ingat, bahwa hidup ini fana. Akan ada masanya ajal menjemput (ayat 5). Seperti Daud, baiklah kita berseru kepada Tuhan, memohon hikmat agar kita mengetahui "batas kita". Dan menyadari bahwa hidup kita "hanyalah bayangan yang akan berlalu" (ayat 7). Dengan memiliki sikap tahu batas, kita akan terjaga dari sifat kemaruk (selalu ingin memiliki sesuatu secara berlebih, tidak pernah puas-Red.) atau serakah. Jangan lupa, godaan tidak selalu berupa kekurangan, tetapi juga bisa berbentuk kelebihan. Pencobaan tidak selalu berbentuk jalan buntu, tetapi terkadang juga berupa jalan yang lurus dan mulus -AYA
SEGALA SESUATU YANG BERLEBIHAN ITU TIDAK BAIK

MAKA TAHU BATAS ITU PENTING
Rabu, 4 Februari 2009

Bacaan Setahun : Keluaran 25-27
Nats : Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:15,16)

SALAH SIAPA?
Bacaan : Pengkhotbah 9:7-10

Sejak dulu manusia selalu punya angan-angan menciptakan mesin waktu. Seperti yang tergambar di komik dan film-film fantasi. Untuk apa? Ya, agar waktu bisa kita atur dan putar sekehendak hati untuk berkunjung ke masa lampau atau melongok ke masa depan. Angan-angan yang tak kunjung kesampaian. Sebab Tuhan memang menciptakan manusia dalam "perangkap" keterbatasan waktu.

Masa lalu tinggal kenangan. Masa depan masih berupa harapan. Satu-satunya kenyataan adalah sekarang. Saran bijaksana si pengkhotbah adalah agar kita menikmati dan menjalani apa yang ada di depan mata dengan sepenuh hati. "Nikmatilah hidup" dan "kerjakanlah itu dengan sekuat tenaga". Sebab tiap-tiap saat punya momentumnya. Untuk segala sesuatu ada waktunya (Pengkhotbah 3:1). Paulus juga menasihatkan hal serupa. Waktu kita terbatas. Tak dapat dipercepat atau diperlambat. Tak ada kompromi. Tak dapat diulang atau dihindari. Segalanya harus dihadapi pada saatnya. Jadi, "pergunakanlah waktu yang ada". Rebutlah setiap kesempatan yang ada untuk mendapat dan juga memberikan yang terbaik.

Manusia suka hidup tidak pada saatnya. Saatnya kerja malah tidur. Saatnya tidur justru begadang. Saat muda bermalas-malas. Saat tua tinggal sesal. Saat anak-anak butuh perhatian, orangtua lalai. Saat orangtua ingin akrab, anak-anak justru lebih memilih pergi bersama teman. Saat teduh diabaikan, ketika kesibukan melanda mengeluh tak ada waktu bagi Tuhan. Kala diminta melayani Dia, mulut menggerutu. Saat rindu melayani, tubuh sudah renta. Namun semua itu terjadi, salah siapa? -PAD
SEGALA SESUATU INDAH PADA WAKTUNYA

SETIAP KESEMPATAN IALAH ANUGERAH YANG TAKKAN TERULANG
Kamis, 5 Februari 2009

Bacaan Setahun : Keluaran 28-31
Nats : Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" (Markus 6:38)

1=0
Bacaan : Markus 6:35-44

Semua orang tahu bahwa 1 (satu) tidak sama dengan 0 (nol). Satu berarti ada sesuatu. Sedangkan nol artinya tidak ada sama sekali. Namun sadarkah kita bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap bersikap bahwa 1=0? Kita menganggap saat kita hanya memiliki sedikit barang, itu sama artinya dengan tidak punya apa-apa.

Dalam bacaan hari ini, murid-murid Yesus juga bersikap 1=0. Ketika itu Yesus mengajar ribuan orang, dan hari sudah mulai malam. Murid-murid menyarankan agar Yesus menyuruh mereka mencari makan sendiri. Di sisi lain, daripada mengambil jalan yang mudah dan umum (menyuruh orang banyak itu mencari makan sendiri), Yesus justru ingin murid-murid-Nya belajar sesuatu dari kesulitan itu. Murid-murid Yesus memprotes ketika Dia menyuruh mereka memberi makan orang banyak itu. Di tengah protes mereka, Yesus bertanya, "Berapa banyak roti yang ada padamu?" Yesus tidak bertanya, "Berapa banyak yang mereka butuh?" atau "Berapa harga roti?" Dia berkata, "Cobalah periksa!" Mereka menemukan 5 roti dan 2 ikan. Dari yang sedikit itu Tuhan menjadikannya berlimpah, bahkan bersisa.

Ketika kesulitan menghadang dan kita merasa hanya sedikit yang kita punya, janganlah takut atau tawar hati. Apabila ada 1, itu tidak sama dengan 0. Ingatlah kata Yesus, "Berapa banyak yang ada padamu?" Tuhan tidak bertanya berapa banyak yang dipunyai tetanggamu. "Cobalah periksa!" Mari kita periksa, apa yang kita punya. Kita akan terkejut menyadari bahwa Tuhan memberi kita cukup, bahkan lebih, untuk menyelesaikan kesulitan kita. Jika kita memberikan semuanya kepada Kristus, Dia akan melakukan lebih dari yang bisa kita bayangkan -GS
BERSAMA YESUS

YANG SEDIKIT SELALU CUKUP!
Jumat, 6 Februari 2009

Bacaan Setahun : Keluaran 32-34
Nats : Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia (1Raja 19:18)

TITIK HITAM
Bacaan : 1Raja 19:9-18

Di sebuah kelas sekolah dasar, seorang guru wanita memperlihatkan secarik kertas bergambar satu titik kecil berwarna hitam kepada para murid. "Ini apa, anak-anak?" tanyanya. "Titik, Bu!" jawab para murid serempak. "Bukan, ini kertas!" kata Bu Guru lagi. Ilustrasi kecil ini menunjukkan, bahwa orang bisa lebih terfokuskan perhatiannya pada satu titik hitam-walaupun kecil-dibanding pada lembaran besar kertas putih di mana titik hitam itu tergambar.

Hal itu juga terjadi pada Nabi Elia ketika ia melarikan diri dari Izebel, istri Raja Ahab, yang mengancam hendak membunuhnya. Di Gunung Horeb, Elia begitu frustrasi, ia merasa seolah-olah hidupnya begitu suram dan kelam. Sampai-sampai ia ingin mati sekalian (ayat 4). "Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku," keluhnya (ayat 10). Padahal, benarkah Elia tinggal sendirian? Ternyata tidak. Masih ada 7.000 orang lain yang tidak ikut sujud menyembah Baal (ayat 18).

Di tengah berbagai kesulitan, ketika badai hidup menerjang, apakah kita merasa hidup ini seolah-olah gelap sama sekali? Kita lalu merasa sebagai orang yang paling malang di dunia. Baiklah sejenak kita berdiam diri. Kita fokuskan perhatian pada hal-hal yang indah dalam hidup ini; mungkin kicau burung yang merdu, atau tawa riang anak-anak di sekitar kita, atau juga para sahabat yang selalu mendukung. Percayalah, kita akan menemukan kenyataan bahwa hidup kita tidaklah sekelam yang kita duga. "Ruang putih" dalam kertas hidup kita masih jauh lebih luas dibandingkan satu titik hitam beban yang ada di situ -AYA
DI BALIK MENDUNG HITAM ADA LANGIT BIRU NAN LUAS
Sabtu, 7 Februari 2009

Bacaan Setahun : Keluaran 35-37
Nats : Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Amsal 17:22)

OBAT PATAH HATI
Bacaan : Filipi 1:12-21

Amor medicabilis nullis herbis. Kalimat ini tertulis di tembok sebuah apotek tua di kota Luzern, Swiss. Artinya? "Tidak ada obat dapat menyembuhkan patah hati." Tidak jelas mengapa si pemilik apotek menuliskan kalimat ini. Yang jelas: ia benar! Patah hati adalah padamnya semangat hidup akibat hati yang terluka. Entah karena dikhianati kekasih atau mengalami kekecewaan berat. Hati yang patah tak bisa dipulihkan dengan pil tidur, minuman keras, atau hiburan duniawi.

Obat patah hati, kata Amsal, adalah "hati yang gembira". Namun, bagaimana kita bisa gembira kalau sedang patah hati? Teladanilah Rasul Paulus. Saat menulis surat Filipi, sudah dua tahun ia dipenjara. Ia banyak dikecewakan. Sementara di penjara ia tak bisa apa-apa, di luar banyak saudara seiman mengkhianatinya. Mereka memberitakan Injil "karena dengki dan perselisihan" (ayat 15). Mumpung Paulus absen, mereka yang selama ini merasa kalah bersaing mengabarkan Injil untuk menarik pengikut Paulus menjadi pengikutnya. Namun, Paulus melihat sisi positifnya. Gara-gara dipenjara, orang-orang istana yang mengadilinya bisa mendengar Injil (ayat 12,13). Tindakan rekan yang mau merebut popularitasnya malah membuat Injil makin tersebar. Hal-hal positif ini membuat hati Paulus bergembira. Ia sadar kemalangannya tak bisa menggagalkan rencana Tuhan.

Anda sedang patah hati? Lihatlah hal-hal yang positif! Jangan terpaku pada kemalangan Anda. Anda bisa gagal. Orang lain bisa menggagalkan impian Anda. Namun, rencana indah Allah untuk masa depan Anda tidak akan gagal! -JTI
TIDAK PERLU HADIAH ISTIMEWA UNTUK MEMBUAT HATI GEMBIRA

SYUKURILAH HAL-HAL YANG SEDERHANA
Minggu, 8 Februari 2009

Bacaan Setahun : Keluaran 38-40
Nats : ... seorang bapa memberitahukan kesetiaan-Mu kepada anak-anaknya (Yesaya 38:19)

MEWARISKAN IMAN
Bacaan : Yesaya 38:9-22

Lintang, salah satu bocah yang dikisahkan dalam film Laskar Pelangi, berbakat luar biasa dalam bidang matematika. Ia sangat gigih bersekolah. Setiap hari ia bersepeda dari pesisir ke sekolahnya di pedalaman Belitong. Selain jauh, ia juga mesti melewati lintasan di tepi rawa yang dihuni buaya. Sayang, tekadnya itu pupus di tengah jalan. Ayahnya meninggal. Ia terpaksa putus sekolah dan bekerja untuk membiayai adik-adiknya.

Film Laskar Pelangi, berbeda dari novelnya, membubuhkan epilog menyentuh. Lintang ternyata tak patah arang. Setelah dewasa ia menyekolahkan putrinya, dan menularkan semangat agar anaknya itu tidak menyerah.

Seperti semangat yang ditularkan, iman adalah pusaka rohani yang diteruskan secara turun-temurun. Hizkia berbicara tentang pentingnya mewariskan iman dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita sendiri menerima harta rohani yang berharga ini berkat kesetiaan para pendahulu kita dalam menyebarluaskan firman Tuhan. Mereka melakukannya tanpa putus asa meski menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan. Kegigihan mereka menjadi sumber inspirasi dan teladan iman yang menggugah.

Sekarang giliran kita untuk meneruskan iman itu. Kitalah pembawa tongkat estafet iman yang bertanggung jawab untuk menyerahkannya kepada generasi sesudah kita. Apabila Anda meluangkan waktu untuk mengajarkan firman Tuhan dalam persekutuan di rumah atau di gereja, bersaksi tentang sukacita hidup bersama Tuhan, dan, tentu saja, meneladankan ketaatan kepada firman-Nya, Anda sedang menanamkan warisan yang berharga -ARS
WARISAN IMAN DITANAMKAN

MELALUI PENGAJARAN, KESAKSIAN, DAN TELADAN
Senin, 9 Februari 2009

Bacaan Setahun : Imamat 1-4
Nats : Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu (Roma 1:10)

JANGAN TAKUT BERMIMPI
Bacaan : Roma 1:8-15

Mempunyai mimpi itu tidak salah. Bahkan baik. Mimpi dalam arti keinginan atau cita-cita untuk meraih atau mencapai sesuatu yang besar di masa depan. Sebab mimpi bisa mengarahkan ke mana kita harus melangkah. Orang yang tidak punya mimpi bagai orang yang bepergian tanpa tahu mau ke mana; luntang-lantung tanpa arah, tanpa tujuan. Banyak karya besar di dunia ini berawal dari sebuah mimpi. Pesawat terbang, misalnya, dimulai dari mimpi Wright bersaudara untuk terbang.

Waktu remaja, saya suka sekali ke toko buku. Tidak selalu untuk membeli. Lebih kerap sekadar untuk "melihat-lihat" dan "menikmati" suasana berada di antara deretan buku yang tersusun di rak. Rasanya menyenangkan. Saya lalu suka membayangkan, suatu saat buku-buku saya akan "berada" di rak-rak toko buku. Bisa jadi itu turut memotivasi saya menulis. Ketika itu sama sekali tidak terpikirkan, bagaimana "bayangan" tersebut bisa terwujud. Sekarang, hal itu bukan lagi mimpi. Hingga saat ini, saya sudah menulis beberapa buku yang di pajang di rak-rak toko buku.

Rasul Paulus juga mempunyai mimpi, yaitu pergi ke Roma, ibu kota kekaisaran Romawi. Ia sangat ingin memberitakan Injil di sana (ayat 15). Ketika itu, mungkin tidak terbayangkan bagaimana ia bisa sampai ke kota yang merupakan pusat dunia pada zaman itu; transportasi yang ada sangat terbatas, secara fisik ia sakit-sakitan, belum lagi berbagai ancaman menghampirinya. Akan tetapi, Paulus tidak pernah kendor dengan mimpinya itu. Ia terus membawanya dalam doa (ayat 10). Hingga pada akhirnya, ia sampai juga di Roma, walaupun tidak berstatus sebagai orang bebas (Kisah 28:11-16). Apakah mimpi Anda? -AYA
JANGAN MEREMEHKAN SEBUAH "MIMPI"

HIDUPI, YAKINI, TELATENI, DAN TEKUNI DALAM DOA
Selasa, 10 Februari 2009

Bacaan Setahun : Imamat 5-7
Nats : Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. (Pengkhotbah 3:11)

HANYA SEBUAH BELOKAN
Bacaan : Pengkhotbah 3:1-13

Seorang petani mempunyai seekor kuda jantan yang sangat disayanginya. Setiap hari, dengan telaten ia merawat kuda itu. Suatu kali kuda itu kabur. Para tetangga datang menyampaikan rasa simpati atas kehilangan yang dialami si petani. Sebulan kemudian kuda itu balik lagi disertai serombongan kuda liar dari gunung. Rupanya kuda itu lari ke hutan. Dan, ketika kembali ia diikuti oleh teman-temannya. Para tetangga datang memberi ucapan selamat karena kini ia memiliki banyak kuda.

Suatu hari anak laki-laki si petani berusaha mengendarai salah seekor kuda liar itu. Entah bagaimana ia terjatuh. Kakinya terinjak oleh si kuda liar hingga patah. Akibatnya ia menjadi lumpuh. Para tetangga datang lagi menyatakan rasa simpati. Satu tahun berselang terjadilah perang. Semua pemuda harus berangkat ke medan perang. Hanya anak laki-laki si petani yang dibebaskan untuk tidak ikut berperang karena ia lumpuh. Dan ia satu-satunya pemuda yang selamat dari desa itu.

Di balik musibah kerap tersimpan berkat. Sebaliknya, di balik berkat tidak jarang tersembunyi kesusahan. Maka penting sekali untuk kita selalu mawas diri. Jangan kecil hati ketika tertimpa musibah, sebab dari situ bisa saja kita menuai kebahagiaan. Tetapi juga tidak lupa diri saat bergelimang berkat, sebab bisa saja kemudian kita mengalami kesusahan. Apa yang tampaknya seperti "ujung jalan" kerap hanya sebuah "belokan", masih ada kelanjutannya. Seperti kata Pengkhotbah, untuk segala sesuatu di dunia ini ada waktunya; waktu suka waktu duka, waktu manis waktu pahit. Kita tidak bisa menyelami sepenuhnya pekerjaan Tuhan -AYA
APABILA DUKA MENIMPA INGAT SAAT SUKA

SUPAYA TIDAK KECIL HATI.

APAILA SUKA MENGHAMPIRI INGAT SAAT DUKA

SUPAYA TIDAK LUPA DIRI
Rabu, 11 Februari 2009

Bacaan Setahun : Imamat 8-10
Nats : Yesus berkata kepadanya, "Jangan kamu cegah, sebab siapa saja yang tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu" (Lukas 9:50)

PEMBEBAS ATAU PENINDAS?
Bacaan : Lukas 9:49-56

Ada dua tipe manusia, ditinjau dari caranya memperlakukan sesama. Tipe pertama adalah penindas. Cirinya: suka memaksa orang lain menuruti keinginannya. Jika kemauannya tidak dituruti, mereka akan memakai kuasanya untuk menindas. Tipe kedua adalah pembebas. Mereka bisa menghargai orang yang berbeda pendapat, bahkan tidak menyukai dirinya. Mereka membebaskan orang lain untuk menjadi diri sendiri.

Para murid termasuk tipe penindas. Baru saja menerima kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit (Lukas 9:1,2), sikap arogan mulai muncul. Yohanes berniat mencegah orang lain mengusir setan, karena ia "bukan pengikut kita". Ia bersama Yakobus bahkan siap "menyuruh api turun dari langit" untuk membinasakan orang-orang Samaria yang tidak mau menerima kedatangan Yesus. Padahal Yesus sendiri tidak marah terhadap penolakan mereka. Dia menghargai perbedaan pendapat. Dia memahami sikap orang Samaria dan tidak memaksa mereka menuruti kehendak-Nya. Yesus adalah pembebas. Kedua murid tersebut Dia tegur karena bersikap sebagai tuan yang menindas sesama.

Kita diberi kuasa untuk melayani. Membebaskan. Namun, kuasa bisa disalahgunakan untuk menindas; si kaya menindas si miskin, majikan menindas karyawan, penguasa menindas rakyat; kelompok mayoritas menindas minoritas. Sungguh tak adil memaksa orang menuruti kemauan kita. Thomas à Kempis berkata, "Jangan marah karena engkau tidak bisa membuat orang lain menjadi seperti yang kauinginkan, sebab engkau sendiri tidak bisa membuat dirimu menjadi seperti yang kauinginkan" -JTI
ANDA DAPAT MEMBANGUN TAKHTA DI ATAS BAYONET

TETAPI ANDA TAK DAPAT DUDUK DI ATASNYA UNTUK WAKTU LAMA
Kamis, 12 Februari 2009

Bacaan Setahun : Imamat 11-13
Nats : Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu (Yohanes 14:17)

PEMANDU ADA DI PERAHU
Bacaan : Matius 7:24-27

Saat diadakan retret penulis Renungan Harian di Magelang, peserta ditawari berwisata arung jeram di Kali Progo. Saya bersemangat menjajal pengalaman baru itu. Sebelum berangkat, sang pemandu memberi petunjuk tentang aba-aba yang harus diperhatikan, cara dan arah mendayung, serta potensi bahaya yang mesti diantisipasi peserta. Mendengar penjelasan itu, dan karena saya tidak bisa berenang, jantung saya jadi sedikit berdebar. Amankah perjalanan ini? Namun sungguh melegakan, arung jeram selama dua jam itu ternyata menjadi petualangan kecil yang mengasyikkan.

Apa rahasianya? Karena sang pemandu ikut serta di perahu. Ia sudah sangat menguasai medan yang dilewati, sehingga bisa mengarahkan peserta dan memberikan aba-aba yang tepat. Kami tinggal mengikuti arahannya untuk berperahu dengan aman dan menikmati perjalanan.

Bukankah keadaan itu mirip dengan perjalanan rohani kita? Di satu sisi, Tuhan Yesus tidak menjanjikan kehidupan yang mulus dan aman tanpa tantangan. Dia menyatakan bahwa kehidupan kita akan didera oleh hujan, banjir, dan angin pencobaan. Di sisi lain, Dia mengutus Roh Kudus untuk menyertai kita dan diam di dalam perahu kehidupan kita, membimbing perjalanan kita.

Tak ayal kita masing-masing menghadapi persoalan hidup tertentu. Syukurlah, Sang Pemandu ada di dalam perahu dan siap sedia mengarahkan kita. Kita hanya perlu membuka hati untuk memerhatikan bimbingan-Nya. Sepanjang kita menaati petunjuk-Nya, kita dapat tetap bersukacita dan mendapatkan kekuatan untuk mengatasi persoalan tersebut. Nikmatilah perjalanan Anda! -ARS
TUHAN ADA DI DALAM PERAHU KEHIDUPAN KITA

DAN DIA TIDAK BERDIAM DIRI
Jumat, 13 Februari 2009

Bacaan Setahun : Imamat 14-16
Nats : Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1Korintus 10:13)

BEBAN-BEBAN
Bacaan : 1Korintus 10:10-13

Banyak orang kuat suka lupa dengan kelemahan orang lain. Lupa bahwa orang lain tidak sekuat dirinya, sehingga tidak jarang mereka mengukur dan menuntut orang lain seperti dirinya. Namun kita memiliki berita baik: Allah Bapa kita di surga tidak seperti itu. Sekalipun Dia dahsyat dan penuh kuasa, Dia tidak pernah lupa bahwa kekuatan anak-anak-Nya terbatas. Dia tahu betul batas kekuatan kita.

Jika pencobaan-pencobaan terjadi dalam hidup kita, Dia menjamin kita dapat menanggungnya. Tak ada pencobaan yang melampaui kekuatan kita. Namun, mengapa Tuhan mengizinkan pencobaan atau beban datang di hidup kita? Karena beban-beban itu akan membuat kita berbobot, sehingga "tidak mengambang".

Suatu kali, beberapa lebah dibawa dalam penerbangan ke luar angkasa untuk mengetahui reaksinya terhadap keadaan tanpa bobot. Dari eksperimen itu dilaporkan bahwa pada atmosfer tanpa bobot, lebah-lebah itu mampu mengambang tanpa usaha apa pun-sangat santai-sangat ringan. Lebah-lebah itu sepertinya menikmati perjalanan, tetapi ternyata hanya untuk sesaat. Sebab sekejap kemudian mereka mati. Mengambang saja seperti itu membuat mereka melayang-layang, terputar-putar, dan kemudian mati. Perhatikan juga bahwa ikan yang mengambang di akuarium bukanlah ikan yang hidup, tetapi ikan yang sudah mati.

Nyatanya dalam hidup ini kita memerlukan "beban" agar tidak "mengam-bang". Perlu ada pergumulan menghadapi masalah yang justru akan menghidupkan kita. Dan karena Tuhan berjanji beban itu takkan melampaui batas kekuatan kita, mari bangkit dan hadapi semua yang di hadapan kita! -MNT
BEBAN YANG MEMBERI BOBOT DI HIDUP KITA

AKAN MEMBUAT KITA SELALU BERLUTUT MENGANDALKAN TUHAN
Sabtu, 14 Februari 2009

Bacaan Setahun : Imamat 17-19
Nats : Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis (Kidung 2:2)

SHMILY
Bacaan : Kidung 2:1-7

Saya mendengar kisah ini ketika menjalani konseling pranikah. Pendeta bercerita tentang sepasang suami istri yang awet menikah. Rahasia mereka sederhana. Setiap hari mereka masing-masing menuliskan SHMILY di tempat-tempat tertentu di sekitar mereka-di secarik kertas yang disisipkan di wadah gula, di kaca cermin, di gundukan pasir kebun, atau di lipatan kemeja bekal perjalanan ke luar kota. Malamnya sang suami akan bercerita (atau menelepon dari luar kota) bagaimana ia menemukan tulisan tersembunyi istrinya, dan sang istri bercerita sebaliknya. Kebiasaan itu memupuk kemesraan mereka hari demi hari. Apa arti SHMILY? See how much I love you-lihatlah, betapa aku mencintaimu!

Salomo menulis kidung panjang tentang sepasang kekasih yang bernaung di bawah panji cinta. Dalam cuplikan yang kita baca, si gadis merasa dirinya seperti bunga mawar dan bunga bakung, jenis bunga yang mudah ditemukan di Israel. Ia mungkin menganggap dirinya gadis yang biasa-biasa saja. Namun, kekasihnya berpandangan lain. Di matanya yang penuh cinta, gadis itu "seperti bunga bakung di antara duri-duri"-sosok yang istimewa, menyita perhatian, dan layak dipuji.

Bahasa cinta, yang dilandasi dengan penghargaan terhadap pasangan yang kita cintai, memang vital untuk membina kemesraan pernikahan. Di sebuah situs internet ada nasihat jitu mengenai hal ini. Bunyinya, "Jangan mengatakan \'Aku cinta padamu\' kalau kau tidak bersungguh-sungguh. Namun, kalau kau bersungguh-sungguh, ucapkanlah hal itu sesering mungkin. Orang mudah lupa" -ARS
UNGKAPKAN CINTA ANDA KEPADA PASANGAN SESERING MUNGKIN

-- MELALUI SIKAP, UCAPAN, DAN TINDAKAN
Minggu, 15 Februari 2009

Bacaan Setahun : Imamat 20-23
Nats : Sekalipun pohon ara tidak berbunga ... namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku (Habakuk 3:17,18)

BISA GILA
Bacaan : Habakuk 3:14-19

Arswendo Atmowiloto-seorang penulis senior yang pernah dipenjara gara-gara kasus angket tokoh terpopuler di Indonesia, yang dimuat di Tabloid Monitor- dalam bukunya, Menghitung Hari, kumpulan tulisannya selama dipenjara, menulis demikian: "Kalau kita bilang tinggal di penjara itu enak, kita ini gila. Tetapi kalau kita sudah di dalam penjara, dan tidak bisa merasakan bahwa tinggal di penjara itu enak, kita bisa jadi gila!" Maksudnya kurang lebih, kalau kita tidak bisa menyenangi situasi tidak menyenangkan yang harus kita hadapi, itu berarti kita hanya menambah masalah.

Ada saat-saat tertentu kita hidup "bagai dalam penjara". Kita berada dalam situasi amat menyesakkan. Pahit. Getir. Kita ingin keluar, tetapi tidak bisa. Mau tidak mau kita harus menelannya. Situasi itu bisa berupa suasana kerja yang menekan berat; bos yang sulit, rekan sekerja yang menyebalkan, tuntutan kerja yang tidak masuk akal. Inginnya keluar kerja. Sudah berusaha mencari pekerjaan baru, tetapi tidak kunjung dapat. Atau penyakit berkepanjangan; sudah berobat ke sana kemari, tetap saja tidak sembuh.

Dalam situasi demikian, tidak ada jalan lain, terima kenyataan dengan iman. Yakinkan diri, bahwa di balik segala situasi yang Tuhan izinkan kita alami pasti ada hikmahnya. Inilah yang dilakukan oleh Habakuk. Ia menghadapi situasi yang getir; penindasan, kelaliman, kejahatan, kekerasan, pertikaian, ketidakadilan (Habakuk 1:2-4). Tetapi ia tidak menjadi patah arang. Bacaan kita menunjukkan bagaimana ia tetap berpengharapan di dalam Tuhan yang ia percaya -AYA
KALAU KITA TIDAK BISA MENGUBAH KEADAAN

CARA TERBAIK ADALAH MENERIMANYA
Senin, 16 Februari 2009

Bacaan Setahun : Imamat 24-27
Nats : Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes (Lukas 7:30)

SUSAHNYA BERUBAH
Bacaan : Lukas 7:29-35

Setiap tahun, 600.000 orang Amerika menjalani operasi bypass jantung. Ini hanya solusi sementara. Pasca operasi, mereka selalu diingatkan supaya mengubah gaya hidup. Mereka harus mengubah pola makan, berhenti merokok, dan berolahraga. Jika tidak, kondisi jantung akan memburuk dan membahayakan jiwa. Penelitian menunjukkan ternyata 90% pasien tidak mengubah gaya hidupnya sekalipun terancam maut. Mengapa? Karena sikap membenarkan diri sendiri. Banyak yang berpikir, "Bukankah soal mati hidup di tangan Tuhan? Itu tidak ditentukan oleh gaya hidup saya!"

Orang akan sulit berubah jika ia terus membenarkan diri sendiri. Lukas menceritakan, ada dua kelompok orang yang sama-sama telah mendengar firman dan melihat karya Yesus, namun reaksi keduanya sangat berbeda. Kelompok orang banyak dan pemungut cukai langsung mengakui kesalahannya, dibaptiskan, dan mengubah cara hidup mereka (ayat 29). Sedangkan kelompok orang Farisi dan ahli Taurat bereaksi sebaliknya. Mereka "menolak maksud Allah terhadap diri mereka" (ayat 30). Bukannya mengubah diri, mereka malah membenarkan diri sambil mencari-cari kesalahan Yesus dan Yohanes Pembaptis yang memberitakan kebenaran (ayat 33-34).

Apakah Anda merasa sulit berubah? Berhentilah membenarkan diri sendiri. Jika Anda terus mencari-cari alasan untuk memaklumi dan memaafkan diri sendiri, Anda akan segan berubah. Perhadapkanlah diri sendiri dengan kebenaran, walaupun terasa pahit. Memang berubah itu sulit, sakit, dan memakan waktu lama. Namun tanpa perubahan, tak akan ada kemajuan -JTI
ORANG YANG TAK PERNAH BERUSAHA BERUBAH

BAGAI ATLET YANG BELUM BERTANDING

SUDAH MENGAKU KALAH
Selasa, 17 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 1-3
Nats : Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kelaliman (Matius 23:28)

"APA KATA DUNIA?"
Bacaan : Matius 23:25-28

Sebagian besar dari kita mengenal nama Naga Bonar. Dia adalah tokoh utama film Naga Bonar (1987) dan Naga Bonar (Jadi) 2 (2007). Satu frase terkenal yang sering diucapkannya adalah, "Apa kata dunia?" Frase ini mencerminkan salah satu sikap dari kebanyakan orang Indonesia, yaitu sangat memedulikan pendapat dan impresi orang lain.

Ada kebaikan, tetapi ada juga keburukan dari sikap semacam ini. Salah satu kebaikannya, hal ini menimbulkan kontrol masyarakat terhadap moralitas. Namun, salah satu keburukannya adalah kemungkinan munculnya kemunafikan seperti dalam bacaan hari ini.

Ahli Taurat dan orang Farisi adalah tokoh-tokoh masyarakat pada zaman itu, yang berusaha untuk menjaga citra mereka sebaik mungkin. Namun akibatnya, mereka lebih memedulikan pendapat orang daripada pendapat Allah yang sesungguhnya paling berhak menilai hidup mereka. Mereka lupa mengurusi hati dan pribadi mereka. Mereka menjadi seperti piring yang bersih di luarnya, tetapi dalamnya tidak. Atau, seperti kuburan yang tampak indah di luarnya, tetapi berisi tulang belulang dan kotoran di dalamnya.

Terkadang kita juga seperti itu; lebih memikirkan apa pendapat orang daripada pendapat Allah. Akibatnya di gereja kita terlihat saleh, tetapi di luar kita bejat secara moral. Atau, kita menghalalkan segala cara untuk meraih keberhasilan demi dipuji orang. Atau, di hadapan orang banyak kita terlihat bijaksana, tetapi di rumah sendiri kita adalah orang yang kasar. Hari ini kita ditegur untuk tidak hanya mengurusi pendapat orang lain, tetapi terutama memikirkan pendapat Allah -ALS
JANGAN TANYA, "APA KATA DUNIA?"

MELAINKAN, "APA KATA ALLAH?"
Rabu, 18 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 4-6
Nats : ... tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat (Amsal 3:32)

DUSTA
Bacaan : Kisah 5:1-11

Membiarkan berkembangnya sesuatu yang berpengaruh buruk adalah kesalahan serius. Ibarat penyakit menular, jika dibiarkan ia akan semakin banyak memakan korban. Ibarat sel kanker, jika sudah berkembang hingga ke stadium lanjut, ia akan semakin sukar dilumpuhkan. Ibarat kebiasaan buruk, jika dibiarkan sejak anak-anak akan menjadi watak yang buruk. Daya rusaknya sudah terlampau kuat untuk dihambat. Satu-satunya cara mengatasi hanya dengan mencegah atau memberantasnya selagi masih dini.

Gereja di zaman para rasul tentu masih amat "muda". Tugasnya adalah menjadi saksi kebenaran injil Yesus Kristus. Dalam pengadilan di masa itu, kebenaran sebuah kesaksian harus dikukuhkan oleh dua orang saksi. Jadi, banyak murid diutus berpasangan-seperti Petrus dan Yohanes atau Paulus dan Barnabas-untuk meneguhkan kebenaran injil. Dusta adalah dosa yang bertolak belakang dengan tugas menjadi saksi. Menjadi saksi harus berkata benar. Oleh sebab itu, ketika ada dua orang murid bersepakat dalam sebuah dusta, mereka dihukum dengan amat serius untuk menjadi peringatan bagi semua orang. Sebab seorang saksi tak mungkin berkompromi dengan dusta. Itulah sebabnya kita tertegun membaca tentang hukuman berat yang harus dialami oleh pasangan Ananias dan Safira.

Ada hal-hal dalam kehidupan ini yang tidak bisa dikompromikan, sebab sejak dari akarnya sudah bertolak belakang. Termasuk dusta melawan kebenaran. Jika kebiasaan buruk berdusta dibiarkan, ia akan menjadi bencana di kemudian hari. Kita harus bersikap tegas terhadapnya -PAD
TIADA CARA LAIN UNTUK MEMERANGI DUSTA

SELAIN MEMANGKASNYA SEDINI DAN SESERIUS MUNGKIN
Kamis, 19 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 7-10
Nats : Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat (Ibrani 11:1)

BERIMAN DENGAN TULUS
Bacaan : Daniel 3:14-21

Ketika seorang murid bertanya, apa yang akan diminta gurunya jika ia bertemu Tuhan, sang guru yang bijaksana menjawab, "Aku akan meminta api dan air. Api untuk membakar surga, sedangkan air untuk memadamkan neraka, sehingga surga dan neraka tidak lagi dijadikan alasan manusia untuk beriman kepada Tuhan. Biarlah setiap orang beriman hanya karena cintanya kepada Tuhan. Tanpa pamrih, tanpa syarat."

Bekerja untuk mendapat upah itu wajar. Yang tidak wajar adalah beriman demi "upah". Upah, entah takut sesuatu ataupun berharap sesuatu. Sama dengan kita mencintai seseorang karena takut kelak tidak ada yang mengurus atau karena kita ingin mendapat berbagai fasilitas. Bukankah itu cinta yang tidak tulus? Demikian juga iman. Iman yang didorong untuk mendapat "upah" adalah iman yang tidak tulus.

Iman yang tulus adalah iman seperti yang ditunjukkan oleh Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka diperintahkan untuk tunduk menyembah patung emas Raja Nebukadnezar. Itu artinya mereka harus menyangkal iman mereka kepada Allah. Jikalau mereka tidak patuh, perapian yang menyala-nyala sudah menanti.

Lalu apa jawab mereka? Ini. "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu" (Daniel 3:16-18) -AYA
IMAN YANG SEJATI, SEPERTI JUGA CINTA YANG SEJATI

SELALU TANPA SYARAT
Jumat, 20 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 11-14
Nats : ... dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:24)

MANUSIA BARU
Bacaan : Efesus 4:17-32

Sudah sering kita mendengar orang melakukan operasi wajah, sedot lemak, permak perut, pengambilan tahi lalat, dan sebagainya. Tujuan semua ini adalah agar manusia berpenampilan baru. Ya, mungkin saja penampilan orang bisa baru, tetapi itu tak menjamin bahwa orangnya juga menjadi baru!

Ketika Paulus berpesan kepada jemaat Efesus agar menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, tentu bukan operasi fisik yang ia maksud. Yang mesti baru adalah kualitas hidup manusia. Itulah yang menentukan kebaruan manusia. Bagaimana caranya? Bukankah kita hobi menjalani hidup dengan cara lama? Merasa sayang membuang hidup yang lama? Sebagai rasul yang mengenali watak manusia semacam ini, Paulus membimbing umat di Efesus untuk berjuang melalui langkah-langkah berikut. Pertama, menyadari bahwa hidup sebagai orang yang tidak mengenal Allah adalah hidup yang tak ada maknanya, sia-sia. Kedua, menyadari bahwa kita pasti punya pengalaman dengan Kristus. Pengalaman itu indah dan mengubahkan hidup kita. Namun seiring berjalannya waktu, kita kerap mengabaikan dan meninggalkannya. Padahal pengalaman itu sangat berharga, sehingga perlu dipelihara. Dan terus mengejar pengalaman-pengalaman yang baru bersama-Nya. Tahap ketiga adalah menjaga sikap hidup sehari-hari, misalnya dalam mengelola amarah, menjaga lidah, dan sebagainya. Melalui langkah-langkah ini, manusia baru akan terus terpelihara kebaruannya.

Menjagai kualitas hidup kita tetap baru tentu tidak mudah. Namun ini bukan hal yang mustahil. Kristus, Tuhan dan Sahabat kita, tak akan membiarkan kita berjuang sendiri -DKL
AGAR HIDUP SENANTIASA BARU

DEKATLAH SELALU KEPADA ALLAH SANG PEMBARU
Sabtu, 21 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 15-17
Nats : Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat (Kejadian 12:2)

MENANTI JANJI
Bacaan : Kejadian 12:1-9

Menantikan sebuah janji sering diiringi dengan munculnya rasa gelisah. Apalagi jika prospek yang dihadapi kelihatan bertolak belakang dengan janji tersebut, wajar jika orang yang menjanjikannya menjadi objek keraguan dan pertanyaan kita. Suatu kali, seseorang menjanjikan bantuan dana untuk sebuah kebutuhan pelayanan yang mendesak. Kami harus membayar sewa rumah pelayanan, berikut dengan beberapa renovasi agar atap rumah tidak bocor jika hujan turun. Namun sampai menjelang waktu pembayaran, dana tidak kunjung diberikan. Muncul keraguan, apakah ia masih ingat janji tersebut?

Tuhan menjanjikan kepada Abraham sebuah negeri di tanah Kanaan. Masalahnya negeri itu didiami oleh bangsa Kanaan. Tanah yang akan diberikan kepadanya bukan tanah tak bertuan, tetapi tanah yang didiami orang lain. Keraguan dan kebingungan pasti menguasai hati Abraham. Janji Tuhan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya. Namun kita tahu kemudian hari, keturunan Abraham menjadi bangsa yang besar, dan tanah Kanaan menjadi milik pusaka mereka. Itu terjadi kurang lebih 400 tahun kemudian. Dan, selama masa itu Tuhan tidak melupakan janji-Nya kepada Abraham!

Dalam hidup ini, pengalaman dikecewakan oleh janji manusia tidak perlu membuat kita meragukan janji Tuhan. Bahkan ketika kita lupa, Tuhan tidak akan melupakan janji-Nya. Apa yang dikatakan-Nya pasti akan digenapi. Janji Tuhan sepasti matahari yang terbit di pagi hari. Kita tidak akan kecewa jika berpegang teguh pada janji-Nya. Dia belum pernah mengecewakan, dan Dia tidak akan pernah mengecewakan -DBS
PERCAYA PADA JANJI TUHAN ADALAH HAL PALING BIJAKSANA

YANG BISA KITA LAKUKAN DALAM SEBUAH PENANTIAN
Minggu, 22 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 18-20
Nats : Dengan bertekun dan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergiliran dan makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati (Kisah 2:46)

POTONG RAMBUT 10 MENIT
Bacaan : Kisah 2:41-47

Di Singapura ada jasa potong rambut ekspres. Hanya dalam 10 menit rambut kita sudah dipotong rapi. Sudah beberapa kali saya memotong rambut di sana. Memang sangat praktis! Namun karena waktunya singkat, tak ada kesempatan untuk bercakap-cakap dengan si pemotong rambut. Pengalaman ini kontras dengan pengalaman memotong rambut di Indonesia. Sebab sementara rambut dirapikan, kerap terjadi percakapan yang cukup seru antara pelanggan dan pemotong rambut.

Tentu ini bukan berarti bahwa kepraktisan yang ditawarkan salon di Singapura itu salah. Sebab memang tujuan utama orang datang ke salon adalah untuk memotong rambut. Kesempatan mengobrol dengan si pemotong rambut bukanlah yang utama.

Akan tetapi, sikap seperti ini tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan bergereja! Sebab kita datang ke gereja setiap Minggu bukan sekadar untuk beribadah kepada Tuhan. Namun, juga untuk bersekutu dengan sesama anak Tuhan. Ini dicontohkan oleh jemaat mula-mula seperti yang tertulis dalam bacaan Alkitab hari ini.

Setelah seminggu bergelut di dunia kerja (termasuk keluarga, sekolah, dan sebagainya), kita perlu bersekutu dengan saudara-saudara seiman. Persekutuan ini akan menyegarkan dan menguatkan kita untuk melanjutkan kehidupan di minggu yang baru. Memang ada kalanya kita harus terburu-buru pergi setelah kebaktian karena suatu urusan yang mendesak. Ini bisa dimaklumi. Namun, kita perlu berusaha supaya hal ini tidak terjadi setiap Minggu. Jadi, sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu, kita punya kesempatan untuk "berbincang-bincang" dengan saudara-saudara seiman sebagai satu keluarga di dalam Kristus -ALS
KRISTUS MENYEDIAKAN KEKUATAN BAGI UMAT-NYA

MELALUI DOA, PERSEKUTUAN ROH KUDUS, DAN SAUDARA SEIMAN
Senin, 23 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 21-24
Nats : Lidahku mengatakan kebenaran ... Segala perkataan mulutku adalah adil, tidak ada yang belat-belit atau serong (Amsal 8:7,8)

MENYEMBUNYIKAN FAKTA
Bacaan : Yohanes 3:13-19, 28-30

Ada sebuah cerita humor. Sebuah stasiun radio melaporkan hasil pertandingan kejuaraan balap mobil internasional. "Pembalap Indonesia berhasil menempati posisi kedua, sementara juara pertama dimenangkan oleh Amerika Serikat," seru sang reporter dengan bangga. Semua orang kagum. Di tingkat intersional, bukankah menjadi juara kedua sudah merupakan prestasi besar? Nanti dulu. Ada satu fakta yang tidak disebutkan oleh sang reporter. Pertandingan itu hanya diikuti oleh dua negara!

Orang bisa saja berkata, benar tetapi tidak mengatakan apa yang sebenarnya. Sebuah fakta yang kita sembunyikan bisa membuat orang menangkap kesan yang keliru. Ketika Yesus meminta perempuan Samaria memanggil suaminya, si perempuan menjawab: "Aku tidak bersuami." Dari jawaban ini muncul kesan bahwa ia belum pernah menikah. Padahal ia sudah mempunyai lima suami dan masih hidup di luar nikah bersama seorang lelaki! Yesus menjawab, "Dalam hal ini engkau berkata benar," tetapi segera Dia membeberkan kondisi sebenarnya. Si perempuan Samaria pasti merasa kaget dan malu. Kartunya terbongkar. Sadarlah ia bahwa Yesus tidak bisa dibohongi. Percuma saja menyembunyikan fakta, sebab Yesus bisa "mengatakan segala sesuatu yang telah kuperbuat" (ayat 29).

Apakah Anda sering menutup-nutupi kenyataan, demi menciptakan kesan baik di mata orang? Kita dipanggil bukan hanya untuk berkata benar, tetapi mengatakan kebenaran sejati. Kita tidak perlu berkata bohong untuk menipu bahkan menyesatkan orang. Cukup dengan tidak mengatakan apa yang seharusnya kita katakan -JTI
DIAM DI SAAT YANG TEPAT MENYEHATKAN

DIAM DI SAAT YANG SALAH MENYESATKAN
Selasa, 24 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 25-27
Nats : Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku lakukan, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku lakukan (Roma 7:19)

ENTROPI
Bacaan : Roma 7:13-26

Pernahkah Anda perhatikan bahwa jika suatu benda yang panas didekatkan dengan benda lain yang dingin, maka panas akan "mengalir" dari benda yang panas ke yang dingin, dan bukan sebaliknya? Dibutuhkan energi khusus untuk melawan kecenderungan alami ini. Itu sebabnya perlu energi listrik untuk menjalankan sebuah sistem pendingin udara. Dalam ilmu termodinamika, kecenderungan ini dijelaskan dengan konsep entropi.

Sebagai orang yang lahir dalam dosa, kita semua juga punya kecenderungan alamiah untuk berbuat dosa. Seperti yang Paulus sampaikan, kerap kali ia merasa bahwa meski ia tahu apa yang benar, ia tidak melakukannya (ayat 19). Kecenderungan ini begitu kuat, sehingga dalam ayat 24 ia mengungkapkan rasa frustrasinya dengan begitu rupa. Akan tetapi, Paulus tidak berhenti di situ, sebab ia sadar bahwa justru untuk inilah Yesus datang (ayat 25).

Lewat penebusan-Nya kita diberi kekuatan oleh Roh Kudus untuk mampu melawan kecenderungan dosa tersebut. Tentu bukan supaya kita masuk surga, sebab itu sudah diberikan-Nya lewat penebusan-Nya, tetapi supaya hidup kita menyenangkan hati-Nya (Efesus 2:8-10).

Sama seperti Paulus, kita juga kerap merasakan dorongan kuat untuk berbuat dosa, bahkan setelah kita percaya Kristus. Acap kali kita tidak mampu melawan dorongan tersebut dan kembali jatuh. Akan tetapi, hendaknya kita jangan pernah menyerah untuk terus berjuang melawan dorongan tersebut. Ingatlah karya Kristus. Ingatlah Roh Kudus yang ada dalam hati kita. Ingatlah bahwa usaha kita melawan dosa memang sesuai dengan kehendak-Nya -ALS
PENEBUSAN KRISTUS DAN KUASA ROH KUDUS MEMAMPUKAN KITA

MELAWAN KECENDERUNGAN KITA UNTUK TERUS BERBUAT DOSA
Rabu, 25 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 28-30
Nats : Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya ... (Amsal 13:24)

ANAK MANJA
Bacaan : 1Raja 1:5-27

Pada masa kini pemukulan fisik terhadap anak-anak banyak ditentang. Baik oleh dunia pendidikan modern maupun oleh hukum di negara maju. Di Amerika, hal semacam ini bisa digolongkan sebagai penyiksaan anak. Sekalipun dengan maksud mendidik, jika ada yang melaporkan, maka orangtua yang memukul anaknya bisa dipenjara. Hak anak-anak memang harus dibela dan dilindungi. Akan tetapi, bersikap lunak dan permisif terhadap anak-anak juga ada bahayanya, yaitu bahaya pemanjaan.

Raja Daud punya pengalaman dua kali dikudeta oleh anak-anaknya sendiri, Absalom dan Adonia. Dalam banyak hal lain ia patut diteladani, tetapi tidak dalam hal mendidik anak. Ia terlampau memanjakan mereka. Bahkan dicatat di 1Raja-raja 1:6 bahwa ia tidak pernah menegur Adonia atas semua tindakannya yang salah. Baik Absalom maupun Adonia adalah anak-anak yang elok paras dan perawakannya. Namun, mereka juga adalah anak-anak manja. Sampai tiba saatnya mereka masing-masing justru berkhianat dan membuat kesepakatan untuk menjatuhkan ayahnya dari takhta. Pada waktunya, anak-anak manja akan mendatangkan bencana bagi keluarga dan dirinya sendiri.

Selalu ada alasan untuk memanjakan seorang anak. Entah karena ia anak semata wayang atau anak yang kelahirannya telah lama dinantikan. Entah karena elok parasnya atau justru karena ia memiliki kelemahan fisik yang menonjol. Bisa juga karena ia pernah sakit parah, tetapi sembuh kembali. Namun, apa pun alasannya, memanjakan mereka tetap salah. Mengasihi tidak sama dengan memanjakan. Kasih menegur, mendidik dengan "tongkat" -PAD
MENOLAK KEKERASAN TERHADAP ANAK

TIDAK BERARTI MENOLAK UNTUK BERSIKAP KERAS

DALAM MENDIDIK MEREKA
Kamis, 26 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 31-33
Nats : Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan ! (Ayub 1:21)

MAKNA KEHILANGAN
Bacaan : Ayub 1:20-22

Siapa yang tidak sedih ketika kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya? Seorang ibu menangis pedih karena kehilangan anak tunggalnya yang meninggal karena sebuah kecelakaan. Semua orang akan mengerti kepedihan hati sang ibu dan memakluminya apabila sang ibu menangisi kepergian si anak sedemikian rupa.

Bicara tentang kehilangan, sesungguhnya tidak ada yang dapat menandingi kepedihan Ayub. Bayangkan, dalam sekejap hartanya habis. Bukan hanya itu, kepedihannya makin bertambah ketika semua anaknya pun tewas seketika, bahkan kesehatannya pun hilang. Dalam sekejap, Ayub, yang semula adalah orang yang kaya raya, menjadi orang yang sangat miskin. Dari orang yang memiliki anak menjadi ayah yang tanpa anak lagi. Dari orang yang sehat menjadi orang yang memiliki sakit borok di sekujur tubuhnya. Ditambah lagi dengan cibiran dari sang istri-orang yang seharusnya menjadi penolong dalam hidupnya. Kurang apa lagi derita yang dirasakan oleh Ayub? Namun yang luar biasa, dari mulut Ayub tidak keluar kata-kata keluhan, tetapi sebuah kata pujian, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (ayat 21). Ayub sadar bahwa semua yang ia miliki bukan miliknya, melainkan milik Tuhan, sehingga tatkala Tuhan mengambil semua yang ada pada Ayub, Ayub tidak memprotes dan menuduh Tuhan sebagai tokoh yang kejam dan tidak adil.

Ada kalanya dalam hidup, kita mengalami kehilangan. Memang berat dan pedih jika kita mengalaminya. Namun, mari kita memandang semuanya itu sebagaimana Ayub memandangnya supaya kita dapat menghadapi peristiwa kehilangan dengan tetap berpengharapan -RY
SEGALA SESUATU ADALAH MILIK TUHAN

DAN KITA DIPERCAYA UNTUK MENGELOLANYA
Jumat, 27 Februari 2009

Bacaan Setahun : Bilangan 34-36
Nats : Ketika hatiku merasa pahit ... aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu (Mazmur 73:21-23)

SEPERTI HEWAN
Bacaan : Mazmur 73:1-24

Namanya Elmo von Beckenbauer. Bukan nama orang. Itu nama anjing peliharaan saya. Di usia 7 tahun, Elmo paham 15 kata. Ia bisa diperintah untuk berdiri, duduk, diam, menggonggong, dan lain-lain. Kemampuan memahami kata-kata membuat anjing bisa diajak berkomunikasi. Namun menurut kajian tim National Geographic dalam Dog Genius, anjing hanya paham maksimal 150 kata. Padahal kosakata manusia jumlahnya belasan ribu. Akibatnya, anjing tak bisa sepenuhnya memahami maksud kita.

Pemazmur pernah merasa dirinya seperti hewan di dekat Tuhan. Dungu. Tidak bisa mengerti maksud Tuhan. Mengapa? Karena ia melihat kenyataan hidup bertentangan dengan janji-Nya. Orang jahat dibiarkan makmur dan mujur (ayat 3-12), sementara ia yang hidup saleh malah menderita (ayat 13-14). Mana buktinya orang benar disayang Tuhan? Buat apa kita bersusah payah hidup benar? Pemazmur sulit memahami logika Allah. Seperti hewan, ia sadar daya tangkapnya terbatas untuk mengerti kehendak-Nya. Namun hebatnya, ia tidak patah hati. "Tetapi aku tetap didekat-Mu," katanya (ayat 23). Kegigihannya untuk terus mencoba mengerti kehendak Tuhan akhirnya membuahkan hasil. Tuhan memperlihatkan kepadanya kesudahan hidup orang fasik yang sangat menyedihkan (ayat 17-20).

Saat kemalangan datang, bisa jadi kita pun menuduh Allah tidak adil. Terutama jika kita suka membandingkan nasib dengan orang lain. Hati bisa terasa pahit. Maka lebih baik kita beriman seperti pemazmur. Katakan: "Tuhan, seperti hewan, aku tidak mengerti apa maksud-Mu ... tetapi aku akan tetap di dekat-Mu!" -JTI
TANCAPKAN SELALU JANGKAR IMANMU DEKAT ALLAH

PERAHU HIDUPMU TAK AKAN HANYUT DIBAWA OMBAK MASALAH
Sabtu, 28 Februari 2009

Bacaan Setahun : Ulangan 1-3
Nats : Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman akan Dia di mana-mana (2Korintus 2: 14)

GEREJA SAMPAH
Bacaan : 2Korintus 2:12-17

Namanya "gereja sampah". Disebut demikian karena terletak di bukit tempat penimbunan sampah kota Kairo, Mesir. Belasan ribu pemulung hidup di sana dengan mengais sampah. Tak ayal lagi, bau busuk sampah memenuhi ruang ibadahnya yang tidak berpendingin udara. Namun bagi penduduk sekitar, gereja ini memancarkan "bau harum". Keharuman Kristus terpancar lewat kehadiran dan kesaksiannya. Pelayanan jemaatnya telah membawa banyak pemulung mengenal Kristus dan mendapatkan pegangan hidup. Setiap minggu mereka beribadah di situ. Menyembah Tuhan di tengah impitan kemiskinan.

Sukses tidaknya sebuah pelayanan tidak bisa diukur secara duniawi. Gereja yang megah belum tentu hidup. Hamba Tuhan yang hebat belum tentu diperkenan Tuhan. Rasul Paulus mengakui bahwa ia penuh kelemahan (2Korintus 1:8,9). Secara manusiawi ia tak sanggup menunaikan tugas ilahi (ayat 16). Namun, ia punya motivasi pelayanan yang murni dan ketaatan pada Tuhan. Maka kuasa Tuhan pun menyertai pelayanannya. Ia dibawa ke jalan kemenangan-Nya. Lewat pelayanannya orang bisa mencium "bau harum Kristus". Mereka tertarik kepada Kristus bukan karena kehebatannya berkhotbah, melainkan karena merasakan Kristus hidup di dalam dirinya.

Inginkah Anda dipakai Tuhan menjadi alat-Nya? Rindukah Anda memiliki gereja yang hidup? Yang Anda butuhkan bukan dana besar, program menarik, atau peningkatan kualitas sumber daya manusia. Layanilah Tuhan dengan motivasi murni dan ketaatan total. Keharuman Kristus akan terpancar melalui diri Anda dan gereja Anda. Orang pun akan datang kepada-Nya -JTI
YANG PENTING BUKANLAH KEHEBATAN DIRI ANDA

MELAINKAN KEHARUMAN KRISTUS YANG TERPANCAR MELALUI ANDA
Posted by fronita Labels:
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates