
Tuesday, January 19, 2010
at
9:12 AM
|
Tanggal: Selasa, 19 Januari 2010
Bacaan : Keluaran 2:11-15
Setahun: Kejadian 46-48; Matius 13:1-30
Nats: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim
atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau
telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya:
"Tentulah perkara itu telah ketahuan" (Keluaran 2:14)
Judul:
KETIKA BALASAN MENGECEWAKAN
Air susu dibalas air tuba. Pepatah itu menggambarkan orang yang tidak
tahu membalas budi. Ia menerima kebaikan, tetapi malah membalasnya
dengan kejahatan. Sebuah realitas yang pahit, tetapi banyak terjadi
dalam kehidupan kita.
Musa pernah mengalaminya. Beberapa ahli tafsir Perjanjian Lama
menduga, orang Ibrani yang memukul temannya (ayat 13) adalah orang
yang sama dengan sosok yang pada hari sebelumnya dibela Musa ketika
ia dipukuli orang Mesir (ayat 11). Yang kemarin menjadi korban
kejahatan, hari ini berbalik menjadi pelaku kejahatan. Ketika Musa
menegur karena ia memukul temannya, sesama orang Ibrani, si pemukul
itu bukannya insaf, tetapi malah menegur dan mencela Musa (ayat 14).
Orang itu bukan hanya tidak tahu berterima kasih, tetapi lebih buruk
lagi, ia malah menjadi pelaku tindak kejahatan yang sama dengan apa
yang sebelumnya ia alami.
Bagaimana kita menyikapi realitas semacam ini? Apakah hal itu dapat
kita jadikan alasan untuk menjadi tawar hati, sehingga mengabaikan
pentingnya menolong orang yang membutuhkan? Semestinya tidak. Namun,
setidaknya kita dapat menyiapkan hati agar tidak selalu menganggap
bahwa pertolongan yang kita berikan kepada seseorang otomatis akan
membuat orang itu tergerak untuk menjadi penolong bagi sesamanya.
Bisa jadi malah sebaliknya!
Bagaimanapun, perbuatan menolong orang lemah, kecil, dan tertindas,
mesti tetap jalan terus. Sebab, tugas kita adalah menolong sesama
yang memerlukan bantuan, bukan mengubah karakter mereka. Dengan
begitu, kita akan menolong sesama tanpa pamrih --DKL
JANGANLAH HATI ORANG BAIK MUDAH PATAH
KARENA KEDEGILAN ORANG JAHAT
Keluaran 2:11-15
11. Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar
mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka;
lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang
dari saudara-saudaranya itu.
12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada
orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya
dalam pasir.
13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua
orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah
itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
14 Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi
pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh
aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa
menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah
ketahuan."
15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya
ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari
hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di
tepi sebuah sumur.
Bacaan : Keluaran 2:11-15
Setahun: Kejadian 46-48; Matius 13:1-30
Nats: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim
atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau
telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya:
"Tentulah perkara itu telah ketahuan" (Keluaran 2:14)
Judul:
KETIKA BALASAN MENGECEWAKAN
Air susu dibalas air tuba. Pepatah itu menggambarkan orang yang tidak
tahu membalas budi. Ia menerima kebaikan, tetapi malah membalasnya
dengan kejahatan. Sebuah realitas yang pahit, tetapi banyak terjadi
dalam kehidupan kita.
Musa pernah mengalaminya. Beberapa ahli tafsir Perjanjian Lama
menduga, orang Ibrani yang memukul temannya (ayat 13) adalah orang
yang sama dengan sosok yang pada hari sebelumnya dibela Musa ketika
ia dipukuli orang Mesir (ayat 11). Yang kemarin menjadi korban
kejahatan, hari ini berbalik menjadi pelaku kejahatan. Ketika Musa
menegur karena ia memukul temannya, sesama orang Ibrani, si pemukul
itu bukannya insaf, tetapi malah menegur dan mencela Musa (ayat 14).
Orang itu bukan hanya tidak tahu berterima kasih, tetapi lebih buruk
lagi, ia malah menjadi pelaku tindak kejahatan yang sama dengan apa
yang sebelumnya ia alami.
Bagaimana kita menyikapi realitas semacam ini? Apakah hal itu dapat
kita jadikan alasan untuk menjadi tawar hati, sehingga mengabaikan
pentingnya menolong orang yang membutuhkan? Semestinya tidak. Namun,
setidaknya kita dapat menyiapkan hati agar tidak selalu menganggap
bahwa pertolongan yang kita berikan kepada seseorang otomatis akan
membuat orang itu tergerak untuk menjadi penolong bagi sesamanya.
Bisa jadi malah sebaliknya!
Bagaimanapun, perbuatan menolong orang lemah, kecil, dan tertindas,
mesti tetap jalan terus. Sebab, tugas kita adalah menolong sesama
yang memerlukan bantuan, bukan mengubah karakter mereka. Dengan
begitu, kita akan menolong sesama tanpa pamrih --DKL
JANGANLAH HATI ORANG BAIK MUDAH PATAH
KARENA KEDEGILAN ORANG JAHAT
Keluaran 2:11-15
11. Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar
mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka;
lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang
dari saudara-saudaranya itu.
12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada
orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya
dalam pasir.
13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua
orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah
itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
14 Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi
pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh
aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa
menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah
ketahuan."
15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya
ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari
hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di
tepi sebuah sumur.
Posted by
fronita
Labels:
fReaK it

