
Saturday, March 10, 2018
at
8:18 AM
|
Karena ga sempat nonton film ini, akhirnya g baca aja bukunya. Kyanya cara ini akan g pakai untuk beberapa film yang emang dari buku atau dibuatkan jadi buku yang g ga sempat nonton. Jika rencana berhasil, maka budget untuk beli buku setiap bulan ada lagi, yeayyyy.
Sebelum lanjut sama ceritanya, g mau jelasin dulu artinya Critical Eleven (seriusan awalnya g juga ga pernah tahu kalau istilah ini ada haha). Nah Critical Eleven adalah sebuah istilah dalam dunia penerbangan yang artinya 11 menit paling kritikal bagi semua crew pesawat terbang. 11 menit itu terdiri dari 3 menit setelah take off dan 8 menit sebelum landing. Di waktu-waktu tersebut, semua crew berkonsentrasi, buat kita para penumpang, pastinya harus pasang sit belt dan menegakkan sandaran kursi. Kenapa kritikal, karena di 11 menit inilah yang sering terjadi kecelakaan. Kenapa ini dijadikan judul buku ini, pendapat g sih karena pertemuan Ale dan Anya (tokoh utama dalam buku ini) terjadi di pesawat terbang dan pertemuan itu yang menentukan cerita selanjutnya. Anya mengambil critical eleven juga dalam sebuah pertemuan. Terdiri atas 3 menit pertama saat bertemu yaitu bagaimana senyumnya, gesture nya dan dan juga sikap kita terhadap dia lalu 8 menit saat mau berpisah, apa yang diucapkan, bagaimana sikapnya saat mau berpisah.
Kisah Ale dan Anya sangat menyentuh menurut g. Asli seneng bgd sama kisah cinta mereka. Apalagi Ale yang penuh kejutan tapi bener-bener romantis. Mungkin bisa dibilang ceritanya simple, hanya ada satu kasus yang memang berat untuk menguji cinta dan kedewasaan masing-masing dari mereka. Cara Ika Natasha menyajikannya juga berbeda dan bikin kita makin mengerti karakter dari masing-masing mereka. Baca Buku adalah salah satu hal yang g suka, nyokap aja udah sering bgd ngomel kalau lihat tumpukan buku yang g beli, katanya udah ga ada lagi tempat. Pengen beli rak buku tapi blm kesampean, semoga bisa di bulan ini, amin. Jadi ada banyak cara penulisan yang udah g baca. Yang modelnya kya Critical Eleven baru kali ini. Ika berhasil menyajikan kisah menyenangkan di tengah adanya konflik dan bisa membuatnya nyambung dengan kondisi dan situasi saat konflik tersebut. Jadi seperti benar-benar ada dalam situasi yang sama namun disajikan 2 kondisi yang berbeda.
Dalam kehidupan percintaan ada banyak cobaan, baik yang masih pacaran atau sudah menikah. Cobaan yang Ale dan Anya alami belum pernah g rasain sih tapi kebayang gimana sedih dan sakitnya. Pastinya move on dari cobaan ini jauh lebih susah daripada move on dari pacar atau mungkin suami yang sudah meninggalkan. Karena dengan mereka meninggalkan saja, sudah bisa diingat kesalahannya dari waktu meninggalkan itu. Tapi kalau cobaan yang satu ini benar-benar hubungannya sama Tuhan. Bukan karna dia yang mau meninggalkan Ale dan Anya tetapi Tuhan yang membuat seperti itu yang pastinya dengan maksud dan tujuan baik. Kalau menurut g sih ya untuk menguji cinta mereka berdua.
Komunikasi merupakan hal yang juga disoroti dalam buku ini. Banyak masalah yang sesungguhnya simple bisa jadi berat karena tidak adanya komunikasi. Ale dan Anya memang masih berkomunikasi namun hanya sekedar saja. Ale tidak tahu harus mulai darimana dan bagaimana cara maju dari posisinya sekarang sedangkan Anya, dia menunggu, hanya menunggu Ale minta maaf saja dan mau mengerti kalau dia tersakiti atas apa yang Ale katakan. Ale tahu kalau dia sudah menyakiti tapi dia ngga tahu bagaimana mengembalikan semuanya. Anya masih belum percaya dan ragu akan Ale karena takut disakiti lagi. Kalau semuanya bisa dikomunikasikan, duudk bareng, ngbrl dan bicara, rasanya harusnya bisa diselesaikan. Itu yang mereka ngga lakukan selama ini. Samua berkutat dengan pikiran masing-masing. Makin lama makin dibiarkan malah akan memicu cara berpikir yang berbeda lagi. Jadi komunikasi itu sangat penting, segera bicarakan apa yang mengganggu pikiran dengan pasangan.
Bagian paling bagus menurut g adalah saat Ale bilang, bukan orang yang rela mati untuk pasangannya yang bisa disebut romantis atau hebat. Justru dia adalah orang yang egois karena dia meninggalkan pasangannya dalam kesendirian dan derita yang mungkin tiada tara. Justru orang yang tetap ada dan bisa berdiri di samping kamu, bertahan untuk kamu, berkorban untuk kamu, ada untuk kamu walaupun pun kamu menjauhi atau mencoba menjauhkannya. Itu baru cowok. Begitu kata Ale.
oia satu hal lagi yang keren dalam buku ini yaitu banyaknya kutipan dari buku yang bagus-bagus dan pastinya pas untuk bagian ceritanya lalu juga cerita detail tentang tempat-tempat yang mereka kunjungi. What a great book :)
Sebelum lanjut sama ceritanya, g mau jelasin dulu artinya Critical Eleven (seriusan awalnya g juga ga pernah tahu kalau istilah ini ada haha). Nah Critical Eleven adalah sebuah istilah dalam dunia penerbangan yang artinya 11 menit paling kritikal bagi semua crew pesawat terbang. 11 menit itu terdiri dari 3 menit setelah take off dan 8 menit sebelum landing. Di waktu-waktu tersebut, semua crew berkonsentrasi, buat kita para penumpang, pastinya harus pasang sit belt dan menegakkan sandaran kursi. Kenapa kritikal, karena di 11 menit inilah yang sering terjadi kecelakaan. Kenapa ini dijadikan judul buku ini, pendapat g sih karena pertemuan Ale dan Anya (tokoh utama dalam buku ini) terjadi di pesawat terbang dan pertemuan itu yang menentukan cerita selanjutnya. Anya mengambil critical eleven juga dalam sebuah pertemuan. Terdiri atas 3 menit pertama saat bertemu yaitu bagaimana senyumnya, gesture nya dan dan juga sikap kita terhadap dia lalu 8 menit saat mau berpisah, apa yang diucapkan, bagaimana sikapnya saat mau berpisah.
Kisah Ale dan Anya sangat menyentuh menurut g. Asli seneng bgd sama kisah cinta mereka. Apalagi Ale yang penuh kejutan tapi bener-bener romantis. Mungkin bisa dibilang ceritanya simple, hanya ada satu kasus yang memang berat untuk menguji cinta dan kedewasaan masing-masing dari mereka. Cara Ika Natasha menyajikannya juga berbeda dan bikin kita makin mengerti karakter dari masing-masing mereka. Baca Buku adalah salah satu hal yang g suka, nyokap aja udah sering bgd ngomel kalau lihat tumpukan buku yang g beli, katanya udah ga ada lagi tempat. Pengen beli rak buku tapi blm kesampean, semoga bisa di bulan ini, amin. Jadi ada banyak cara penulisan yang udah g baca. Yang modelnya kya Critical Eleven baru kali ini. Ika berhasil menyajikan kisah menyenangkan di tengah adanya konflik dan bisa membuatnya nyambung dengan kondisi dan situasi saat konflik tersebut. Jadi seperti benar-benar ada dalam situasi yang sama namun disajikan 2 kondisi yang berbeda.
Dalam kehidupan percintaan ada banyak cobaan, baik yang masih pacaran atau sudah menikah. Cobaan yang Ale dan Anya alami belum pernah g rasain sih tapi kebayang gimana sedih dan sakitnya. Pastinya move on dari cobaan ini jauh lebih susah daripada move on dari pacar atau mungkin suami yang sudah meninggalkan. Karena dengan mereka meninggalkan saja, sudah bisa diingat kesalahannya dari waktu meninggalkan itu. Tapi kalau cobaan yang satu ini benar-benar hubungannya sama Tuhan. Bukan karna dia yang mau meninggalkan Ale dan Anya tetapi Tuhan yang membuat seperti itu yang pastinya dengan maksud dan tujuan baik. Kalau menurut g sih ya untuk menguji cinta mereka berdua.
Komunikasi merupakan hal yang juga disoroti dalam buku ini. Banyak masalah yang sesungguhnya simple bisa jadi berat karena tidak adanya komunikasi. Ale dan Anya memang masih berkomunikasi namun hanya sekedar saja. Ale tidak tahu harus mulai darimana dan bagaimana cara maju dari posisinya sekarang sedangkan Anya, dia menunggu, hanya menunggu Ale minta maaf saja dan mau mengerti kalau dia tersakiti atas apa yang Ale katakan. Ale tahu kalau dia sudah menyakiti tapi dia ngga tahu bagaimana mengembalikan semuanya. Anya masih belum percaya dan ragu akan Ale karena takut disakiti lagi. Kalau semuanya bisa dikomunikasikan, duudk bareng, ngbrl dan bicara, rasanya harusnya bisa diselesaikan. Itu yang mereka ngga lakukan selama ini. Samua berkutat dengan pikiran masing-masing. Makin lama makin dibiarkan malah akan memicu cara berpikir yang berbeda lagi. Jadi komunikasi itu sangat penting, segera bicarakan apa yang mengganggu pikiran dengan pasangan.
Bagian paling bagus menurut g adalah saat Ale bilang, bukan orang yang rela mati untuk pasangannya yang bisa disebut romantis atau hebat. Justru dia adalah orang yang egois karena dia meninggalkan pasangannya dalam kesendirian dan derita yang mungkin tiada tara. Justru orang yang tetap ada dan bisa berdiri di samping kamu, bertahan untuk kamu, berkorban untuk kamu, ada untuk kamu walaupun pun kamu menjauhi atau mencoba menjauhkannya. Itu baru cowok. Begitu kata Ale.
oia satu hal lagi yang keren dalam buku ini yaitu banyaknya kutipan dari buku yang bagus-bagus dan pastinya pas untuk bagian ceritanya lalu juga cerita detail tentang tempat-tempat yang mereka kunjungi. What a great book :)
Posted by
Fronita
Labels:
Buku

