The Post
Ginger semangat buat nonton film ini karea ratingnya yang tinggi dan diperankan oleh 2 orang pemain film yang terkenal bagus dalam akting. Mereka adalah Tom Hanks dan Meryl Streep. Ceritanya diadopsi dari kisah nyata. Sutradaranya Stephen Spielberg. Gimana, setuju kan sama ginger kalau film ini adalah film yang bagus?
Cerita yang diangkat berdasarkan kisah nyata yang terjadi di US beberapa waktu lalu. Kalau yang ngga suka cerita drama, film ini akan agak membosankan. Selain durasinya yang lama, ceritanya memang drama semua, walau agak sedikit menegangkan kalau menurut g. Inti cerita adalah tentang sebuah perusahaan surat kabar yang sesungguhnya sudah hampir bangkrut dan sedang berusaha bangkit dengan cara menjual sahamnya ke publik. Namun hal ini pun masih belum berhasil sempurna karena dianggap tidak terpercaya dan layak untuk dibeli oleh para investor. Kalau soal dari kualitas perusahaan mungkin masih bisa masuk akal sih namun ada yang g ga suka yaitu alasan karena pemimpinnya perempuan. Loh emangnya kenapa? ya Mungkin di masa itu masih jarang kali ya. Tapi kalian bisa lihat bahwa Kay Graham bisa memimpin dengan baik dan menunjukkannya.
Film ini mencoba untuk memaparkan bagaimana pemerintah US sesungguhnya telah menjadi pembohong besar bagi rakyatnya sendiri. Kisah yang diangkat adalah perihal perang Vietnam yang berlangsung cukup lama dan menyita tentunya banyak tenaga baik dari sisi tentara, uang, waktu dan lainnya. Pemerintah berdalih bahwa perjuangan tinggal sedikit dan bisa dimenangkan namun dalam kenyataannya sesungguhnya mereka sudah kalah sejak tahun-tahun pertama namun tidak mau mengakuinya. Mereka mengorbankan banyak anak muda untuk wajib militer hanya demi menutupi kekalahannya. Hal ini yang ingin diungkapkan oleh seorang mantan Menteri Pertahanan dan seorang wartawan yang secara langsung terjun dan meliput perang. Kebocoran ini dimulai oleh New York Times yang lalu dilayangkan surat peringatan oleh Mahkamah Konstitusi. The Washington Post, koran milik Kay Graham telah mendapatkan juga informasi yang sama yang merupakan lanjutan dari apa yang sudah diterbitkan oleh New York Times. Ben Bradlee (Tom Hanks) yang merupakan pimpinan redaksi sangat bersemangat untuk menerbitkan berita ini namun banyak pihak yang melarang, tinggal Kay yang harus memutuskan sebagai pemilik The Washington Post. Menurut ginger, harusnya ada yang seperti ini di Indonesia, yang rela dipenjara atau mendapatkan hukuman namun berani mengungkapkan fakta kalau memang ada kesalahan sekalipun itu kesalahan pemerintah atau presiden.
Oia g pribadi menyoroti kehidupan dari Ben Bradlee yang memiliki keluarga yang sangat pengertian. Istri yang amat sangat mengerti pekerjaan suaminya. Kalian bisa lihat saat rumahnya dijadikan tempat kerja, dengan senang hati dia membuatkan makanan dan minuman untuk suami dan semua teman kerjanya. Anaknya pun turut andil walau sesungguhnya dia mendapatkan keuntungan karena menjual lemon buatannya. Keluarga yang sungguh luar biasa. Karena ngga banyak yang bisa mengerti profesi pasangannya apalagi seperti Ben yang jam kerjanya ngga jelas dan kadang baru sampai rumah lalu bisa pergi lagi.
Kesimpulan dan nilai yang bisa diambil dari film ini adalah tentang menegakkan kebenaran apapun resikonya. Cuma ya emang sih ngga sebegitu mudahnya seperti apa yang terjadi di film karena kalau di dunia nyata, orang yang menegakkan kebenaran pastinya hidupnya agak terancam, ngga sedikit yang masuk penjara bahkan sampai meninggal dan ngga diketahui kenapa dan bagaimana prosesnya. Yang ada cuma tinggal nama saja. Perjuangan Kay dan Ben di film ini didukung oleh banyak surat kabar lainnya yang mana menjadi pede karena ada yang mencontohkannya.
Posted by
Fronita
Labels:
Film