Ini adalah film yang mirip dengan hereditary, ya karena emang sutradaranya sama sih hehe dan sama dengan film hereditary, film ini juga mendapatkan rating yang tinggi. Ginger semangat bgd buat nonton yang ini tapis ama seperti sebelumnya, kami ngga ngerti haha.
Selain ngga ngerti sama ceritanya yang emang aneh tapi ternyata alasan kami ngga ngerti itu sangat masuk akal karena hamper 30 menit lebih film ini dipotong oleh Lembaga sensor, wow. Pantesan aja ada bagian-bagian yang kami ngga paham dan kelihatan bgd ngga nyambungnya haha. Udah usah ngerti, dipotong, makin mabok aja nonton film ini haha. Padahal dari trailernya sih beneran menantang dan bikin penasaran.
Sama seperti hereditary, film ini berkutat pada masalah kepercayaan tertentu. Kalau dulu Cuma satu orang yang melibatkan satu keluarga, kali ini melibatkan 1 desa dan lebih lagi karena memakan korban di luar komunitasnya. Paling parah adalah aturan di desa ini bahwa fase kehidupan hanya 3 yaitu masa kecil (bayi sampai umur tertentu yang dianggap masih belum produktif), masa produktif (masa ini diperbolehkan untuk berkelana, keluar dari desa dan lingkungan tersebut bahkan walau sedang memiliki bayi, harus ditinggal untuk memenuhi panggilan masa produktif tersebut) yang berikut adalah yang paling parah yaitu masa tua, umur di desa tidak boleh lebih dari 70. Jika sudah mencapai 70 tapi masih hidup maka harus membunuh diri sendiri, harus sampai mati. Di film ini ada adegan bunuh diri tersebut namun karena satu dan lain hal ga langsung mati nah sama kepala sukunya dibawain palu gede bgd trus dihancurkan kepalanya, hoeekss. Mereka juga mempercayakan hidup dan kelangsungan desanya pada seorang anak yang cacat. Mereka percaya apa yang Digambar oleh anak tersebut adalah apa yang harus mereka ikuti, hadeuuh
Yang paling kasihan sih tokoh wanita yang jadi tokoh Utama dalam film ini. Udah di kehidupan normalnya dia mengalami hal yang luar biasa dimana adiknya sendiri membunuh orang tuanya lalu bunuh diri dan di desa ini justru dia mengalami hal-hal yang lebih gila sampai di akhir filmnya.
Posted by
Fronita
Labels:
Film

