
Sunday, August 22, 2021
at
12:24 PM
|
Mungkin kalau membaca ayat berikut, pastinya semua udah pada hafal dengan benar dan paham dengan baik
2 Korintus 6:14: Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
Saya mau cerita tentang apa yang dialami terkait dengan hal di atas. Saya pernah menghadapi pilihan untuk berpasangan dengan yang dikatakan seimbang menurut ayat di atas yaitu pengertiannya adalah seiman atau seagama dengan yang tidak. Pasti semua akan menjawab ya pilih yang seimbang donk. Iya saya juga melakukan hal itu namun ekspektasi atas seimbang yang diharapkan sangatlah jauh dari kenyataannya. Si seimbang dengan mudahnya menyatakan cinta kepada dua wanita lainnya (setidaknya itu yang saya ketahui, jadi berpikir entah berapa banyak lagi yang saya tidak ketahui) tidak lama setelah kami resmi menjadi pacar. Tindakan dia berbeda sangat jauh dengan si tidka seimbang dimana dia tetap baik, peduli dan menanti saat dimana dia bisa menjadi pasangan saya walau dia tahu saya sudah punya pacar. Bahkan pernah beberapa kali dia berkata bahwa dia berani berpindah agama demi bisa bersama dengan saya. Pada saat itu saya berpikir bahwa iman bukanlah hal yang mudah diganti-ganti jadi saya bilang ke dia kalau kamu mau pindah agama pastikan itu karena kamu percaya sungguh-sungguh bukan karena saya.
Waktu berlalu, saya pun putus hubungan dengan si seimbang dan tidak juga menjalin hubungan denagn si tidak seimbang. Sampai suatu saat saya kembali bertemu dengan si tidak seimbang lainnya. Kali ini dengan berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya mencoba untuk melakukan kompromi dan menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan dia. Saya pikir tidak akan berlangsung lama dan saya pikir saya bisa mengatasi banyak hal termasuk banyak kompromi-kompromi lainnya yang tentu akan muncul seiring jalannya waktu. Ternyata saya salah besar. Satu kali saya mulai membuka diri dengan kompromi, maka menutupnya sulit sekali. Saya terjebak dalam hubungan tidak seimbang ini untuk kurun waktu yang sangat lama, bukan lagi tahunan tapi belasan tahun tanpa arah tujuan yang jelas.
Kini akhirnya memang saya sudah bisa melepaskan diri dari hubungan itu namun belum ada dalam hubungan yang benar dalam artian mendapatkan pasangan yang seimbang. Saya kecewa dan sedih dengan kondisi dan diri saya sendiri bahwa dengan satu kali kompromi, saya sudah membuang banyak sekali waktu yang seharusnya bisa jauh lebih bermanfaat dalam hidup. Kini saya merasa bahwa iman saya harus berdiri jauh lebih teguh. Bahwa inilah saat iman itu diuji kekuatannya untuk sejauh mana bertahan dan bisa menunggu sampai saatnya Tuhan bertindak dan pastinya itu tepat waktu. Waktunya Dia tentunya bukan waktu saya karena waktu yang saya inginkan sudah terlewat cukup jauh.
Mungkin kadang kita menjadi mulai berkompromi karena kebutuhan atau keinginan semata. Ingin menjadi atau terlihat seperti orang lain atau kadang merasa mampu bertahan dan menceburkan diri dalam kompromi yang jelas-jelas dilarang. Bertahan dan menunggu memang sangat tidak nyaman, tapi mungkin itulah yang Tuhan mau agar kita bisa makin mendekatkan diri padaNya. Bahkan seharusnya kita tidak boleh menuntut keinginan dipenuhi karena sesungguhnya apa yang kita harus miliki adalah apa yang dibutuhkan bukan diingini. Jika sudah sampai dalam tahap itu, percayalah pasti dipenuhi karena Dia sudah berjanji dalam Filipi 4:19: Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.
Posted by
Fronita
Labels:
Buku Sendiri
,
fReaK it

