
Saturday, October 2, 2021
at
12:46 PM
|
Gue suka banged sama kata-kata di awal film ini karena berasa pengalaman Pribadi (hehe) tapi gue ga suka sama akhir filmnya. Kirain sih bakal menunjukkan sama dengan kata-kata di awal filmnya jadi akan terjadi demikian tapi ngga. Ini diarahkan pada akhir yang happy ending seperti kebanyakan film Indonesia dan kebanyakan keinginan orang lain. Harusnya sih ngga apa-apa qo kalau semisal ngga happy ending, ngga apa-apa juga kalau ngga nurutin apa yang dimauin penonton. Yaa tap ikan gue bukan sutradara atau penulisnya hehe.
Kisahnya kirain sih tentang cinta segitiga tapi ternyata salah. Ini tentang cinta yang diem aja. Mksdnya tuh emang diem aja, ngga berani ngomong satu sama lain, Cuma bisa terus menjadi orang yang ada dan ngga berani bilang sesungguhnya ada apa. Sampai akhirnya waktu, kondisi, emosi yang mengalahkan ego dan akhirnya kejadian deh. Bukan menjadi lebih baik malah justru menjadi lebih buruk.
Orang bilang rasa cinta itu ngga jauh bedanya atau beda tipis sama benci. Nah Keara kyanay merasakan itu saat sesungguhnya Ruly udah mulai untuk membuka hati untuknya. Tapi Keara ngga bisa, bahkan kembali mundur dan menjauh karena emang Ruly juga Cuma mencoba tetapi belum bisa melupakan Dinda yang emang diharapkan olehnya dan lagi-lagi ngga bisa ngomongnya. Beda banged sama Harris, nah ini sih pemenangnya sebenernya. Pemenang yang akhirnya mendapatkan yang dia inginkan. Kuncinya Cuma 1, dia berani mengambil keputusan. Berani untuk meninggalkan yang emang dia ngga bisa raih, berani mengambil resiko untuk pergi jauh dari semua yang selama ini udah dia bangun tapi akhirnya semesta berpihak dan justru dia diberikan sesuatu yang sangat dia inginkan.
Posted by
Fronita
Labels:
Film

